Share

Bab 5

Aku hanya diam, pastinya mereka mengira aku adalah orang yang paling tak punya uang di sini. Namun aku tetap memperhatikan, termasuk raut wajah Dewi yang tiba-tiba memucat. Aku hanya tersenyum di dalam dada. Setahuku, honor dari seorang pemeran figuran memang tak besar. Namun, siapa tahu Dewi punya tabungan dan benar-benar mau menolong Renata. Aku lihat kesungguhan memang terlintas pada wajahnya. 

Setahuku, pemearn figuran bahkan ada yang hanya dibayar ratusan ribu per hari, ada juga yang bahkan hanya puluhan ribu rupiah. Itulah yang kutahu dari artikel yang aku baca dan melihat wajah Dewi yang tiba-tiba pias, aku semakin yakin jika dia mungkin tak jauh dari rate para pemeran figuran tersebut. Namun, mari kita lihat apa yang akan dia jawab pada Renata. Semoga saja, Dewi beneran punya uang. 

Kami semua menunggu jawaban Dewi ketika tiba-tiba dia mengangkat telepon. Padahal tak kudengar gawainya itu bergetar. 

“Hallo, Sir! Hmmm, yes of right!” 

Dengan menggunakan bahasa inggris dia menerima panggilan itu dan berdiri dengan elegan, lalu dia mengisyaratkan pada kami dengan bahasa tubuhnya kalau minta maaf harus menjauh. Renata pun mengangguk dengan senyuman pasrah. 

“Itu yang telepon Dewi kayaknya kenalannya yang bule Amerika itu kali, ya?” Mirna memulai bahasan seperginya Dewi dari tempat kami berada. 

“Pacarnya?” tanya Harum spontan. 

“Bukan, tapi kayaknya dia tertarik buat ngajak syuting film hollywood, deh!” Salsa menimpali. 

“Wawwww, keren banget, sih!” Tika pun yang sejak tadi lebih banyak diam bersama Nina dan Nenti turut excited. 

“Iya keren banget dia. Hidupnya beruntung banget tahu gak sih? Padahal dulu di sekolah prestasi dia biasa saja, rupanya di luaran justru malah dia yang bisa sukses,” tukas Mirna. 

Lagi-lagi matanya melirik ke arahku. Aku, lebih memilih tak menanggapi. Diam adalah lebih baik dari pada bersitegang dengannya.

“Jadi bisa lah ya dia beli minimarket aku, Mir?” Renata menatap Mirna dengan tatap penuh harap. 

“Coba saja kamu tawarin ke Ayu, Re!” Tanpa kusangka, Harum---sahabatku yang kadang mulutnya ember ini nyeletuk. 

Seketika Renata, Mirna dan Salsa menoleh ke arahku yang duduk di dekat Harum. Namun, beberapa detik kemudian, Mirna dan Salsa tergelak seraya meneliti penampilanku dari atas ke bawah. 

“Rum, lo tuh kalau mau pergi ke tempat acara, bangun dulu, woy! Jadi gak ngelindur! Harga minimarket Renata itu li-ma ra-tus ju-ta! Ratus loh, Rum bukan ribu! Ayu saja kerja hanya guru TK, honorer pula. Semua orang juga tahu lah pasaran gaji honorer berapa.” Salsa memegangi perut sambil terpingkal-pingkal.

“Iya loh, Rum! Kamu jangan permalukan Ayu. Tetangga aku saja guru TK, mau beli baju seratus ribu saja ngitung berulang kali, apalagi ini lima ratus juta,” kikik Mirna ikut mendukung tawa Salsa.

Gak ada yang lucu padahal. Aku pun tak melihat ada kelucuan apapun di sana. Namun, kubiarkan saja biar Salsa puas. Sebentar lagi mungkin akan mengadu pada Dewi yang tak kunjung kembali. Entah bicara dengan siapa atau hanya alibi karena tak punya uang. 

“Jangan ngejudge apa-apa dari kover, Mir, Sa! Bisa jadi kover Dewi bling-bling tapi isinya biasa, bisa juga kover Ayu biasa tapi ternyata dia banyak tuh tabungannya!” tukas Harum. 

“Hish, Rum!” Aku mendelik padanya. 

Dia memang tahu jika aku sudah menjadi seorang novelis sejak lima tahun lalu. Pada tahun ketiga aku kuliah kelas karyawan, alhamdulilah ketiban rejeki yang gak disangka-sangka. Tanpa sengaja berkenalan dengan platform kepenulisan online dengan gajian pertama dapat satu setengah juta. Namun dari sana merangkak terus tiap bulan hingga kini tak pernah lagi kurang dari dua puluh juta yang aku dapatkan setiap bulannya bahkan kadang sampai dua kali lipatnya meski jarang, tetapi Harum memang tak tahu kisaran pendapatan bulananku dari menulis, hanya saja dia tahu jika dua novelku dipinang oleh produser dan mendapatkan tawaran yang fantastis juga.  

“Iya loh, Yu! Kalau kamu ada uang, boleh bantu aku sama suami ya, Yu! Dua kali bayar juga gak apa. Aku bener-bener capek terlilit hutang riba. Suami mau ajak aku hijrah, tapi mau lepas dulu utang-utang yang gak ketutup ini dari pemasukkan.” 

Renata menatapku dengan mengiba. Rasanya tak tega, tapi aku betul-betul bingung dan awam dalam investasi. Sudah sering mendengar investasi bodong, aku takut uang yang susah payah kukumpulkan gitu dibawa lari. Namun entah kenapa hatiku terketuk melihat wajah Renata yang memelas begitu. 

“Ahm, tapi itu status bangunannya masih sewa atau sudah milik, Re?”tanyaku. 

Seketika dua bola mata itu berbinar ketika mendengar pertanyaanku. 

“Yang dua tersisa ini sudah milik semua, Yu! Yang statusnya sewa sudah gak ada semua, gak kuat lagi kami bayar sewanya dan akhirnya di handover paksa. Kamu tertarik, Yu?” Renata menatap penuh binar harap padaku. Namun belum sempat aku menjawab, Salsa tiba-tiba menimpali dengan nada sinis.

“Yu, bangun, woyyy!” kekeh Salsa. 

“Duh, kayaknya ada yang panas, Sa! Dari tadi Dewi bahas dulu masalah kesuksesan dia. Eh, tahunya ada yang merasa lebih pantas!”timpal Mirna.

Dewi datang melenggang dengan manisnya seraya memasukkan gawai ke dalam tasnya. Lalu duduk kembali di antara dua sahabatnya itu.

“Duh, maaf tadi ada telepon dari Mr. William! Lupa akutuh kalau ada janji mau ketemuan sore nanti! Kita lagi ada kerja sama untuk investasi bernilai milyaran!” Dewi tersenyum seraya membagi pandang ke arah kami. 

“Wah, banyak ya kamu investasinya, Dew? Hmmm … berarti yang minimarket lima ratus juta punyaku diambil juga, ya, Dew!” Renata menatap penuh harap pada Dewi. 

“Ya ampuuun, Re. Tuh ‘kan akutuh suka gitu. Kebetulan uangnya memang hanya tinggal 5 M di rekening akutuh, tadi lupa aku iyain semua nilai investasinya ke Mr. William! Next time deh, ya, kalau honor aku dari syuting sudah cair lagi! Beneran lupa banget, maaf, ya, Re!” Dewi tampak memasang rasa bersalah. 

Wajah Renata mencelos kecewa. Aku tahu dia sudah berharap banyak dengan Dewi. Entah kenapa, bibir ini langsung menyambar begitu saja.

“Ya sudah, Re! Besok atau lusa aku mau lihat tempatnya dulu, ya!”tukasku pada Renata yang membuat pandangan Dewi membeliak seketika dan menatap ke arahku. Lalu, kembali gelak tawa terdengar dari Salsa dan Mirna seraya menepuk-nepuk pundak Dewi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anggiria Dewi
jiwa kebaikan ayu meronta"...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status