Semua Bab After We Kissed: Bab 1 - Bab 10
64 Bab
1. Laura Wilona
Hingar bingar gemerlapnya dunia malam benar-benar membuat pusing yang dirasa Laura sejak siang kian menjadi-jadi. Semua ini karena obrolannya bersama Sang Mama lewat telepon yang membuat Laura tidak bisa tidur hampir semalaman. Padahal besok harinya ia harus datang ke kantor lebih pagi dari biasanya. Perkataan Mama bagaikan bom Hiroshima dan Nagasaki yang meluluh lantakkan gendang telinga.  
Baca selengkapnya
2. Abraham Wibisana
Dahinya berkerut dengan mata yang masih setengah terpejam. Ia benar-benar terganggu dengan ketukan bertubi-tubi pada pintu kamarnya. Abraham menguap lebar. Kemudian menutup telinganya dengan bantal serapat mungkin guna meredam bunyi bising yang mendera indera pendengarannya. Namun sepertinya Abraham lupa mengunci pintu kamar semalam. Karuan saja kenop pintu terbuka dan menampilkan Danesha tengah berdiri sembari bersandar pada tiang pintu.“Sudah lewat waktu sarapan, Mas. Ditunggu Bunda di bawah.” Abraham tidak menyahut. Ia
Baca selengkapnya
3. Kita Putus
Minggu pagi adalah waktu yang tepat bagi seorang Laura untuk bersantai. Jarang sekali ia mau diganggu. Laura lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah saja daripada pergi hangout ke Mall bersama teman-temannya, tapi tidak untuk hari ini. Laura sudah terlanjur membuat janji dengan dokter gigi pribadinya untuk rutin kontrol kawat gigi yang telah lama melekat digiginya sejak satu setengah tahun yang lalu.Laura mematut dirinya berulang kali di depan kaca sembari memulas wajahnya dengan rangkaian skincare dan lipstik. Hari ini Laura ingin tampil senatural mungkin. Tanpa alas bedak hingga benda apapun yang dapat mengubah penampilannya. Rambut panjangnya ia ikat ekor kuda agar terlihat fresh. Mama menatapnya heran saat Laura menuruni
Baca selengkapnya
4. Pertemuan (1)
Hidup memang tidak seindah novel harlequin yang biasa Laura baca. Romansa yang ada tidak semanis yang Laura jalani pula. Kandasnya hubungan Laura dan Gavin buktinya. Di saat sebuah keseriusan dipertanyakan malah kekecewaan yang ia dapatkan. Laura bukanlah perempuan yang terburu-buru dalam pernikahan. Bukan. Ia hanya ingin sebuah kejelasan dalam hubungannya. Laura hanya menuntut label sah atas siapa pemilik dirinya. Sayangnya Gavin tidak sependapat dengannya. Berita itu akhirnya sampai juga ke telinga Freya, sahabat terdekat Laura. Senyuman Freya merekah saat itu. Sahabatnya itu benar-benar lega atas keputusan yang ia ambil. Sejak dulu Laura sebenarnya tahu jika Freya menentangnya berpacaran dengan Gavin. Freya lebih banyak menghin
Baca selengkapnya
5. Pertemuan (2)
Tepukan pada bahunya membuat Abraham memalingkan wajah sejenak. Galileo menaikkan sebelah alisnya sembari menatapnya penuh heran.  “What’s up, Bro? Dari pagi itu kerutan di dahi nggak surut-surut. Ada masalah?” Abraham tidak berkomentar apa-apa. Karena sekali ia membuka mulut untuk Galileo, maka sama halnya dengan memberikan informasi secara cuma-cuma layaknya di akun gosip yang bertebaran di instagram. Lagipula tidak ada untungnya juga Abraham berbagi c
Baca selengkapnya
6. Ketemu Dia Lagi
Rutinitas Laura kembali seperti sedia kala. Tidak ada obrolan lanjutan mengenai pembahasan perjodohan di rumah. Bahkan Mama dan Papa juga tidak memaksakan kehendak mereka lagi pada anak semata wayangnya. Sepertinya tindakan Laura hari itu telah membuka mata kedua orangtuanya. Laura teringat apa yang Mama dan Papa katakan.“Mama sayang sama kamu, La. Mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Mama nggak mau kamu salah langkah. Tapi nyatanya Mama yang selama ini telah salah langkah.”“Papa juga, Nak. Papa juga salah karena nggak bisa menghentikan Mamamu. Maafin Papa ya, La.”
Baca selengkapnya
7. Sentuhan
Freya tidak kuasa menahan tawanya. Ia sama sekali tidak menyangka jika sahabatnya yang cantik itu diberikan julukan ‘Perempuan Alien’ oleh mantan calon suaminya. Laura tertegun memandang Freya yang masih tergolek lemas memegangi perutnya yang mendadak kram akibat terlalu banyak tertawa. Pertemuan Laura dengan Abraham waktu lalu meninggalkan kesan mendalam untuknya. Laura benar-benar tidak menyangka jika dokter tampan itu ada di tempat kejadian. Entah disengaja atau tidak.“Sumpah deh, La. Aku jadi penasaran seperti apa sosok Dokter Abraham itu. Kocak banget Dokter satu itu. Apa dia ganteng? Kenapa dari sekian ribu kata yang ada di dunia ini harus alien yang dia pilih sih? Pasti masa kecilnya dulu kurang bahagia,&r
Baca selengkapnya
8. Rasanya Seperti Permen
Abraham memaki dirinya. Ia tidak menyangka jika keputusannya membatalkan perjodohan waktu itu berimbas negatif pada keluarganya. Suasana seisi rumah tidaklah sama lagi seperti sebelumnya. Begitu banyak perubahan yang terjadi, termasuk pada Bundanya. Bunda masih mogok bicara padanya sampai sekarang. Mau sekeras apapun Abraham berusaha meminta pengertian, Sang Bunda tetap tidak bergeming sama sekali. Bunda bahkan seolah-olah tidak menganggap Abraham ada di rumah. Mau ia pulang atau tidak, Bunda tidak peduli. Benar-benar hebat daya pikat dari perempuan bernama Laura Wilona untuk Bunda.  “Berdamai saja lah, Mas. Mengalah sama Bunda,” sahut Danesha ketika masuk ke kamarnya tanpa
Baca selengkapnya
9. Ide Gila
Laura melenggang masuk ke dalam sebuah resto tempat di mana ia membuat janji. Seseorang melambaikan tangan ke arah Laura seolah memberitahunya ke mana meja yang harus ia tuju. Abraham meneliti Laura dengan sebelah alisnya yang terangkat.“Telat tiga puluh menit,” kata laki-laki itu ketika Laura meletakkan bokongnya di kursi. “Aku paling nggak suka menunggu orang tukang ngaret begini,” tambahnya lagi.“Kalau nggak suka kenapa nggak pergi dari tadi saja? Aku kan sudah bilang akan datang telat. Lagian Mas sendiri kan yang nggak mau ganti hari? Ya itu konsekuensinya,”
Baca selengkapnya
10. Deal!
Kesepakatan yang terjadi di antara Laura dan Abraham akhirnya terlaksana siang ini di hari Minggu setelah sehari sebelumnya Abraham mengabarinya via Whatsapp. Laura berulang kali membetulkan letak pakaian yang melekat di tubuh semampainya, dan berharap ia tidak salah memilih pakaian. Salahkan Abraham yang tidak memberinya masukan tentang busana apa yang pantas ia kenakan saat bertemu dengan Bundanya nanti—membuat Laura harus putar otak memilah pakaian yang ada di lemarinya saat ini.“Mau pakai pakaian apa saja terserah. Asalkan nggak telanjang.” Begitu balas Abraham tadi. Dibilang kesal, jelas Laura kesalnya bukan main. Walaupun pernikahan ini nantinya hanyalah sebuah perjanjian belaka, tapi setidaknya Laura harus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status