Semua Bab Behind The Beast: Bab 1 - Bab 10
60 Bab
Prolog
This story contains adult themes, violence, and drug use. It's intended for mature audiences only. If you are uptight, puritanical, easily offended, or lacking a sense of humor, please stop reading this!   It comes with all the trigger warnings and nothing is safe for work. This story may upset you, anger you, or cause you to become hopelessly addicted to my updates.   Read at your own risk!   ❌DON'T COPY PASTE❌   C o p y r i g h t   This is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the auth
Baca selengkapnya
I. Spring Has Sprung
Setelah libur musim dingin selama kurang lebih satu bulan, semester musim semi pun dimulai.   Pada dasarnya, cuaca di New York masih dalam keadaan musim dingin. Salju masih ada dimana-mana dan temperatur masih minus di bawah nol derajat celcius.   Namun, rerumputan yang tadinya gundul dan kering, sebagian sudah berubah menghijau, bunga-bunga dengan aneka warna bermekaran, dan pepohonan sudah mulai berdaun kembali.   Sungguh pemandangan yang menghangatkan hati, tetapi perasaan senang dan gembira itu berubah menjadi kekesalan untuk seorang Vander.   Ya, laki-laki bertubuh besar dengan balutan jaket tebal disertai bingkaian kaca mata petak di wajahnya, juga rambut klimis yang disisir rapi ke belakang itu sedang mendapati kesialannya pagi ini.   Bagaimana tidak? Di h
Baca selengkapnya
I. Spring | Two
"Open the gate!" Vander berteriak di depan sebuah gerbang bangunan lama yang merupakan pabrik sepatu yang tidak terpakai lagi. Di depannya terdapat simbol besar Alchemy yang melambangkan emas— lingkaran dengan titik hitam sebagai pusatnya disertai mahkotanya.   Bangunan itu sebenarnya merupakan properti milik keluarga Paul Turner yang merupakan pemimpin kelompoknya. Dan sekarang beralih fungsi menjadi markas besar kelompok mereka— The Midas.   The Midas yang artinya sendiri adalah The God of Golden touch— merupakan kelompok yang paling ditakuti di daratan detroit, Michigan. Karena pengaruhnya, tak ada satupun yang berani menentang mereka, bahkan mereka kebal akan hukum di sana.   Termasuk Vanderex Zeckar. Ia adalah salah satu anggota geng itu, dan merupakan yang termuda diantaranya.
Baca selengkapnya
I. Spring | Three
Vander tak bisa untuk tidak menekuk wajahnya dengan tampang masam. Merupakan hal yang tidak biasa dengan kesehariannya yang selalu tampak datar. Bahkan ia jarang sekali marah dan terkesan tak ingin tahu menahu dengan masalah. Selalu menanggapi setiap persoalan dengan mudah karena  pengendalian dirinya yang luar biasa.   Namun, kini apa yang terjadi sungguh merusak tatanan hidupnya. Wanita yang ia temui belum sampai dua belas jam itu sungguh menguras emosi dan tenaga.   Bagaimana tidak? pertikaian mereka tadi disaksikan khalayak umum dan sekarang harus berhadapan dengan  salah seorang polisi lalu lintas setempat  yang dengan sok bijak memberi siraman rohani pada mereka selama lebih kurang setengah jam hanya karena membuat keributan di tengah jalan.   Damn it!   "Tuan Zeckar, apa kau sedang
Baca selengkapnya
I. Spring | Four
Tidak seperti biasanya— pagi ini Vander bangun tepat waktu. Ia sendiri cukup terkejut mendapati dirinya yang tidak kesiangan. Bahkan ia terbangun sebelum bunyi alarm. Suatu pencapaian yang membuatnya ingin tertawa.   Padahal biasanya ia terlambat bangun karena baru bisa terlelap saat fajar. Kini ia bisa tersenyum cerah, karena akhirnya bisa melakukan ritual sarapan pagi bersama ayah dan ibunya dengan benar.   Ayah dan Ibu Vander saja merasa seperti mendapatkan kejutan saat melihat sang anak duduk manis sambil memakan sarapannya dengan tekun. Padahal selama ini Vander terkenal susah ditemui pada pagi hari. Entah itu karena masih tidur atau terburu-buru bak orang dikejar setan.   Ini seperti apa yang diharapkan Vander untuk mengawali harinya; bangun pagi, sarapan bersama, mengikuti kelas paginya tepat waktu dan bekerja hingga sore hari lalu pulang untuk
Baca selengkapnya
I. Spring | Five
"Dad?"   Suara bruk terdengar ketika tubuh gadis itu terjatuh dan mendarat diundakan tangga dengan posisi terduduk, Vander tak sadar melepas pegangannya.   "Aww..."   "VANDER!"   Mulut Vander menganga mendapati gadis yang berada dalam bopongannya tadi terjatuh. Dan saat ia beralih ke suara ayahnya, pria paruh baya itu sedang membelalakkan mata padanya.   "Kenapa diam? Segera angkat gadis itu! Kau mencelakainya."   Vander tersadar. Segera Vander mengikuti instruksi ayahnya untuk menolong Chloe. Dengan gerakan kakunya yang terkesan terburu-buru, ia mengangkat gadis itu.   "Aww.. you hurt me." Chloe meringis lagi.  
Baca selengkapnya
I. Spring | Six
"Louis Miller?"   Vander memandang ke arah pria bersurai perak  dengan bathrobenya dan Chloe bergantian. Ia tak tahu kalau masa lalunya kini bisa berubah menjadi mimpi buruk. Dan seperti dejavu.   Lagi. Ia menemukan pria yang ia kira sahabatnya itu menjadi benalu di hidupnya.   Pria bernama Louis itu terkejut, "Vander? Is that you? Kau bersama... Chloe?" Memerhatikan penampilan baru Vander yang dengan kacamata.   Tak lagi berlari seperti masa lalu. Vander maju selangkah dan memberi pukulan telak pada rahang Louis.   "Terima kasih untuk kembali karena aku belum memberi salam perpisahanku dengan benar dulu. Goodbye, Jerk!"   Setelah merubuhkan Louis yang tak bisa berkutik, Vander beralih ke ar
Baca selengkapnya
I. Spring | Seven
Suara langkah kaki dari lantai atas terdengar sedikit gaduh, disusul dengam suara kursi bergeser, membuat Zallyn mengalihkan pandangannya ketika ia baru saja mengangkat waffle dari cetakannya.Wanita paruh baya itu cukup terkejut dengan kehadiran putranya di pagi hari.Lantas ia bertanya sambil mengerutkan keningnya. "Vander, kau bangun pagi lagi? Apa ada kelas pagi hari ini?"Vander duduk di meja makan saat ibunya membalikkan badan dari arah pantry menghadapnya. Sepertinya paruh baya itu belum terbiasa dengan kebiasaan baru anaknya- bangun pagi."Ada janji dengan dad, Mom. Lagipula tidak ada kelas hari ini."Sang ibu berjalan ke arah meja makan seraya mem
Baca selengkapnya
I. Spring | Eight
Setelah menurunkan Chloe di salah satu gedung tua berbatu bata merah yang hanya beberapa blok dari rumahnya. Vander dan ayahnya kembali dalam keheningan tak berujung. Bahkan sampai mereka di garasi rumah, Vander tetap menunjukkan aksi tutup mulutnya. Dan menghindar cepat dari sang ayah yang kini memasang tanda tanya besar di wajahnya saat anaknya berlalu masuk ke dalam rumah."Vander, Daddy ingin bicara padamu. Kita bicara di halaman belakang," ucap Ayahnya saat Vander sudah separuh jalan di tangga menuju kamarnya.Vander memejamkan matanya kesal. Tak bisakah ia diberikan waktu barang sebentar untuk menenangkan dirinya? Ia takut dirinya hilang kendali di depan ayahnya saat gejolak emosinya sedang tak menentu.Namun itu yang mereka butuhkan kini. Vander tak bisa harus terus menerus
Baca selengkapnya
I. Spring | Nine
"No way!" pekik Andres tiba-tiba sambil berdiri, "Bukannya ini wanita yang berada di laptop Vander?" tanyanya dengan logat latinnya yang kental.Vander yang tadinya mengalihkan wajah ke samping lainnya, seketika berbalik menghadap sang tamu yang sedang berdiri sambil tersenyum kepada semua orang.Tidak! Sang mantan tidak seharusnya berada disini. Ini bukan tempat pembuangan! Sosok itu harus segera disingkirkan, kalau tidak akan mengundang penyakit.Lantas Vander berdiri dan seketika suara kursi berderit terdengar di lantai kayu. Membuat samua mata tertuju pada pria berbaju kuning itu yang hendak melangkah ke arah sang tamu asing."Ikut aku!" desis Vander mengamit tangan wanita yang dibencinya tersebut. Membawanya menjauh dari yang lainnya menuju pintu keluar.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status