Semua Bab Tentang Harga Diri: Bab 1 - Bab 10
1073 Bab
1. Menantu Tak Berguna
Alunan musik nan lembut dari pemain piano menggema seantero ruangan. Seorang pria berwajah tampan dengan tubuh yang proporsional berdiri di ujung,  bersandar pada pilar. Ia sendirian, selalu sendiri.  Dialah Nicholas atau Nicko,  seorang pria tanpa nama belakang, suami dari Josephine Windsor. Putri bungsu pasangan Edmund dan Daisy Windsor, salah satu keluarga kaya di Westcoast Town.                               *** Hari ini adalah ulang tahun Howard Windsor, kakak dari Edmund. Sudah menjadi tradisi di keluarga besar ini untuk selalu merayakan hari jadi atau ulang tahun pernikahan mereka.  Tentu saja siapapun yang hadir membawakan hadiah. Sebenarnya tujuannya adalah untuk ajang pamer kekayaan saja, siapa yang memberi hadiah termahal.  "Ayah, ini kuberikan lukisan karya Fransesca dari abad ke 19, maaf harganya tak seberap
Baca selengkapnya
2.DNA Lloyd
Nicko melangkahkan kakinya lebar-lebar begitu turun dari bis. Ia tak ingin membuat keluarga Watts marah padanya.  Teringat bagaimana ia mendapatkan pukulan tongkat pada betisnya saat berusia sepuluh tahun hanya karena terlambat menghidangkan teh. Belum lagi kemarahan Nyonya Emily yang selalu mengatakan bahwa ia dibuang oleh sang Ayah. Mengingat itu semua sungguh membuat dadanya terasa panas. Semuanya adalah kenyataan yang begitu pahit. Namun mampu memberinya kekuatan menghadapi hidup, hingga ia tak peduli akan hinaan yang selalu diberikan oleh keluarga Windsor. "Dari mana saja kau, jam segini baru datang. Apa kau mau membuat istriku mati?" bentak Jamie Watts sambil melayangkan tamparan pada Nicko. "Aku sedang menghadiri acara ulang tahun di rumah Paman Howard," jawab Nicko tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Huh! Bisa-bisanya kau berpesta pora sementara istriku harus menahan sakit. Kau seharusnya datang memb
Baca selengkapnya
3.Insiden Di Rumah Sakit
Nicko masih berdiam sambil menyipitkan mata saat melihat Jamie terjepit. Mempertanyakan ada apa gerangan dengan pria bertubuh tambun ini, kenapa bisa tak bernyali. Dimana keangkuhan dan kuasa yang selama dipamerkan. "Russel, kau tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk para penipu?" kata Tuan Lloyd pada salah satu pria berpakaian hitam yang berdiri paling depan. Ekspresi wajah Russel sangat kaku, sejak tadi tak pernah ada senyum apalagi tawa. Semua serba lurus. Kemungkinan pria bernama Russel adalah pimpinan mereka. Russel mengambil senjata api dari sisi kiri pinggangnya. Mengusap pistol berwarna hitam itu tepat di hadapan Jamie dan keluarganya. Ekspresi wajah kaku yang ditujukan oleh Russel semakin memperkuat aura garangnya. Semakin membuat keluarga Watts merasa terpojok. Jamie yang masih sayang akan nyawanya pun menyenggol kedua anaknya. Mengajak mereka bersimpuh dan meminta pengampunan. 
Baca selengkapnya
4. Seorang Jutawan
Nicko masih tak percaya dengan nominal yang tertera di layat monitor ATM beberapa waktu lalu. Kini pemuda itu bersandar sambil mengipas-ngipaskan kartu tak jauh dari mesin uang. Tiga puluh milyar dolar adalah jumlah yang sungguh fantastis,  apalagi baginya yang tak pernah memegang banyak uang. Ia bertanya-tanya berapa total kekeyaan Keluarga Lloyd, jika uang tabungan yang memang sengaja disiapkan untuknya saja sebesar ini. Bisa-bisa mencapai satu atau lima triliyun dollar atau mungkin lebih. Kemahsayuran keluarga Lloyd memang bukan rahasia umum lagi di Westcoast Town. Mereka memiliki beberapa perusahaan ternama yang tak haya terkenal di Westcoast Town tapi seantero negeri. Harta kekayaan keluarga Blanc saja nominalnya tak jauh beda dengan saldo ATM nya, apalagi keluarga Windsor. Kartu ATM yang diterima oleh Nicko memang edisi khusus. Bank hanya menerbitkannya untuk kalangan atas yang minimal kekayaannya adalah satu triliyun dollar
Baca selengkapnya
5.Jangan Coba-Coba Menyentuh Istriku
Howard Windsor membuka kotak hitam yang diberikan oleh Adrian tepat di dekat Josephine. Pria paruh baya ini memang sengaja menunjukkan pesona Adrian di depan keponakannya yang cantik.  Sebuah miniatur kuda berlapis emas tersimpan rapi dalam kotak pemberian pria berambut pirang itu. Howard menduga harganya cukup mahal,  bisa mencapai jutaan dollar.  "Wow, ini bagus sekali, terima kasih Adrian," kata Howard.  "Apakah Anda menyukainya?" tanya Adrian bermaksud menyombong.  "Tentu saja Ayahku menyukainya, hadiah darimu sungguh istimewa. Kau benar-benar menunjukkan kepedulianmu pada keluarga kita," jawab Damian mencoba untuk menyindir Josephine lantaran suaminya tak membawa apapun.  "Ya, kau sungguh menghargai Pamanku," tambah Armando yang mengerti maksud dari Damian.  "Kau sungguh baik Adrian, yang menjadi bagian dari keluarga kami saja tak membawa apapun, bahkan sekaleng acar pun t
Baca selengkapnya
6.Pecundang Sebenarnya
Tawa menggema saat mendengar tantangan yang diajukan oleh Nicko. Bagi mereka Nicko telah menggali kuburannya sendiri. "Kau yakin dengan rencanamu?" tanya Adrian pongah. "Apa kau lihat diriku sedang becanda?" balas Nicko. Josephine memegangi lengan suaminya erat-erat, sepertinya tak setuju dengan usulan para pria itu. Bagi Josephine sikap mereka kali ini terlihat kekanakan."Huh, Boys will be boys," batinnya. Kekhawatiran terpancar jelas pada paras ayu Josephine. Adrian Law cukup dikenal sebagai keluarga terpandang. Mereka memiliki akses dengan para pesohor dan juga orang-orang kaya lainnya. Berbeda dengan Nicko yang tampak percaya diri. Sang istri justru menunduk karena takut. Nicko yang menyadari perubahan pada istrinya pun mengusap lembut jemari sang istri. "Tenang ya, Sayang," katanya mencoba menenangkan. Josephine mengangguk dan mencoba untuk tenang. Walau se
Baca selengkapnya
7.Percakapan dengan Keluarga Windsor
Sama seperti hari-hari sebelumnya, Nicko mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Rumah Edmund Winsor yang luasnya tak seberapa dibandingkan Paman Howard. Tak ada sesal baginya tiap kali mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Baginya, apa yang ia lakukan saat ini adalah penyeimbang dalam kehidupan rumah tangganya. Josephine bekerja di perusahaan keluarga dan memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka termasuk Tuan dan Nyonya Windsor. Nicko bukannya enggan atau malas mencari pekerjaan dan menafkahi sang istri. Namun keputusannya meninggalkan tempat kerjanya yang lama secara tiba-tiba membuat dirinya sedikit kesulitan mencari pekerjaan. Apalagi pekerjaan lamanya berada di kota kecil pada perusahaan yang tidak terlalu bergengsi. Pernah sekali ia mendapat pekerjaan sebagai kurir pengantar barang, tapi hal itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga Windsor. Bekerja sebagai pengantar barang dinilai sangat hina bagi keluarga Windsor yang cukup terpandang. A
Baca selengkapnya
8.Hasil Pemeriksaan
Mobil Van yang dikemudikan Nicko baru saja tiba di pelataran Rumah Sakit. Setelah ia mengantar wanita yang dicintai ke kantornya. Pemuda 25 tahun itu pun segera melangkahkan kakinya lebar-lebar. Ia mungkin terlambat untuk bertemu dengan Tuan Brenan. Mobil van yang ia bawa bukanlah mobil mewah, maka dari itu ia harus parkir di tempat yang jauh dari lobi. Dengan langkah tergesa dan napas yang menderu lebih cepat, Nicko mencapai lobi. Tampak sosok yang dikenalnya sedang duduk di sofa yang letaknya sedikit tersembunyi. Fyuh! Pemuda berwajah tampan itu pun menyunggingkan senyum setelah menghembuskan napas lega. Di hadapannya duduk dua orang berpakaian rapi, salah satunya memegang sebuah tongkat kebesaran.  Di belakang mereka berdiri beberapa orang dengan pakaian serba hitam. "Mohon maaf, saya terlambat Tuan," katanya sopan. "Tak apa, duduklah anak muda! dan berhentilah untuk memanggilku Tuan!" perintah T
Baca selengkapnya
9.Bisnis Keluarga Windsor
Seketika raut wajah Josephine berubah saat mendengar ucapan sang nenek. Ia yang tadinya bersemangat berubah jadi enggan dan ingin sekali pertemuan ini berakhir."Benar, Tuan Law pasti tak akan segan untuk menyuntikkan dana pada perusahaan kita," tambah Howard. "Ya itu pasti, Tuan Law orangnya sangat kaya dan sepertinya ia menghormati keluarga kita," Kali ini giliran Nenek Elizabeth yang berbicara. Seisi ruangan tak henti membicarakan kehebatan dan kekayaan keluarga Law. Mereka seolah telah mendewakan sosok keluarga yang posisinya dua tingkat di atas mereka. Pembicaraan itu sebenarnya hanya untuk menyindir Josephine dan merendahkan suaminya. Mereka terus saja berbicara dan berharap Josephine melakukan sesuatu untuk membantu mereka. "Damian, kenapa kau tak mencoba untuk bicara dengan Adrian Law, bukankah kalian cukup akrab?" tanya Howard tapi kedua matanya melirik ke arah Josephine. Namun istri dari Nic
Baca selengkapnya
10.Nenek Kena Serangan Jantung
Josephine kembali memainkan jemarinya sambil menunduk. Ia tak tahan dengan tatapan sinis yang menyerangnya. Menyalahkan atas semua yang terjadi pada sang Nenek. Dia mencoba untuk mendekat ke arah pintu, tapi Paman Howard menghalangi dan menyuruhnya pergi. "Untuk apa kau kemari? Bukankah kau tak peduli akan keadaan Nenek?" kata Tuan Howard. "Aku hanya ingin melihat keadaan Nenek," jawab Josephine takut-takut."Huh, masih berani kau memanggilnya Nenek, setelah apa yang baru kau lakukan?" ejek Damian."Maaf ... Aku ... Aku tak bermaksud melakukannya. Aku hanya tak bisa berkencan dengan orang lain sementara statusku telah bersuami," Josephine mencoba membela diri. "Ah,  alasan. Kau memang sudah tak peduli pada keluargamu. Tak lama pintu ruangan Nenek pun terbuka. Seorang wanita  berjubah putih keluar dari sana. Dia adalah dokter Dolores Ryan, dokter pribadi keluarga Windsor.&nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
108
DMCA.com Protection Status