Semua Bab Dendam Birahi Penakluk Hati: Bab 1 - Bab 10
185 Bab
Pertemuan pertama
"Saya mau dilayani dia," Seorang pria berwajah tampan dengan mata ditutup dengan kaca mata hitam sedang berbicara dengan seorang pelayan restoran. Dagunya dimajukan menunjuk satu arah.Pria itu masih duduk di tempatnya, tangan dilipat di dada sambil matanya tak lepas dari memandang seorang pelayan yang sedang mengambil order di meja ujung."Sebentar ya pak.""Hmmmm." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Delia melangkah menyusul Dinar yang juga baru selesai mengambil order dari pelanggan di meja 15. Delia menghampiri Dinar yang baru saja meninggalkan meja paling ujung. Mereka berjalan menuju ke meja catering dan meletakkan kertas orderan dari meja para pelanggan itu disebuah papan kecil dan ditancapkan dengan paku yang sudah di khususkan untuk kertas orderan. "Di, meja nomor 3 minta kamu yang ambil orderan." Delia berbisik pada Dinar."Tadi kan kamu sudah di meja itu, Del.""Tapi dia nggak mau order dulu, nunggu kamu katanya."Kening Dinar berkerut,
Baca selengkapnya
Mimpi buruk
Seminggu berlalu setelah perkenalan antara Dinar Azalea dan Dirham Assegaff, Dinar yang mulai bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore itu heran karena seminggu ini juga dia sering melihat Dirham makan siang di sana. Dinar hanya akan memberi senyuman manis dan menganggukkan kepala ketika mata mereka bertemu. Mungkin dia kerja di dekat sini. Itu yang dipikir Dinar. Setalah jam kerja habis Dinar berniat untuk pulang, dia berjalan hendak menunggu driver ojol, jam segini biasanya banyak ojol menawarkan jasa tanpa pakai aplikasi. Jam pulang kantor memang jalanan penuh dengan orang-orang pulang kerja. Pin pin Dinar masih berjalan tidak menghiraukan suara klakson mobil yang dibunyikan beberapa kali. Dia menoleh kesamping setelah mobil itu meluncur perlahan menyalip langkahnya. Sebuah mobil berhenti tepat di depannya. kaca mobil dibuka dan tampaklah wajah cowok yang beberapa hari ini sering muncul di tempatnya bekerja, cowok yang mengajaknya makan siang semi
Baca selengkapnya
Harus terbalas
Kedekatannya dengan Dirham dua Minggu ini membuat hari-hari Dinar semakin bersemangat, dari awal bangun pagi, beres-beres sampai pergi ke tempat kerja, senyum tak pernah lekang dari bibir, Delia sebagai teman dekatnya di tempat kerja tentu saja bisa melihat perubahan itu. Hari ini Dinar bertemu dengan Zaky Azhar anak dari pemilik restoran tempat dia bekerja. Zaky yang baru pulang dari kuliah segera menuju ke restoran untuk menemui Edo, tapi saat sampai di sana barang yang di pesan Edo lupa untuk dibawa.  "Ky, ada bawa barang yang pak Doni bilang?" Zaky menepuk dahinya, baru dia teringat kalau barang itu belum dimasukkan ke mobil tadi. Itulah, gara-gara ke kampus untuk ketemu dosen dulu jadi lupa semuanya, padahal papanya sudah pesan dari tadi malam sebelum berangkat ke Medan. "Aduh, gue lupa." "Padahal penting banget bro, kan itu bahan untuk pesanan pelanggan hari ini, satu jam lagi chef Rizal mau menyediakan semua pesanan unt
Baca selengkapnya
Atur rencana
"Hati-hati di jalan ya, Di," pesan Bu Ambar, ibu kepada Zaky, dia suka dengan pribadi Dinar yang ceria dan mandiri, suaminya sering cerita tentang staf di restorannya yang ceria masih muda dan mandiri, Dinar namanya. Bahkan Bu Ambar sudah menganggap Dinar seperti anak sendiri, karena dia tidak punya anak perempuan. "Makasih Bu, saya balik ke restoran lagi, naik grab aja." "Zaky nggak bisa antar?" "Aku ada pertemuan dengan grup diskusi Ma, penting."  "Ya udah, ibu antar sampai depan." Dinar mengangguk dan mengikuti langkah Bu Ambar ke depan. Mereka menunggu ojol yang sudah dipesan barusan. Sementara di tempat lain Dirham sedang menunggu seseorang di cafe, tempat yang sudah dijanjikan untuk bertemu seseorang. Selang beberapa saat menunggu, akhirnya orang yang ditunggu muncul. Seorang pria dengan pakaian casual dan berperawakan tinggi, berkacamata hitam mendekatinya.  Mereka berjabat tangan ala lelaki lalu duduk
Baca selengkapnya
Terperangkap
Dinar memberi senyum manis dan mengangguk saat matanya bertemu dengan mata Dirham, dia masih dalam waktu kerja, setelah mengantar makanan Dirham ke mejanya, Dinar segera melangkah hendak meninggalkan pria itu. Tapi belum sempat melangkah, pergelangan tangannya dipegang erat.  "Besok aku jemput jam 7 malam, di depan kos." Tajam mata elang itu mampu menggetarkan hatinya. "Kan belum tahu aku pulangnya jam berapa." "Aku tahu, besok kamu pulang jam 6 sore, sift kerjamu tidak sampai malam kan?" "Lepas dulu, aku banyak kerjaan." Tidak mau debar hatinya diketahui pria itu. "Oke aku lepas, ingat besok jam 7 malam." Dinar menjulingkan matanya ke atas, ada pula orang kek gini, 'sudah ngajak, maksa, dan tidak tau situasi'.  Dirham melepaskan tangannya, Dinar bernafas lega, dia juga menyadari banyak  orang yang menyaksikan drama sebabak barusan. 'dasar cowok aneh'.  **** "Aku ada didepan." 
Baca selengkapnya
Aku Benci Kamu
“Ingat baik-baik, aku tidak akan melapaskanmu, sampai aku puas membalas sakit hatiku, sampai aku puas bermain denganmu.” Plakk Dinar menampar pipi Dirham, berani sekali dia berbicara seenaknya, tangan Dinar gemetar, sekuat tenaga dia mempertahankan kewarasan dirinya, dia berusaha melawan hasrat yang semakin menggila kini munguasainya. Entah obat apa yang dimasukkan dalam minumannya tadi.“Oh, mau main kasar? Aku suka, aku lebih suka kalau kamu mau main kasar.”Rahang Dinar kembali dicengkram dengan kasar. Gadis itu dipaksa mendongak untuk menatap wajah Dirham.Airmata jatuh di pipi, semakin deras, “Apa maumu Dirham, tolong jangan lakukan ini padaku, apa maumu sebenarnya?”“Kamu, itu yang aku mau”“Bukan begini caranya, aku tidak bersalah. Bahkan aku tidak mengerti apa maksudmu." Dinar menaikkan nada bicaranya, muak karena dituduh melulu. “Aku membantu seseorang menuntut balas, atas kematiannya!” Dinar kaget mendengar ucapan pria itu.
Baca selengkapnya
Kau Yang Sakiti Kau Juga Yang Obati
Dinar menggeliat, badannya seperti habis dihantam dengan satu tronton beton, sakit semua, terutama di bagian bawah tubuhnya. Kepalanya terasa sakit berdenyut, matanya menatap langit-langit kamar, otaknya diputar mengingat kejadian sebelumnya. Dia meraba sebelahnya, kosong. Berarti dia sudah pergi, Dinar menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Serta merta air matanya tumpah melihat banyak sekali love bite di sekujur tubuhnya. Dia bangun meski badannya terasa sakit bagaikan remuk, Dinar meraung mengingat semua kejadian yang dialaminya. Tiada apapun dalam dirinya kini, mahkota yang selama ini dijaga hanya untuk suaminya nanti telah direnggut dengan paksa. Dinar duduk memeluk lututnya dengan Isak tangis lirih. ‘Kenapa kamu tega Dirham, padahal aku sudah mulai percaya kalau niatmu mendekatiku itu tulus, lelaki brengsek!  maafkan Dinar Bu, Dinar tidak bisa jaga diri sendiri, maafkan Dinar’ gadis itu terus menangis dan berbicara sendiri.  Hampir setengah jam Di
Baca selengkapnya
Dia adikku
Ponsel Dirham tiba-tiba berbunyi, dengan malas dia mengambil benda bermerk buah bekas kena gigit itu lalu didekatkan di telinganya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang pensil di atas kertas. “Waalaikumussalam ma, sepertinya malam ini tidak bisa.”(Kenapa? Tadi papa bilang kamu tidak enak badan, pulang ke sini saja, biar mama panggil dokter Rayyan) suara mamanya penuh rasa khawatir. Dirham mengeluh kecil. Pasti PA papanya yang sudah memberi tahu mamanya. “Am ada acara dengan teman-teman yang lain ma, besok kalau Am masih sakit baru pulang ke sana.”(Oke, mama tunggu dan bilang saja mau makan apa biar mama masakkan)“Bukannya mama sibuk di butik?”(Butik gampang diurus, banyak staff bisa gantikan kerja mama disini)“Iyes nyonya Nora yang cantik jelita, besok Am usahakan.”(Am nggak kasihan sama mama)“Bukan kasihan lagi ma, tapi banyak sayangnya, kan lebih enak tu, hehe.”(Paling pinter kembangkan hati mama, ya udah. Tak
Baca selengkapnya
Candu
Konten 21+, yang masih dibawah umur skip dulu.   “Kamu mau apa Dirham? lepaskan aku, kau salah orang, aku tidak pernah menyakiti Fathia.” Dinar berkata lirih, lemah tanpa tenaga. Lelah dengan perlawanan yang seolah sia-sia. Sementara pemuda itu seolah tidak mendengar rayuan dan penjelasannya. Dinar meronta berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Dirham. Tapi pria muda itu tidak bergeming sama sekali. Tangan Dinar memukuli tubuh pria diatasnya, memukul apa saja bagian tubuh Dirham, Pria itu memegang tangan Dinar dan menaruhnya di atas kepala gadis itu.“Kamu pikir aku percaya dengan pembelaanmu? no way!” “Apa maumu setan! sialan kau!” kalimat halus tidak didengar, Gadis itu hilang sabar. Amarahnya kembali seperti singa betina yang sedang lapar. Matanya merah menatap pria diatasnya.“Wow! Ternyata mulut ini minta diajar ya? Puaskan aku, pelac*r!” bisikan sinis tepat di telinga Dinar.“Nggak! Aku tidak mau. Cuih!” Dinar menjauhkan waj
Baca selengkapnya
Dibelikan baju
Restoran keluarga Azhar Edo sedang berbicara dengan Delia, teman dari Dinar, sudah masuk hari ketiga Dinar tidak masuk kerja, nomor teleponnya juga tidak bisa dihubungi. Kemarin ibu Zaky  bertanya tentang gadis itu, iyalah biasanya dua atau tiga hari sekali Dinar akan pergi ke rumah Zaky atas permintaan ibunya. Tapi kini nomor teleponnya juga tidak aktif. “Del, kamu tahu nggak rumah Dinar dimana?”Zaky Azhar hari ini masih bertanya pada Delia tentang Dinar. “Aku nggak tahu mas, yang kutahu dia dari Jogja, itu aja sih.”Delia memang akrab dengan Dinar sejak mereka bekerja bareng di restoran keluarga Zaky. “Apa mungkin Dinar memang resign ya bro?”Zaky bertanya pada Edo selaku manager baru di restoran besar itu.Mereka bertiga tengah break untuk makan siang bareng, dan Zaky datang untuk melihat keadaan restoran keluarganya. Ada sedikit khawatir di hatinya, hampir setahun dekat dengan Dinar tidak pernah sekalipun gadis itu mematikan po
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status