Semua Bab Pick You!: Bab 1 - Bab 10
42 Bab
bab 1
Aku masih tidak paham dengan orang-orang yang selalu ngebet pulang waktu dirawat di rumah sakit. Maksudku, memangnya kenapa sih? Kata mereka makanan rumah sakit membuat perut mual. Rasa yang seperti apa sih maksudnya? Makan bubur dengan sayur bayam? Atau teh hangat tanpa gula?. Andai mereka tahu bahaya makanan dari luar. Tidak higienis, minyak berlebih, banyak lalat, haduh. Mereka bilang juga, trauma datang kemari karena rumah sakit adalah tempat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Keluarga meninggal, atau orang tersayang yang divonis penyakit berat. But do you know? Rumah sakit juga merupakan tempat dimana orang mendapatkan kebahagiaannya. Tempat bayi-bayi lahir, tempat bagi mereka yang mendapat mukjizat untuk sembuh dari penyakitnya. Aku, adalah seorang dokter muda berusia 23 tahun. Namaku Nabilah, orang-orang memanggilku dokter cantik. Kasus seperti diatas itu, sudah berkali-kali aku alami. Tidak satu atau dua kali saja.
Baca selengkapnya
bab 2
"Nih ya, Nabil. Saya kasih tau kamu. Saya dulu itu pinter banget. Kamu bayangin aja, diwaktu saya umur 8 tahun, kelas 3 SD saya menang peringkat 1 olimpiade SAINS se-Jakarta. Keren kan?..-..-Terus waktu SMP, saya dapat peringkat 1 terus dari kelas 7 sampai kelas 9. Bahkan saya menang lagi olimpiade ekonomi, walaupun juara 2 tapi se-nasional lho"Aku terpaksa menampilkan senyum palsu dihadapan dokter narsis didepanku ini. Sedari tadi hanya menceritakan prestasinya. Dia pikir aku iri gitu?Bangga boleh sombong jangan dong. "SMA, kelas 10 sama 11 peringkat 1. Tapi waktu kelas 12 jadi peringkat 2 karena ... yang peringkat 1 suap si kepala sekolah. Makanya saya kalah" Lanjutnya, dengan nada yang lirih diakhir kalimat. "Terus waktu kuliah dulu, nilai IPK saya dapat 3.90"Bodoamat dok. Aku membatin.Waktu dokter Alice ingin melanjutkan kegiatan pamernya, tiba-tiba pintu ruangan dibuka. Dan menampilkan sosok yang tidak kukenal d
Baca selengkapnya
bab 3
Tadi adalah kegiatan penyambutan untuk para pimpinan aksi sosial dan ada beberapa anggota ketentaraan disana. Dimana para dokter dan para staff yang dipilih akan melakukan pidato tentang tema yang ditentukan. "Kak""Hm?" Aldo hanya bergumam, tapi fokusnya tetap di hp."Kak""Hmm""KAK""APAAN SIH NABILAH??!!"Aku menyengir."Gimana?""Gimana apanya?" Dia menaikkan satu alisnya, pertanda bingung."Lo pasti udah pernah aksi sosial kan? Dinas. Kayak gue? Gimana? Disana ngapain aja, gue harus kaya apa?" Tanyaku menggebu nggebu."Gak, gue gak pernah. Beda rumah sakit gue koas nya, lagipula RS gue dulu gak ada tuh aksi sosial""Ck, dokter Ali gak ikut, cuma sama dia gue akrabnya, sama lo juga. Gue gak humble, gak pinter" Aku memberenggut bersender di sofa ruangan Aldo. Aldo merangkulku di pundak. "Tapi kalo dipikir-pikir nih ya, perkiraan lo lebih pintar dari gue itu gede banget"
Baca selengkapnya
bab 4
Jam 8 pagi ini merupakan keberangkatan ku, dan team ke Medan. Untuk dinas kesehatan selama kurang lebih 2 bulan. Aku sudah mempersiapkan segala keperluan yang mungkin disana akan dibutuhkan. Mulai dari pakaian hangat, sepatu 2 pasang, jilbab, dan juga obat-obatan. "Koas Nabil" Aku menengok ke belakang, dari arah suara itu datang."Iya?" "Ini" Kapten menyodorkan tumpukan kertas yang cukup tebal kearahku."Apa ini?" Aku membolak-balik kan kertas itu. Di sana tertulis bermacam-macam mata pelajaran, yang membuat ku harus berfikir keras. "Apa maksutnya?" "Kau inii... Apa tak bisa untuk menggunakan otak dengan benar?" Aku lantas melotot tajam, enak saja dia mengejek dengan sangat tidak enak seperti itu. "Kau kemarin kan tidak jadi di bidang kesehatan, itu. Materi yang kau berikan pada anak-anak nanti" PlakDengan sangat semangat menggeplak kepala kapten."Ini
Baca selengkapnya
bab 5
"Sersan Andin, tolong nanti urus proposal kemasyarakatan ya. Sudah kutitipkan di meja resepsionis. Ambil saja kalau nanti mau berangkat" Sersan membentuk tangannya antara jempol dan telunjuk, berarti oke. "Hei kau- "Aku merespon dengan menaikkan kedua alis. Dan secara tiba-tiba kapten melemparkan sesuatu ke arahku. Mau tidak mau aku menangkapnya secara reflek."Itu tolong kau simpan. Jam tangan mahal milikku. Besok akan aku ambil, sebelum berangkat. Dan ya .... jangan di buka" Dengan sangat terpaksa aku menampilkan senyum semanis mungkin, untuk menjaga citraku di depan Sersan Andin. Dan sebenarnya aku sudah menyumpahi kapten itu di dalam hati, dengan semua nama hewan yang ada. Kurelakan box kecil itu untuk kumasukkan ke tas. Walaupun tudak ikhlas."Kalian saudaraan? Atau .. kerabat. Karena Kapten Andika orang nya pendiam, tidak mudah friendly ke siapa saja, yaa.. terkecuali orang terdekatnya?" Pertanyaan Sersa
Baca selengkapnya
bab 6
Sekitar jam 9 kami sampai di desa Kaliwuhan. Ternyata benar berdasarkan isu yang ada. Desa disini sangat berbeda dengan desa lainnya, masih sangat primitif. Bangunan rumah yang rata-rata dari bambu, hanya gedung sekolah, balai desa, dan bangunan penting lainnya yang terbuat dari batu bata dan semen. Tapi suasana desa masih sangat kental, sawah dan kebun masih sangat rapat, jalanan asli dari tanah bukan aspal, sungai-sungai yang masih sangat deras dan jernih, anak-anak bermain bersama kawanannya bukan memegang ponsel. Bahkan televisi disini pun hanya orang kaya saja yang punya, benar-benar masih menjaga khas tradisional nya. Serasa aku kembali ke zaman waktu kecil dulu.Bis yang kutumpangi di parkir di lapangan, begitupun dengan bis 2 dan bis 3. Lapangan disini sangat luas sekali, kalau di perkirakan 2 kali lapangan yang ada di Jakarta. Maklum, ini lahan kosong yang biasa digunakan anak-anak bermain sepak bola.“So wow! Tak pernah kubayangkan aku akan kesini. Hei
Baca selengkapnya
bab 7
Suara tubuh menghantam air dengan kencang. Menyusul yang kedua. BUM! Lima anak lain serempak loncat.Tubuh-tubuh kecil itu meluncur kedalam sungai, gelembung udara bergerak keatas. Di bawah sana, air sungai yang jernih, anak-anak itu saling menjulurkan lidah, saling mengacungkan jari. Berdebat gaya siapa yang paling bagus. "Kau lihat gayaku tadi? Itu baru loncat gaya duyung!" Anak celana merah berseru. "Duyung apanya? Gaya ku tadi baru lebih bagus. Gaya atlet!" Anak celana biru menimpali. Hingga anak lain pun berusaha membela diri sendiri bahwa gaya nya paling bagus. Aku tertawa pelan, menganggap bahwa ini hiburan yang lucu. Kepalaku kuarahkan kebawah, melihat jam melingkar di pergelangan tangan. Ternyata sudah jam 8 pagi, padahal aku kesini masih petang setelah subuh tadi. Sebelum kesini, aku mengatakan kepada anak-anak itu bahwa aku akan mengajari mereka berbagai pelajaran. Senang? Tentu saja, mereka sangat ri
Baca selengkapnya
bab 8
Belajar selama 60 menit, tidak membuat orang lelah, bahkan anak-anak sekalipun. Itu jika guru mereka se-frekuensi. Begitulah kata Nanda si baju kuning. Teman-temannya yang lain sudah pulang sedari 10 menit yang lalu, namun Nanda, dia masih duduk tenang di pondok sambil membaca kembali apa yang aku tuliskan di depan.  "Apa kamu tidak mau pulang?" Tanyaku dengan tangan yang sibuk di keyboard laptop. Sesekali menoleh kearah anak itu.  "Kakak juga belum kembali" Aku mengangguk meng-iyakan.  "Tapi apa kamu tidak dicari oleh orang tuamu?" Sejenak, Nanda terdiam sambil menatap kosong ke lantai. Aku melihat kehampaan pada raut wajahnya, seperti ada sesuatu yang mengganggu di hatinya.  "Tidak"  Aku memutuskan untuk tidak bertanya apapun lagi. Yang sekarang aku harus fokus membuat daftar siapa saja anak-anak tadi. Beserta tanggal lahir, tahun, dan identitas lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak yang tidak bersekolah. Sanga
Baca selengkapnya
bab 9
Senja sepertinya malu-malu untuk keluar, menampakkan warna jingga yang memanjakan mata. Karena mendung lebih mendominasi di langit petang ini. Itu menandakan, tak lama lagi hujan turun. Sebenarnya sudah di penghujung musim hujan, tapi yang namanya 'turun' siapa tahu.  Aku sendiri sedang membantu para tim untuk memasak. Sudah dipasang kanopi sederhana, tentu saja bagian militer yang menyediakan. Untuk tenda penginapan, kami tidak perlu resah. Tenda itu anti air, terbuat dari plastik tebal dan berat. Untuk meminimalisir adanya kebocoran saat hujan.  Untuk sholat nya pun harus di tenda masing-masing, takut kehujanan di jalan kalau memaksakan berangkat ke surau. Dan disaat ini, aku berhalangan. Oleh karena itu aku sibuk membuat makan malam. Tidak ikut sholat maghrib.  "Sekarang jam berapa dok?" Perawat Evan atau biasa aku memanggil 'kak Evan' bertanya.  "Jam 6 lebih 5. Kayaknya Yang sholat belum keluar deh kak. Masih sepi" Dibagian dap
Baca selengkapnya
bab 10
( Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan teori. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia, yang secara harfiah berarti pengetahuan,namun dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan.Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status