Semua Bab de'Nearos: Menggadaikan Masa Muda untuk Perdamaian Dunia: Bab 1 - Bab 9
9 Bab
Prolog
“Nenek, aku pulang!”Surai cokelat si gadis melambai seiring tubuh mungilnya berhambur masuk ke rumah reyot di tengah hutan. Pintu yang rapuh dimakan rayap itu berdecit ketika ia membukanya. Napas berantakan dan debar kencang di dada tidak menghilangkan senyum lebar di wajah. Manik hazelnya berkeliling, hanya untuk menemukan gelap dan hening.“Nenek?”Semakin tungkainya melangkah masuk, hatinya terasa semakin berat. Debu menyapa hidung, membuat indra penciumnya otomatis merespon. Jaring putih tipis terbentuk di sudut rumah. Aneh. Membiarkan sarang laba-laba adalah hal terakhir yang akan neneknya lakukan. Hening dan gelap bukan lagi hal yang gadis itu jumpai ketika kedua kakinya membawa tubuh itu semakin dalam.Bau busuk.
Baca selengkapnya
Bagian 1
Kedua tungkai itu bergerak cepat menembus gelapnya malam. Tanpa peduli berapa kali tubuhnya harus jatuh terjerembab karena akar menyembul yang menabrak ujung kaki, gadis itu buru-buru bangkit dan kembali melanjutkan laju tungkainya yang sempat terhenti. Bunyi napas dan degup jantungnya terdengar sama keras dengan bunyi hewan malam di sekitarnya.“Nenek! Aku pulang!”Pekikannya menggema ketika tangan mungilnya mendorong kenop pintu reyot, menghasilkan bunyi decitan kencang. Napas berantakan dan peluh yang membanjiri wajah sangat kontras dengan senyum cerah di bibirnya. Ketika sesosok wanita bersurai putih tertangkap netra, si gadis bergegas menghampiri dan melingkarkan lengannya di tubuh wanita tua itu.“Nenek aku berhasil! Aku berhasil, nek!”&ldq
Baca selengkapnya
Bagian 2
“Kisah … yang belum pernah nenek ceritakan?”Ragu terselip dalam tanya si gadis. Opheana menyesap cokelat panasnya pelan sebelum meletakkan cangkir di nakas. Netra wanita itu berpindah pada wajah gugup cucunya.“Nenek salah karena tidak menceritakan segalanya padamu.”“A-apa maksud nenek?”Raquel bisa merasakan ketegangan di antara keduanya. Ketegangan yang jarang sekali terjadi ketika gadis itu bersama neneknya. Di matanya, sang nenek adalah sosok wanita hebat berhati lembut yang selalu memberikan ketenangan bahkan di hari terburuknya sekali pun. Melihat Opheana yang tidak melempar senyum dan memandangnya dengan serius membuat jantung si gadis berdegup kencang.“Nenek bukan di
Baca selengkapnya
Bagian 3
Megah dan mewah tidak cukup untuk menggambarkan betapa indahnya Ottori di mata Raquel. Gadis itu seperti masuk ke dalam cerita dongeng yang sering neneknya bacakan ketika ia masih kecil. Ketika melangkahkan kaki melewati gerbang, bunga indah beraneka warna menyambutnya di kanan dan kiri. Pepohonan rindang membuat sinar matahari terasa tidak begitu menyengat kulit. Terdapat satu dua bangku di dekat pohon dan gadis itu melihat beberapa siswa berseragam berlalu-lalang di sekitar gedung putih tinggi berpilar.Beberapa berjalan dengan terburu-buru, beberapa terlihat membaca buku yang tebalnya bisa dijadikan alas tidur. Ada juga siswa dengan pakaian olahraga yang membawa pedang dan busur. Manik Raquel berbinar dan ia bisa merasakan jantungnya berdebar karena rasa antusias yang tinggi.“Kepada seluruh calon siswa Ottori diharapkan segera memasuki aula.”
Baca selengkapnya
Bagian 4
Letak kantin yang tidak terlalu jauh dari gedung aula membuat Raquel bisa segera mengisi perut keroncongannya. Porsi makanannya cukup banyak dan rasanya benar-benar enak! Bagian terbaiknya adalah … ada daging!Entah apa yang dilakukan koki di Ottori, tapi dagingnya terasa benar-benar enak! Tekstur kenyal dan bumbu yang meresap sampai ke dalam membuat gadis itu nyaris menitikan air mata. Ia ingin sekali membungkus satu porsi dan membawanya ke Albero. Neneknya harus mencoba makanan seenak ini!Selain daging yang super enak, satu porsi makanan di Ottori benar-benar sehat dengan komposisi gizi yang seimbang. Sepertinya Ottori sendiri sangat memerhatikan asupan makan para siswanya. Raquel mulai membayangkan kehidupan indah yang akan ia jalani kalau dirinya berhasil lulus sampai ujian terkahir. Makan daging e
Baca selengkapnya
Bagian 5
Dalam satu instruksi dan jentikan jari, tiba-tiba suasana tegang berubah menjadi kacau balau. Bola yang melayang itu mulai berdenyar dengan beragam warna berbeda sebelum melesat keluar aula. Para siswa langsung berlari terbirit-birit. Beberapa ada yang tersandung kaki kursi, terpental ke depan ketika ada siswa yang tak sengaja menabraknya, bahkan ada yang nekat keluar lewat jendela karena pintu utama selebar dua rentangan tangan orang dewasa penuh sesak dengan siswa yang berdesakan ingin keluar.Bola Raquel memancarkan cahaya berwarna hijau dan angka 68 muncul di permukaannya. Kali ini giliran Raquel yang berperang dengan lautan manusia yang dilanda panik. Beruntung, kemampuan menyelinap di antara kerumunan yang sudah terasah sejak dini membuat gadis itu tidak menjumpai kesulitan yang berarti.Bola hijau itu melesat seperti roket, melambung tinggi hingga gadis
Baca selengkapnya
Bagian 6
Hal pertama yang iris hazel itu jumpai adalah rindang pepohonan dan bundar terik di cakrawala. Pening datang menyerang setelahnya. Membuat Raquel kembali memejamkan mata erat-erat sambil memijat pelipis. Napasnya berantakan dan ia masih bisa merasakan degup jantung yang menggila di dalam sana. Ketika gadis itu perlahan membuka kembali matanya untuk menyesuaikan diri dengan intensitas cahaya yang baru, ia menyadari semuanya sudah kembali seperti sebelum kepulan asap hitam itu datang. Perisai kuning yang mengelilingi masih ada di sana dan beberapa anak yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang bisa Raquel ingat masih berbaring di sekelilingnya. Semuanya … sudah selesai?Ketika gadis itu berguling ke samping, tubuhnya langsung terhentak kaget. Netranya membulat dan gadis itu bisa merasakan darah panas merambat ke kedua pipinya. Terbaring menyamping
Baca selengkapnya
Bagian 7
Ujian tahap pertama berhasil mereduksi lebih dari setengah calon siswa Ottori. Aula yang semula penuh sesak dengan orang-orang kini terasa begitu senggang. Tidak ada lagi kursi tambahan dan pertengkaran tentang siapa yang dapat kursi duluan. Suasana ramai yang biasa melingkupi aula hari ini diisi keheningan yang panjang. Lingkar hitam di bawah mata tampak jelas di wajah beberapa siswa. Beberapa tidak bisa menyembunyikan bengkak di mata dan hidung yang memerah. Seperti dahan pohon yang ditancapi paku, meski pengumuman kelulusan ujian pertama jelas hal yang menggembirakan, efek mengerikan dari ketakutan terbesar yang dihadapi masing-masing murid tentu masih sangat membekas.Raquel berusaha meraup udara sebanyak mungkin untuk mengisi penuh paru-paru yang terasa kosong. Ketika ia mengembuskan napas perlahan, ia bisa merasakan sedikit sekali ketenangan mengali
Baca selengkapnya
Bagian 8
Keluar dari gedung aula dengan cairan lengket berwarna merah pekat, tidak ada satu orang pun yang mau repot-repot menjelaskan tentang kejadian di pos ujian pada Raquel.Setelah kendi setinggi pinggang itu menyemburkan cairan ke segala arah--terutama tubuh Raquel--pada murid terkesiap, beberapa gadis menjerit ngeri, dan para guru terperangah. Semua orang menatap Raquel seolah ia baru saja membunuh seseorang. Si gadis, yang jadi objek perhatian, hanya bisa memandang ke depan dengan manik bergetar. “Bersihkan wajahmu dengan ini,” Seorang guru datang menghampiri dengan sapu tangan terulur. Dahinya berkerut cemas saat menatap Raquel. “Kembalilah ke kamarmu dan beristirahat.”Saat itu Raquel berharap satu orang saja berkata bahwa ia tidak gagal dalam ujian. Namun, tatapan iba itu lebih dari s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status