All Chapters of Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu: Chapter 1 - Chapter 10
164 Chapters
Bab 1 Lebih Memilih Orang Lain Daripada Anak Sendiri
       "Pa, hari ini kan hari libur, bagaimana kalau kita mengajak anak-anak untuk berwisata. Tempatnya terserah sama Papa, mau kemana. yang penting kita mengisi hari libur anak-anak dengan kegiatan yang menyenangkan."          Aku mencoba menawarkan kepada Arza. Kan kasihan juga melihat anak-anak selalu mengisi hari libur tanpa Papa mereka. Memang sih biasanya juga cuma saya yang menemani hari-hari libur mereka.          Ting......!          Sebuah bunyi notifikasi di layar ponselnya. Dengan cepat Arza membuka pesan itu. Sejenak dia tersenyum, lalu dengan cekatan dia mengambil jaket dan mamakai sepatunya.           "Mau kemana, Pa? Bagaimana tadi, bisa atau tidak kita menemani anak-anak liburan hari ini?"     &nbs
Read more
Bab 2 Suamiku Seperti Lelaki Hidung Belang
      Pikiranku tidak bisa tenang. Memikirkan foto-foto suamiku dengan mbak Zorah. Bagaimana caranya untuk mencari kebenaran yang ada di antara mereka.          Sementara anak-anak sedang berenang, Ada baiknya kucoba menghubungi mbak Zorah. Bukan untuk memarahinya, tapi untuk  mendengar sebatas mana kebohongan mereka.         Pertama kuhubungi, tidak diangkat. Dua kali, tidak di angkat. Kucoba sampai kelima kalinya, barulah terdengar suara mbak Zorah di ujung sana.          "Ya hallooo Nadine. Maaf tadi saya sedang di kamar mandi, tidak sempat mengangkat panggilan dari kamu."          "Ya nggak apa-apa, Mbak. Oh ya, sekarang  Mbak sedang dimana ya? Kami mau mampir nih kerumah mbak..!"      
Read more
Bab 3 Mencari-cari Alasan
Bab 3 Mencari-cari Alasan       "Maa...! Maa...!          Terdengar suara Davin dan Divan memanggil. Aku meninggalkan lantai atas dengan segera. Aku lebih khawatir pada dua buah hatiku.          "Maa, kita mau tidur, ngantuk. Mama habis darimana sih?"          "Nggak kemana-mana, tadi habis ngusir tikus."          Ku tuntun keduanya menuju kamar. Ku temani hingga mereka tertidur. Padahal di hati rasa memburu masih menyala-nyala. Arza, lelaki yang menikahiku delapan tahun silam, sekarang berbalik mengkhianati dengan menjalin hubungan kepada kakak iparku sendiri.          Dan juga Mbak Zorah, yang merupakan istri dari bang Ramond mendiang kakakku, secara sembunyi-sembunyi tega bermain-main dengan suamiku yang m
Read more
Bab 4 Jangan Jadi Wanita Lemah
Bab 4 Jangan Jadi Wanita Lemah           Menjelang pagi, Arza belum juga pulang. Kemana dia? Atau aku sungguh telah membuat hatinya terluka? Mengapa dia berubah sensitif seperti itu sekarang.      Pagi harinya, mbok Jum seseorang yang ku percayakan untuk membantuku di rumah, sekalian menjemput anakku pulang  sekolah telah tiba.       Sebelumnya, aku telah mempersiapkan perlengkapan sekolah mereka. Sehingga pada paginya, tidak lagi harus di sibukkan dengan cari inilah, itulah.       "Mbok, nanti Nadine minta tolong sama Mbok buat jemput si kembar seperti biasanya ya."      "Tentu, Nduk. Hehee seperti biasanya."      Bik Jum mengangguk tanda setuju.       "Eh iya, kemaren mbok liat  Arza ja
Read more
Bab 5 Aku Juga Bisa Berpura-pura
      Benar sejak pergi sore kemarin, Arza tidak kunjung pulang. Ini sudah malam berikutnya dia belum pulang kerumah.       Pernah kemarin ku hubungi sekali, nomornya sudah tidak bisa di hubungi. Barangkali memang dia matikan agar aku tidak mengganggu acaranya bersama Zorah.      Ting...      Gawaiku  berbunyi menandakan adanya notifikasi pesan masuk. Ku cek, eh pengirimnya Arza.      "Ma, aku pulang besok. Aku ada tugas yang belum selesai yang memaksaku keluar kota."      Tugas luar kota? Tanpa membawa perlengkapan apapun? Tanpa pamit juga sebelumnya. Tidak apa, aku akan berusaha seolah percaya. Walaupun aku tahu dia sedang bersama Zorah di sana.      "Oooh Mama kirain kemana Papa nggak pulang. Syukurlah kalau Papa baik-baik saja. S
Read more
Bab 6 Aku Tidak Bisa Berlemah-lembut Lagi
Bab 6 Aku Tidak Bisa Berlemah-lembut Lagi              Ku perhatikan hasil video di handphoneku tadi. Hihiiiw, usahaku berhasil. Rupanya Arza menggunakan sidik jari tengah tangan kirinya untuk membuka akses ponselnya. Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara dari gawainya.        "Pokoknya aku tunggu malam ini sayang."        Rupanya ada pesan suara. Walaupun tidak begitu jelas, tapi aku bisa menebak itu suara milik mbak Zorah.        Arza terlihat celingak-celinguk, mungkin dia takut aku mendengar pesan suara tadi. Dengan cepat tangannya mengetik pesan di ponselnya.        Sayangnya kameraku tidak bisa menangkap pesan yang dia ketik.         Bagaimana caranya agar aku bisa tahu semua isi gawainya. Aku berpikir keras.  Sebelumnya kus
Read more
Bab 7 Langkah Awal
Bab 7 Langkah Awal      Sesampainya di rumah kutaruh Apa yang kuberikan tadi ke dalam air minum yang memang disediakan di kamar kami. Sengaja aku taruh agak banyak. Agar fungsinya berjalan lebih baik. Lihat saja kau nanti Arza.      Rasa sakit akibat di duakan, hanya orang yang pernah nerasakannya saja yang tahu akan bagaimana pedihnya. Tidak bisa di uraikan dengan kata-kata.      Tapi dalam menghadapinya, aku bukan istri dengan tipe serangan  membabi-buta, yaitu mengamuk tanpa ampun pada sang suami.  Karena selain menguras emosi, tidak ada untungnya juga. Toh suami sudah tidak menyayangi kita lagi. Kalau dia masih menyayangi dan mencintai kita, dia tidak akan selingkuh.      Aku lebih senang membalas perselingkuhannya dengan pelan tapi pasti.       Belum lama setelah ka
Read more
Bab 8 Pesan Duo Pengkhianat
Bab 8     Pesan Duo Pengkhianat       Menjelang pagi, sengaja kusuruh  mbok Jum hanya membersihkan rumah saja, tanpa memasak. Arza belum juga bangun. Biarin, mau dia terlambat ke kantorpun aku tidak peduli.      Kuantar anakku ke sekolah. Kebetulan sekolah Divan dan Davin berada di arah yang sama dengan kantor tempatku bekerja.      Buat bekal si kembar, kubelikan saja dua porsi ayam geprek kesukaannya.       Sebelum meninggalkan anak-anak, ku kecup kening keduanya seperti biasanya.      "Belajar yang rajin ya, jagoan-jagoan Mama." Aku tersenyum. Mereka mencium punggung tanganku.      "Siap, Ma. Davin pasti belajar dengan tekun." Ujar Davin sambil menaruh tangannya di kening, seperti gerakan hormat di kegiatan Pramuka
Read more
Bab 9 Penarikan Pertama
Bab 9 Penarikan Pertama.      Sepulangnya dari kantor. Kususun sebuah strategi. Bagaimana caranya agar bisa menguasai kartu debit yang ada di dalam dompet Arza.       Arza pulang ketika anak-anak sedang tidur siang. Wajah itu menatap jutek.      "Ma, kau belum mengirim jatah buat Debbie dan ibunya."      Baru saja pulang, sudah menanyakan uang buat Zorah.       "Pa, uangku dikit. Seperti kau bilang, aku kan karyawan biasa. Mana ada punya cukup banyak uang." Aku berkata santai.      "Jadi kamu menolak untuk memberinya uang bulanan buat mereka?" Dia memajukan wajahnya sedikit.     "Bukannya saya menolak, Pa. Tapi memang seperti katamu, kalau gaji seorang karyawan biasa cuma cukup buat jajan anak-anak saja."
Read more
Bab 10 Santai Saja
Bab 10 Santai Saja      Arza bangun dari tidurnya ketika matahari hampir terbenam di ufuk barat. Aku masih sibuk menemani anak-anak membereskan mainan-mainan mereka yang berserakan  di depan televisi.         setelah agak lama duduk di sofa, tanpa sedikitpun berbicara kepada kami. Anak-anak pun seperti luput dari perhatiannya. Arza bangkit lalu berjalan gontai menuju dapur. Tidak lama kemudian  dia datang lagi dengan wajah penuh kemarahan. Ada apa dengannya?      "Nadine kamu nggak pake masak? Lihat tudung nasi sampai kosong begitu. Apa kerajaanmu dari tadi? I cuma nyantai doang? Istri pemalas. Tidak kau pikir apakah suami sedang lapar? Suami capek-capek membiayai hidup kalian, pulang kerumah makanan tidak di sediakan....!"      Untuk sejenak, sengaja kudiamkan Arza yang sedang marah tersebut meluapka
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status