Semua Bab PROLOG: Bab 1 - Bab 10
61 Bab
Awal
Aku ingin memulai kisah ini dengan sederhana, sesederhana senyum yang selalu kau berikan. Aku yakin bahwa kisah kita akan selalu abadi dan tidak akan pernah berakhir. Setiap episode dalam kehidupan selalu aku yakinkan sebagai prolog, karena aku gak mau akan ada epilog dalam hubungan kita. Tapi itu dulu. Iya dulu sebelum satu kalimat lahir dalam bibir manismu. Kalimat yang selalu aku hindari dalam sebuah hubungan. Aku sangat berhati-hati untuk mengucapkan kalimat itu, bahkan dalam keadaan aku bosan denganmu pun selalu aku tahan untuk tidak mengucapkan kalimat itu. Tapi dengan mudahnya kamu mengucapkannya.  “Maaf aku tidak bisa lagi bersamamu”.Kalimat macam apa itu? Mana janjimu yang dulu. Apa kau lupa bahwa di jari manisku sudah ada cicin pertunangan kita. Kau tega mempermainkan hubungan ini. Tak ada kata lain selain kata TEGA. Apa aku ini kamu anggap seperti sampah? Apa kau tak ingat janji kamu itu. Diusiaku yang cukup dewasa, apakah aku mampu membuk
Baca selengkapnya
Bagian 1
Lagi-lagi aku teringat kejadian itu. Kejadian tiga tahun yang lalu. Kenapa sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan bayang-bayangnya. Aku berusaha membuka hati untuk menyakinkan hati, bahwa aku tak mau sendiri. Tapi trauma yang kau ciptakan sangat membekas dihatiku. Sudah cukup sebenarnya aku merasakan rasa sakit. Aku bahkan lupa bagaimana caranya tersenyum, lupa bagaimana caranya Bahagia, bahkan air mataku sudah kering untuk menangisinya. Tapi lagi-lagi aku bodoh, aku terlalu sayang sampai aku belum bisa menemukan penggantinya. Bukan. Belum menemukan tepatnya. Aku selalu menutup hati bagi siapapun yang akan masuk. Jangankan untuk masuk, baru mengetuk saja aku sudah tidak meresponnya.Ya Tuhan kenapa dengan aku ini?Apa ini sebuah karma?Tidak! aku yakin bisa menemukan penggantinya. Di saat yang tepat, di waktu yang tepat, dan di saat hati ini sudah bisa tertata seperti sedia kala. ******Aku lupa caranya bersyukur. Aku selalu m
Baca selengkapnya
Bagian 2
Malam ini aku selalu teringat kata-kata Danu. Harusnya aku memang sudah bisa melepasnya apalagi seminggu lagi status dia akan berubah. Aku tidak bisa lagi membayangkan dia untuk bisa Kembali lagi bersamaku semua mustahil. Aku sendiri merasa heran kenapa aku susah sekali melupakan dia, bahkan room chat tiga tahun yang lalu pun masih aku simpan. Dengan penuh keyakinan aku membuka room chat dan menghapus semua pesannya. Dengan begitu semua kisah ini benar-benar aku tutup. Aku ingin membuka lembaran baru. Dia bisa mudah melupakanku, seharusnya aku pun begitu.Sampai pukul dua belas aku tetap belum bisa tidur yang kulakukan hanya membukan media sosial dan merenung. Saat ini aku baru menyesali semua kejadian yang aku ingat selama tiga tahun. Ternyata sia-sia. Tidak ada satu kata pun yang dia kirimkan setelah kalimat yang dia kirimkan. *****“Sial… aku telat nih. Udah jam Sembilan kenapa alarm ku gak bunyi. Aku langsung negc
Baca selengkapnya
Bagian 3
Kedatangan atasan baru yang super baik nih. Semoga selalu baik ya. Bukan karena ada maksud tertentu. Selamat membaca.  “Ini alamat rumahmu mana Yang, kamu belum kasih tau dari tadi.” Pak Rendra  bertanya tapi tatapannya masih lurus.Apa tadi dia panggil aku Yang, wahh bisa baper ini. Tapi ya memang namaku kan Mayang. Hahaha gak boleh baper.“Ohh Jalan Parangtritis pak, daerah ISI. Nanti saya arahin aja Pak.”Pak Rendra  hanya menggut-manggut.Laki-laki yang saat ini di sampingku ini fokus lurus tanpa banyak bicara. Suasana di dalam mobil Kembali hening setelah dia memuji kalau suaraku bagus. Saat mobil sudah memasuki jalan Parangtritis aku sadar kalau sabunku habis, jadi lebih baik aku minta tolong Pak Rendra  untuk berhenti di Meimart yang terletak di jalan Parangtritis.“Pak, di Meimart depan nanti berhenti saja ya, saya turun
Baca selengkapnya
Bagian 4
Semoga hati Mayang baik-baik saja.  Tepat pukul setengah delapan bel rumah berbunyi, tanpa bertanya-tanya aku sudah tau kalau yang datang itu Pak Rendra. Aku segera keluar kamar dan membuka pintu. Aku kaget Ketika Pak Rendra berdiri depan pintu sambaing memamerkan kresek yang aku Yakini isinya martabak.Penampilan beliau mala mini benar-benar seperti anak muda. Dia memakai celana pendek warna mocca dan kaos warna putih. Gila kelihatan ganteng banget. Ehh ingat Cuma atasan.“Mau berdiri di sini minum kopinya?” Suara Pak Rendra membuyarkan lamunanku.“Ehh silakan masuk pak,” Aku geser sedikit agar Pak Rendra bisa masuk “kenapa repot-repot bawa makanan segala pak.” Aku merasa sungkan Ketika atasan masuk rumahku, jelas-jelas hubungan hanya bawahan dan atasan. Tapi kalau seperti ini malah kesannya seperti sedang pendekatan. Halu doang sih.“Mau ngopi di depan, di ruang tamu ap
Baca selengkapnya
Bagian 5
“Selamat pagi Mayang” Sapa Pak Rendra saat aku mengunci pintu rumah hendak ke kantor.“Pagi juga Pak” aku menundukkan kepala sambil tersenyum.Pak Rendra jalan keluar membuka gerbang “Mau ke kantor kan? Mau bareng? Kan kita di kantor yang sama?” Pak Rendra menawarkan untuk aku bisa bareng lagi dengan beliau, tapi aku tau diri.“Tidak Pak terima kasih, saya bisa berangkat sendiri. Kemarin karena kesiangan aja sampai harus naik ojol” Aku menolak halus dan membuka pintu gerbang rumah. “Saya duluan ya pak.” Aku langsung masuk mobil setelah pintu gerbang sudah yakin terkunci.Pagi ini jalan menuju kantor selalu ramai. Untuk memecah kebosananku, aku memutar lagi yang ada di flasdisk mobil. Lagu dari Happy Asmara kali ini yang baru viral membuat aku geleng-geleng sambil menyetir. Menikmati syair lagu yang begitu pas. Apalagi menggunakan Bahasa Jawa yang maknanya lebih mengena karena aku sendiri
Baca selengkapnya
Bagian 6
 Suasana kantor pagi ini masih terlihat sepi. Aku memang sengaja berangkat lebih pagi biar tidak ditawari berangkat bareng dengan Pak Rendra. Aku memasuki lobi kantor pukul tujuh, baru OB yang terlihat dan masih mengepel lantai.“Selamat pagi Pak Hadi” Aku menyapa Pak Hadi yang terlihat sedang menggosok lantai.Pak Hadi terlihat kaget melihat aku datang sepagi ini “Pagi Mbak Mayang, tumben jam segini sudah sampai kantor mbk, biasanya mepet.” Pak Hadi cekikian.Pak Hadi tau kalau aku selalu berangkat mepet jam kerja.“Iya Pak, tadi bangunnya kepagian terus bingung di rumah mau ngapain.” Jawabku bohong.“Makanya segera cari pendamping mbak, biar kalau pagi tidak bingung mau ngapain.”“Doain segera dapat ya Pak.”Pak Hadi memang paling baik dan ramah, aku Sudah menganggapnya sebagai orang tuaku karena dia selalu baik dan perhatian denganku. Aku langsung ke ruang ker
Baca selengkapnya
Bagian 7
Rendra Menggantikan Papa memimpin penerbit yang telah Papa dirikan dua puluh tahun yang lalu awalnya membuat aku ingin menolak. Aku tidak mau langsung menjabat sebagai CEO. Aku hanya ingin memimpin di bagian editor yang sesuai dengan pasion ku. Awalnya aku juga menolak, masak aku kerja di kantor Papa. Nanti aku tidak ada usaha. Tapi Mama memaksa aku untuk mencobanya dulu selama satu bulan. Akhirnya aku memenuhi permintaan Papa.Tepat hari ini aku dikenalkan dengan semua karyawan khususnya bagian editor, tapi ada satu nama yang hari ini belum hadir. Ada satu nama yang membuat aku bertanya tanya “Clarissa Mayang” nama itu seperti tidak asing bagiku. Hingga aku meminta Pak Edi untuk menyuruh Clarissa Mayang datang ke ruangan beliau. Aku yakin kalau dia akan haidr hari ini. Dan aku yakin nama itu sama  dengan perempuan yang selama ini aku cari.Ketika dia masuk ke ruangan Pak Edi, dia tidak sadar kalau aku ini a
Baca selengkapnya
Bagian 8
Rendra Pagi ini aku keluar rumah mendapati rumah Mayang sudah sepi, bahkan mobilnya pun juga sudah tidak ada. Aku yakin kalau dia berangkat sengaja pagi untuk hari ini. Sebenarnya secara terang-terangan aku belum menunjukkan kalau aku suka dengan dia. Aku masih menyimpannya sendiri. Terlalu cepat jika aku mengatakan. Aku akan mengikuti alur yang Mayang pilih, jalur apa yang akan dia tempuh. Apakah dia akan menyadari kalau aku sayang dengan dia cepat atau lambat? Aku hanya ingin membuktikan itu.Pagi ini aku ingin sarapan tongseng ayam jawa yang deket dengan pasar Bantul, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah dan tidak searah denganku ke kantor tapi aku tetap sarapan di sana. Toh saat ini masih pukul tujuh kurang lima belas, masih banyak waktu untuk aku bisa sarapan di sana.Tongseng ini sangat legendaris yang terletak di pojok selatan pasar Bantul. Menu tongseng ayam dan tempe koro nya yang membuat aku ketagihan makan di sini. Aku memesan tongseng
Baca selengkapnya
Bagian 9
Mayang   Siang ini aku ijin kerja setengah hari karena aku harus pulang ke Solo. Sejak tadi pagi Mama sudah meneror ku dengan puluhan pesan dan telepon. Aku tau kalau keluargaku sangat rindu denganku. Mana ada yang tidak rindu dengan anak gadis satu-satunya. Sebelumnya aku belum cerita tentang keluargaku. Aku tiga bersaudara. Kakakku yang nomor satu sudah menikah dan tinggal dengan istrinya di Karanganyar dekat dengan tempat kerja kakakku. Aku nomor dua dan yang nomor tiga adikku laki-laki saat ini baru kuliah semester empat di Universitas Malang. Awalnya aku meminta adikku mendaftar di Jogja biar bisa tinggal denganku, tapi dia tidak tertarik lebih tertarik kuliah di Malang. Mama dan Papa ku yang saat ini hanya tinggal berdua. Dulu keinginan Mama ketika aku lulus kuliah aku bisa kembali dan bekerja di Solo, tapi aku lebih betah tinggal di kota ini. Mama kesehariannya jualan di Pasar Klewer sedangkan Papa seorang sekretaris desa tempat kami tingg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status