Semua Bab Jerat Cinta Tuan Vampire: Bab 1 - Bab 10
154 Bab
Bos Baru
"Eh, siapa dia?"  "Kamu tidak tahu? Dia yang kemarin dibicarakan semua karyawan di kantor. Katanya dia yang akan menggantikan Pak Willy."  "Hah? Rambut putih begitu akan jadi bos kita? Astaga … aku pikir kantor kita sedang kedatangan oppa Korea!" kekeh Suci. "Mulut kamu Suci … kalau bos baru kita dengar, abis kamu!"  Suci hanya tertawa geli di samping rekan kerjanya Olivia. Pria dengan rambut yang dicat putih dengan kulit tubuh pucat berjalan lewat di depan mereka berdua. "Dia orang mana memangnya? Itu rambutnya asli, atau dia sengaja mengecatnya begitu biar jadi pusat perhatian semua karyawan disini?" cerocos Suci masih asik meledek bos barunya. "Astaga Suci, berhenti bicara begitu!" bisik Olivia. "Itu bos baru kita lagi perhatikan kamu dari tadi!" tunjuknya dengan matanya. "Eh, iya … sorry."&n
Baca selengkapnya
Raja dan Ratu Vampire
Membalas serangan sosok berjubah hitam yang menyerangnya, Rey terbang dengan cepat menyambar perut sosok itu.  Melayangkan pukulan hingga tendangan ke wajahnya, Rey berhasil menumbangkan sosok berjubah hitam hingga jatuh menghantam tanah dengan kuat. Sosok asing itu mulai kewalahan menghadapi Rey, bahkan jubah yang dia pakai terlihat mulai robek di sana sini.  Tubuhnya mulai lemah karena kehilangan banyak energi menghadapi Rey yang notabene jauh lebih kuat darinya. "Beraninya kaum hitam sepertimu menantangku. Apa kau tidak tahu ini adalah daerahku?! Pergi dari sini sebelum aku memusnahkanmu!"  Manik mata biru Rey berubah menjadi warna merah darah, dengan sebuah tanda hitam seperti tato di wajah putih pucatnya. Simbol itu muncul jika dia sedang marah seperti ini. Mendengar ucapan Rey, sosok asing itu mundur dan menghilang di balik gelapnya malam
Baca selengkapnya
Makhluk Apa Kamu?!
Kamar yang sudah di dekorasi begitu cantik dengan wangi segar aroma bunga mawar, adalah kamar pengantin Rey dan Suci. Raja Vampire yang baru saja diteguhkan itu, sudah resmi menikahi Suci pegawai di perusahaan miliknya. Selama beratus-ratus tahun mencari, Rey akhirnya berhasil menemukan mate-nya yang hampir saja diculik dan menjadi santapan kaum hitam. Awal pertemuan mereka tadi pagi sudah membuat Rey yakin kalau Suci adalah belahan jiwanya. Tatapan mata coklat tua itu sudah berhasil menggetarkan hati dan jiwa Rey yang selama ini kosong, hingga terpaut pada wanita ini. "Selamat datang di kamar kita My Lady…." Rey mendudukkan Suci di atas ranjang mereka. Kelopak bunga mawar merah ikut menghiasi ranjang king size itu.  "Mulai sekarang, kamu adalah istriku … istri Rey Octoniamus Peorma, raja di klan Vampire. Ingatlah ini dalam alam bawah sadar
Baca selengkapnya
Tidak Sama Seperti Kita
"Apa yang terjadi Rey? Kau ingin membunuh mate-mu sendiri?!"  Michael datang memeriksa keadaan Suci yang terbaring tidak berdaya di atas ranjang.  Setelah wanita itu pingsan, Rey pergi meninggalkan Suci sendirian di dalam kamar mereka. Dia baru datang esok harinya, dan mendapati istrinya belum juga sadar. "Diamlah, aku tidak sengaja melakukannya!"  Michael menggelengkan kepala mendengar jawaban dingin dari Rey. Hanya dia seorang tabib klan mereka berani memanggil raja Vampire itu dengan namanya.  Mereka tumbuh bersama sejak kecil dan bersahabat baik sampai sekarang. Michael lebih kepada bodyguard, asisten dan tabib kepercayaan Rey. "Kau harus ingat kalau wanitamu ini tidak sama seperti kita Rey. Walaupun kamu sudah menggigitnya, tapi dia masih setengah manusia. Dia masih bisa mati dan merasakan sakit!"  Michael me
Baca selengkapnya
Vampire?
"Selamat datang di keluarga Peorma, Suci…." sambut mereka mengangkat gelas kristal berisi minuman berwarna merah pekat, yang terlihat sangat kental. Masing-masing mereka mulai meneguk minuman tersebut, tapi tidak dengan Suci. Rey tidak mengizinkan istrinya meminum itu, dia malah memberikan sebotol air mineral pada Suci yang entah datang dari mana. "Kamu tidak boleh meminumnya Suci," bisik Rey di telinga istrinya. "Memangnya ini apa?" "Itu darah," sahut Rey dingin. Pandangan mata yang ada di sana semakin aneh mengarah pada Suci. Rey tahu kalau keluarganya pasti akan mencerca dia dengan beribu pertanyaan setelah ini. "Kamu tidak minum Suci?" tanya Clara mewakili semua yang ada di sana. "Dia tidak minum minuman kita, Mom," jawab Rey lebih dulu. Semua langsung diam dan saling menatap satu sama lain. Keanehan itu te
Baca selengkapnya
Dipindahkan
"Suci … bangun, Nak. Ini sudah jam berapa?" Suara seorang wanita yang tidak asing di telinganya, membangunkan Suci yang tengah tertidur pulas di kamar.   Wanita paruh baya yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Suci menggeleng-gelengkan kepala.   "Kamu bisa terlambat pergi bekerja Suci, ini sudah jam tujuh. Ayo cepat bangun!" ujarnya lagi menutup pintu.    Suci mengerjapkan matanya, mengarahkan pandangannya ke sekitar. Dia sadar kalau dia baru saja bermimpi.    Tidak ada lagi kastil atau pria yang diketahuinya sebagai bosnya tidur di sampingnya. Sepertinya benar kalau dia hanya bermimpi selama ini.   Suci bangun dan menurunkan kakinya ke atas lantai, baru saja akan menginjakkan kedua kakinya. Suci kembali terduduk karena merasa pangkal pahanya sangat sakit.   "Aww…." ringisnya kembali terduduk di atas ranjang. "Kenapa sakit sekali?" 
Baca selengkapnya
Pemaksa
"Ma-maaf Pak." Suci ragu-ragu mendongak, menatap pria tampan dengan rahang yang tegas di depannya. Pria yang sempat dia ledek waktu itu bersama Olivia tampak sangat tampan dari arah sini.  Bayangan wajah pria ini pun begitu jelas dalam mimpinya. Bagaimana pria itu tidur di sampingnya, serta bagaimana pria ini menyetubuhinya dengan sangat lembut semalam. Suci merasa kepalanya sudah tidak waras sekarang. "Ambil barangmu dan ikut aku!" ujar Rey lagi berjalan meninggalkan Suci yang masih tertegun dengan ketampanan sosok atasannya. "Aku hitung sampai lima, kalau kamu belum juga masuk ke ruanganku. Aku akan memberimu hukuman!" ancamnya. Suci bergegas mengambil barang miliknya yang berserakan di lantai, dan melangkah cepat masuk keruangan Rey. "Ternyata kamu cukup sigap untuk seorang wanita." Rey tersenyum tipis melihat Suci yang terlihat takut mendapatkan huku
Baca selengkapnya
Jangan Sampai Terluka Lagi
Suci melangkah mendekati pintu ruangan sekretaris atasannya yang tepat bersebelahan dengan ruangan Rey. "Permisi, Pak." ujarnya mendorong pintu, menyembulkan kepala. "Aku diminta, Pak Rey kesini untuk menanyakan apa pekerjaanku." Seorang pria yang tadi pagi menyapanya di lift dengan sangat ramah, mendongak menatap Suci yang berjalan masuk ke ruangannya. "Jadi kamu yang akan bekerja disini?" tanya Michael bangkit berdiri dari kursi. "Iya, Pak. Aku diminta kepala divisi keuangan kesini." "Baik. Silahkan duduk…," ujar Michael hangat. Suci mengangguk dan duduk berhadapan dengan pria yang tidak kalah tampannya dengan bos besar mereka di kantor. Pandangan mata Michael tidak sengaja melihat perban luka di tangan kanan Suci. "Jarimu kenapa?" "Oh, tidak apa-apa, Pak. Aku hanya tergores sedikit tadi."  
Baca selengkapnya
Mimpi Itu Lagi
Wanita itu sontak menatap ke depan dan tidak mendapati atasannya bersama sosok asing yang menghalangi mobil mereka tadi. Kemana mereka? Bukannya tadi Rey baru saja berada di sana?  "Lalu apa yang kamu katakan tadi … kamu bilang kamu tidak mengenaliku?" sambung Fourd lagi. "Apa perlu aku mengingatkan kamu bagaimana pertemuan kita sebelumnya?"  Suci beralih menatap Fourd, bingung dengan maksud ucapan pria itu padanya. "Turunlah, biar aku menunjukkannya padamu…," bujuk Fourd. "Terima kasih Tuan, tapi aku akan tetap menunggu Pak Rey disini!" sahut Suci bersikukuh. "Rey mungkin akan lama. Kamu bisa pulang semakin larut karenanya. Lagipula aku ini kakak atasanmu, dia pasti akan merasa lebih aman kalau kamu pulang bersamaku."  "Tapi aku—" "Kamu bicara dengan siapa Suci?" sela Rey baru masuk ke dalam mobilnya.
Baca selengkapnya
Berlumuran Darah
Tepat pukul tujuh pagi, Suci tiba di depan pintu apartemen bosnya. Menekan tombol bel cukup lama, pria berkulit tubuh pucat itu akhirnya membukakan pintu untuknya. Rey hanya memakai celana boxer berwarna nude dengan tubuh bagian atas yang polos. Pemandangan itu berhasil mengalihkan perhatian Suci yang kaget melihat perut kotak-kotaknya. "Lain kali kamu tidak perlu menekan bel lagi! Password apartemenku adalah ulang tahunmu!" Rey berjalan masuk meninggalkan Suci di depan pintu. "A-apa, Pak? Ulang tahunku?" tanya Suci memastikan. "Iya. Jangan menggangguku, aku mau tidur sebentar." Rey masuk ke dalam kamar dan membanting pintu cukup kuat. Kenapa lagi dengan pria itu? Suci mengernyit, melangkah masuk ke dalam apartemen mewah bosnya. Apa benar Pak Rey memakai tanggal ulang tahunku untuk password apartemennya? Suci bergumam sendiri, memperhatikan ruangan di depanny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status