Semua Bab GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU: Bab 1 - Bab 10
265 Bab
BAB 1
"SELAMAT DATANG DI BANDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA." Terdengar suara pramugari lewat pengeras suara, sebagai pertanda pesawat telah mendarat di Bandara kebanggaannya orang Bandung. Akupun mulai bersiap-siap mengemasi barang bawaanku, ketika akan mengangkat ranselku terlihat sebuah surat dan kado antik yang membungkus sebuah kotak kecil.Akupun tersenyum, sekejap ingatanku terbayang ketika sahabat-sahabatku mengantar ke Bandara Internasional Minangkabau untuk melepas kepergianku beberapa jam sebelumnya. Kenapa BIM ? karena aku berasal dari Bukittinggi Sumatera Barat, sebuah Negeri yang kental akan budaya daerahnya. Negeri yang kata orang-orang adalah Negeri yang paling elok budaya dan keramahan masyarakatnya."Selamat jalan sob, jangan lupain kami yah!" ucap salah seorang sahabatku sambil memelukku."Gak terasa ya ? baru kemaren kita main layang-layang bareng, sekarang malah ambo yang ngantar wa'ang untuk merantau ke tanah seberang sobat." ucap sahabatku yang lain ketika gant
Baca selengkapnya
BAB 2
"SILAHKAN PERIKSA KEMBALI BARANG BAWAANNYA KETIKA AKAN MENINGGALKAN PESAWAT." Suara Pramugari lewat pengeras suara menyadarkan Aku dari lamunan panjangku.Yah, disinilah Aku sekarang, Bandung! Setelah mendarat dan Ketika turun dari tangga pesawat mau masuk ke Terminal kedatangan, Aku jadi kebingungan mau lewat mana keluarnya."Mau kemana dek ?" sapa seorang wanita berdiri didekatku. Sekilas kulihat Dia sedikit lebih tua dariku."Ini Kak, saya bingung mau keluarnya lewat mana yah ?" Jawabku apa adanya."Baru pertama naik pesawat yah ?" tanyanya lagi dengan sedikit mengangkat alis matanya sebelah kiri."Iya Kak baru pertama kali." Jawabku sambil tersenyum padanya."Pantes dari tadi Aku perhatiin kamu clingak clinguk gak jelas begitu, hehehe."Asem bilang clingak clinguk gak jelas katanya, kalau lihat bukannya bantuin dari tadi malah diliatin, batinku."Maklum Kak, baru kali ini naik pesawatnya, biasanya juga naik angkot kalau dikampung mah." Jawabku apa adanya."Hihihi, Kamu tuh lucu jug
Baca selengkapnya
BAB 3
Malamnya, ketika Kami duduk diruang tamu."Gimana perjalanannya Awan? Lancar saja kan?" tanya Pak Agus Wijaya. Pak agus ini Ayahnya Renata sekaligus majikan Ibuku. Disebelahnya duduk Bu Lina, istri pak Agus. dan Renata duduk disebelah kiri Mamanya sambil memeluk Ibunya, tampak sekali kalau Renata sangat dimanja dan disayang oleh kedua orang tuanya."Lancar pak." jawabku dengan sedikit menunduk."Hahaha. Kamu biasa aja Awan jangan kaku gitu ah, Mbak Arini (nama Ibuku) sudah kami anggap keluarga sendiri, sekarang ada Kamu, jadi makin melengkapi keluarga ini." kata Pak Agus coba mencairkan suasana, kulihat bu Lina dan Ren hanya senyum-senyum disebelahnya."I-Iya pak." jawabku mencoba rileks sambil mengangkat wajahku."Nah gitu dong!" kata pak Agus dengan senyum khasnya yang berwibawa."Ngomong-ngomong selamat datang di Bandung, gimana kesanmu disini ?" tanya pak Agus."Megah pak, banyak kendaraan bagus-bagus disini, beda sekali dengan di Kampung." jawabku polos"Hahaha," semua yang diruan
Baca selengkapnya
BAB 4
Didalam kamar, sekali lagi kuperhatikan kamar ini, wah ini mah bukan kamar lagi, seperti berada dalam istana aja rasanya. Akupun menata pakaian dan barang-barangku kedalam lemari, walau sudah kumasukkan semua pakaianku kedalam lemari masih aja banyak slot kosong yang terdapat didalamnya karena saking besarnya lemari ini. Buset dah, kalau jadi orang kaya begini ternyata, kalau dikampungku, lemari besar begini dijadiin kasur plus lemari bisa kayaknya, hehehee. Ketika akan membuka tas kecilku, kulihat sebuah kado dan surat yang diberikan oleh Nisa sebelumnya. Penasaran kubuka suratnya. "Surat ini Nisa tulis semalam, tapi bacanya nanti saat Awan sudah sampai di sana ya." Teringat kata-kata Nisa sebelumnya, tanganku agak sedikit bergetar ketika akan membaca surat ini. "Dear Saktiawan Sanjaya. Sebelumnya Nisa mohon maaf karena lancang memberikan surat ini ke Awan. Maaf jika hanya melalui surat ini Nisa bisa mengungkapkan semua rasa dan asa. Masih ingatkan kata-kata Guru bahasa indonesi
Baca selengkapnya
BAB 5
Kubuka sebuah kotak hadiah, didalamnya ada sebuah harmonica yang sangat cantik. Makasih Nisa, Awan akan menjaga ini."Belum tidur nak ?" Aku dikagetkan dengan suara Ibuku yang tiba-tiba aja sudah berdiri disebelah tempat tidurku"Eh Awan kenapa ?" tanya Ibu ketika melihat mataku agak merah dan masih ada sisa air mata yang tak sempat kuhapus semuaKetika melihat ditanganku ada surat dan sebuah harmonica, Ibu jadi mengerti kenapa Aku terlihat bersedih."Karena ini yah ?" Aku meletakkan surat dan beberapa hadiah dari teman-temanku serta hadiah dari Nisa ke rak lemari"Awan pasti punya teman-teman yang hebat yah disana ?" tanya ibu lembut.Aku hanya diam, sambil menatap Ibu manja."Bu, boleh gak Awan tidur sama ibu malam ini, Awan rindu." Rajukku."hmnn, apaan sih anak Ibu, jadi manja gini ?""Yah, kan kita sudah lama gak jumpa, Ibu gak tahu sih betapa Awan rindu sama ibu." Ujarku sambil tiduran dipelukan ibu."Ih malu atuh, tar dilihat sama Ren gimana ? diketawain Awan nanti." kata Ibu sa
Baca selengkapnya
BAB 6
Akhirnya kesempatan untuk bertemu dengan sosok yang membuat Aku penasaran selama ini kesampaian juga. Ketika Ibu mendapat kabar, dari kampungnya kalau Ayah (Kakek Awan) satu-satunya meninggal dunia, beliau sempat ijin beberapa minggu pulang ke kampung halamannya. Ketika kembali kesini, beliau bercerita kalau Awan anaknya mungkin akan di sekolahkan disini dan meminta ijin Papah dan Mamah untuk membolehkan Awan sekolah disini, karena disana tidak ada lagi kerabat yang akan menjaganya, Ibu ada sih keluarga jauh, tapi merasa kurang percaya untuk menitipkan Awan ke keluarganya tersebut. Gayung bersambut, Papah dan Mamah menyambut baik keinginan Ibu, bahkan Papah berjanji untuk menanggung semua keperluan biaya sekolah Awan selama disini. Mendengar kabar itu, Aku turut senang sekaligus sedih, untuk seorang Awan yang bahkan Aku belum bertemu dengannya.Aku jadi kepikiran keadaan Awan saat ini, pasti saat ini Ia sedang sedih-sedihnya. Kakek satu-satunya yang menjaganya selama ini telah tiada, a
Baca selengkapnya
BAB 7
POV Author Sementara itu, dalam kamar utama di Rumah mewah tersebut, tampak sepasang Suami Istri, Agus Wijaya dan Istrinya sedang berbincang serius sambil berbaring diatas kasur. "Pah.." pangil si Istri. "hmnnnn..." jawab sang suami sambil mengelus kepala si istri. "Papah yakin mengangkat Awan menjadi anak angkat kita ?" tanya si istri agak serius. "Yakin mah, kenapa ?" tanya balik si Suami. "Gak pah, lagian mamah masih heran aja sama papah, kita baru kali ini lihat Awan langsung, tiba-tiba Papah langsung mengangkatnya sebagai anak angkat kita, yah walau kita tahu mbak Arini sudah lama mengabdi dengan kita dan gak usah diragukan lagi loyalitasnya, tapi dengan Awan kita kan gak tahu besarnya dikampung seperti apa!, lingkungan kayak gimana!" "Mamah sangsi gitu ?" "Gak sih Pah, Cuma Mamah heran aja ma Papah, gak biasanya gitu", tanya si Istri heran. "Gak usah heran sayang, kan jauh-jauh hari kita dah diskusikan masalah ini juga. Walau papah agak sedikit ragu awalnya. Tapi, mamah
Baca selengkapnya
BAB 8
POV AriniJam 3 pagi Aku terbangun, setelah cuci muka. Aku melangkahkan kaki kedapur, sebelumnya kusempatkan untuk membangunkan Surti dan Inah membantu menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah ini.Entah kenapa hari ini Aku sangat senang sekali, mungkin karena kedatangan Anakku satu-satunya. Setelah sekian lama kami terpisah jarak dan waktu, kesempatanku bertemu dengannya hanya beberapa kali, itupun dalam waktu yang tidak lama ketika Aku pulang kekampung halaman. Sedih rasanya tidak bisa melihat bagaimana Ia tumbuh, bahkan untuk menyuapi makan aja ketika ia kecil bisa dihitung hanya beberapa kali saja. Untung ada Ayah dan Ibuku yang bantu merawat buah hatiku.Ibu meninggal setahun yang lalu, beberapa bulan setelah itu Ayah ikut pergi menyusul Ibu, Aku ijin Pak Agus dan istrinya untuk pulang beberapa minggu lamanya. Perasaan sedih yang sangat mendalam kurasakan kehilangan sosok orang tua yang telah melahirkanku, mereka adalah sosok orang tua yang sangat sederhana. Teringat, ketika
Baca selengkapnya
BAB 9
POV Awan Hoaammm.. pagi ini Aku terbangun dengan badan sedikit pegal. Kulihat sekeliling, Aku sedikit kaget, kok tidur diatas tempat tidur yang bagus dan sangat empuk begini ? Dengan ruangan yang sangat asing bagiku, astaga Aku baru ingat kalau saat ini tidur di rumahnya majikan Ibuku. Kulihat jam di dinding kamar jam 3.40 dini hari. Aku siap-siap dulu. Sejenak Kulihat hape jadulku, ada beberapa sms dan panggilan tidak terjawab, Aku lupa kalau dari kemarin hape kusilent. From Kak Rini 081xxxx "Awan jadi dijemput ibumu ?" "Jadi ketemu ibunya ?" "Awaann kok g di bales ?" "Kamu gak apa" kan, gak nyasar kan dek?" Ada beberapa sms dari kak Rini ternyata, kusempatkan balas pesannya. "Udah sampai Kak, ini baru bangun. Maaf yah kemaren hpnya di silent jdnya gak tau kalau kk sms", balasku. send. Ting tingg.. Loh cepat kali balasnya ? gak tidur nih apa si mbak-mbak, pikirku. "hmnnn kk kira kamu kenapa-napa ? :(" "hehee aman kok kk cantik :)" balasku. "Ya udah siap-siap sana gih!
Baca selengkapnya
BAB 10
"Kamu kemana sih Awaan ? baru juga hari pertama dah main ngilang-ngilang aja ?" ujar Renata sewot saat Aku sudah didepannya. "Itu,, tadi lagi ngobrol sama Ibu dibawah." jawabku agak kikuk didepan Ren. "hmmnn kamu mandi dulu gih, tuh pakaiannya dah Ren tarok diatas tempat tidur." Ucap Ren sambil menunjuk keatas tempat tidurku, dan disana terlihat satu stel pakaian sekolah yang sudah dilipat dengan rapinya. "Awas yah kalau dalam 10 menit kamu belum siap." tunjuknya kehidungku sambil dengan gaya sedikit melotot gemas menatapku. "Oke siap bos!" jawabku pake pose hormat. "Ingat, yang cepat yah!" katanya sebelum keluar dari kamarku, terlihat Renata seperti menahan senyumnya ketika keluar dari kamarku. Ketika dikamar mandi Aku sempat bingung, aduh mana bak airnya, mana cuma ada tempat duduk (closet) begini, gimana mandinya ? pikirku bingung. Cuma ada tempat cuci tangan kecil (westafel) gak mungkin kalau mandinya dari air sini ? hmnnn Aku buka tempat duduk (closet) yang ada didekatku, te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
27
DMCA.com Protection Status