Semua Bab Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK: Bab 1 - Bab 10
210 Bab
1. Kejutan Maksiat
Bab 1  Kejutan  Maksiat   ==== “Tumben pulang cepat? Kamu tidak lembur malam ini?”  tanya sang mertua membukakan pintu buat Alisya  malam itu. “Malam ini saya of , Ma. Badan saya pegal semua. Yang lain mana? Sudah pada tidur, ya?” tanya Alisya sembari melepas sepatu di kakinya. “Mama kurang tahu. Setelah makan malam tadi, masing-masing masuk kamar.” “Rena?”  Alisya menyebut nama putrinya. “Dia baru saja terlelap.  Sepertinya kelelahan setelah bermain tadi siang.” “Baik, Ma. Saya mau mandi dulu, lalu istirahat.” “Sebentar, Sya!” “Iya, Ma?”  Perempuan dua puluh tujuh tahun itu  berbalik. Menatap serius wajah mertuanya.&
Baca selengkapnya
2. Permainan Dimulai
Bab 2.  Permainan Dimulai   =====   “Permisi!”    Wanita itu berlalu menuju kamarnya. Kamar yang disediakan Alisya untuknya.   Dia adalah keponakan mertuanya.  Sudah sangat lama ikut tinggal bersama mertuanya, bahkan sebelum Alisya dinikahi Fajar tiga tahun lalu.  Orang tuanya tinggal di desa.  Sejak kuliah dia tidak diizinkan nge-kos seperti mahasiswi lainnya.  Itu sebab, dia tinggal di rumah Alisya juga, sejak sang mertua pindah ke rumahnya.    “Sebentar!”   Alisya akhirnya bersuara.   Perempuan yang hanya berbalut selimut tipis itu menghentikan langkah.  Alisya berbalik, berjalan pelan menghampiri.   “Ikut aku!” perintahnya mendahului berjalan.   “Maaf, Sya! Maksud kamu apa?” Desy menolak mengikutinya.   Desy bahkan tetap enggan
Baca selengkapnya
3. Tak Meninggalkan Uang Sepeserpun
Bab 3 Tak Meninggalkan Uang Belanja Sepeserpun   =====   “Mama?”   Gadis kecil itu mengerjapkan mata, di dalam gendongan Alisya.   “Eh, udah bangun putri mama? Maaf, ya, mama membuat kamu terbangun!”   Agak kesulitan, wanita itu berjalan menggedong anaknya sembari menenteng tas dan kresek palstik berisi  bekal.   “Tita mau te mana, Ma?”   “Kamu ikut mama kerja, Sayang, maukan?”   “Holee! Mau, Ma. Tulunin Lena, aja!  Lena mau dalan aja!”   “Oh, Rena mau jalan?”   “Iyah.”   Dengan masih agak sempoyongan, anak kecil itu berjalan dengan dituntun olah ibunya menuju ujung gang, di mana bus karyawan pabrik sarung tangan telah menunggu.   “Tumben anakmu ikut?” tegur Endah,
Baca selengkapnya
4. Rena Bersama Putra Sang Big Bos
Bab 4  Rena Bersama Putra Sang Big Bos   ======   Renasya Putri Fajar, begitu nama lengkapnya. Nama pemberian dari kakek tercinta, ayah kandung Alisya.  Sebagai bentuk ungkapan syukur dan bahagia yang tiada terhingga. Atas kehadiran cucu pertama.  Sayang, mereka terpisah jarak. Sang kakek dan nenek tinggal di sebuah desa, di bawah kaki gunung nun jauh di sana. Enam jam perjalanan harus di tempuh dengan kendaraan darat. Itu sebab Rena tak bisa di titipkan bersama mereka bila Alisya bekerja.   Gadis kecil itu menatap lurus ke arah mana sang Mama berjalan.  Tak ada gentar di hatinya. Meski ditinggal sendirian di ruangan sepi itu. Dia sudah terlalu terbiasa sendirian.  Di rumah memang banyak penghuninya, tetapi dia selalu terasing dan dibiarkan sendirian.  Tak ada yang perlu ditakutkan, Rena sudah   bisa bersahabat dengan sepi, dan berteman akrab dengan sendiri. Meskip
Baca selengkapnya
5. Pindah Tugas di Rumah Direktur Utama
Bab 5.  Pindah Tugas Di Rumah Direktur Utama   ======   “Om, ini Mammma Lena!”   Rena tak tahan lagi untuk tidak berisik.  Bocah   itu berlari mengejar ke arah Deva. Perbincangan lewat  telepon itu terhenti.   “Sebentar, Pa!” ucapnya seraya menutup ponselnya.   “Oom dadi nanya Mamamma, tan? Itu Mammmma Lena, Om! Ayo calim!”   “Rena! Hussst!”   Alisya benar benar merasa ketakutan. Tingkah Rena sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin putrinya berbicara begitu akrab dengan sang atasan. Soalah mereka sudah saling kenal. Bocah dua tahunan itu bahkan berani memegang tangan sang Bos, lalu menariknya mendekati Alisya.   “Ayo, Om!”   Mulut mungil itu  berkata  dengan polosnya.   “Rena! Sini, Sayang!” &n
Baca selengkapnya
Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh
Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh   ========   Alisya mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam locker lalu  memasukkan semuanya  ke dalam  kantongan kresek besar. Tak  ada tas atau semacamnya. Tak  apa, tak  ada yang perlu digengsikan.     “Syukurlah kita berdua tak dipecat, aku mendapat surat peringatan, dan kamu dipindah tugaskan. Baik-baik bekerja di tempat yang baru, ya! Tetap semangat!”     Sang Mandor grup memeluk Alisya.     “Maafin aku, Kak! Hampir saja Kakak terkena masalah karena aku.”     “Sudah! Tidak apa-apa. Jaga putrimu, ya!”     “Salam sama teman-teman, ya, Kak! Bilang sama Rika, nanti aku telpon pas rehat!”     “Iya.”     “Dadah Ante!”  
Baca selengkapnya
Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua
Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua ======== Gontai Alisya  berjalan, menjingjing barang barangnya. Otaknya sibuk berpikir tentang watak putrinya. Kenapa Rena cenderung ngelawan.  Bahkan dia berani membantah perintah Alisya.   Sang bunda tidak tahu, kalau kesakitan dan kekasaran yang diperbuat anggota keluarganya selama ini pada putrinya, telah merubah watak lemah lembut menjadi kasar  dan  pendendam.  Rena  mulai mendendam pada Deva.  “Eh, tumben udah pulang? Kamu  enggak  lembur?” Mama mertua menyambut di depan pintu.   “Tidak, Ma.” Alisya menjawab singkat,  langsung berjalan menuju kamar utama.  “Itu barang-barang kerja pabrik kamu, kok, di bawa pulang semua?” Sang Mertua mengekori.  “Ya,  saya gak ker
Baca selengkapnya
Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah
Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah ===== “Aku akan pergi dari sini!  Berhenti mengharapkan aku   menjadi sapi perah kalian!”  Alisya memeluk putrinya sambil berjongkok. Meniup dan mengusap  bekas  cengkaraman sang nenek yang membiru di tangan mungil sang putri.  “Mas Fajar! Sayang! Lho, kok, ada Alisya? Dia gak kerja?”  Desy berdiri kaku di ambang pintu. Semua melongo, suasana  semakin tegang.  Tak   ada yang berani memulai pembicaraan.  Sang mertua bahkan berhenti  meringis kerena  kesakitan bekas gigitan  Rena.  Fajar memucat. Desy mematung.  “Masuk kamar dulu, Sayang! Rena tunggu Mama di kamar, ya!”  Alisya menggendong putrinya masuk ke dalam
Baca selengkapnya
Bab 9. Menunda Minta Talak
Bab 9. Menunda Minta Talak  ======= “Keputusan yang sangat tepat, Alisya!”  Wanita paru baya itu tersenyum  culas.  “Ya,  keputusanku menunda meminta talak, memang   langkah  yang paling tepat saat ini.  Tapi ini hanya menunda. Perlu Mama ketahui, aku akan mencari cara  yang paling tepat untuk menyampaikan hal ini pada orang tuaku di kampung.”  “Lakukan saja, kalau kau mau cepat-cepat jadi anak yatim!” ancam mertuanya.  “Dan kamu, Mas!  Meski aku menunda  perpisahan kita, aku  tetap menganggap kalau kamu bukan suamiku lagi.  Jadi, gak perlu main kucing-kucingan untuk memasukkan kekasihmu ini ke  dalam  kamar!  Silahkan saja! Karena  aku sudah tak peduli!”  “Alisya
Baca selengkapnya
Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua
Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua====== “Kak, dipanggil Mas Fajar!” Intan mengetuk pintu kamar Rena. Alisya tengah menidurkan  putrinya di dalam.  “Sebentar!”  Alisya memastikan putrinya  pulas. Setelah yakin, wanita itu melangkah keluar, bukan karena patuh, tetapi karena  tak ingin menambah masalah bila dia membangkang.  Keluarga benalu itu tengah makan malam rupanya. Mereka berkumpul di meja makan.  “Rena mana?” Ramah sang mertua menyambutnya.  Tumben, dia perhatian kepada  cucunya.  Pasti ada maunya.  Mungkin mertuanya berpikir sekarang semua sudah baik-baik saja, karena Alisya  gagal meminta pisah tadi siang. Namun,  bagi Alisya  ini bukan suatu kekalahan, melainkan awal dari perjuangan.  “Dia sudah tidur.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status