Semua Bab Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai: Bab 1 - Bab 10
38 Bab
Ratu kesiangan
"Rose, kenapa nggak masak?" tanyaku begitu pulang dari sawah. "Ngantuk, Bu. Lagian ngapain sih pagi-pagi udah masak? Kalo mau sarapan beli aja, gitu kok repot!" jawabnya ketus lalu membaringkan tubuhnya lagi. Aku cuma menggeleng kepala melihat kelakuan menantuku yang super males dan manja itu. Bukannya aku keras, tapi tiap hari setelah aku dan suami pulang dari sawah tak pernah ada masakan terhidang di meja. Kalo sudah begitu, aku juga yang memasak. Badan sudah pegal sehabis dari sawah, sampai rumah mesti memasak lagi. Menantuku itu kalo belum jam sepuluh belum puas tidurnya, entah kenapa anakku bisa punya istri sepertinya. Pernah aku menasehatinya agar bangun pagi, tapi lagi-lagi dia hanya membantah. "Rose, bangun udah siang! Nggak bagus bangun siang ntar rezekinya dipatuk ayam!" "Halah, kata siapa? Itu cuma mitos doang, ngapain percaya gituan!" ucapnya sinis sembari melengos masuk kedalam kamar.  "Sudah,
Baca selengkapnya
Menjemput Rose
Aku berjalan menuju kamar Darma, saat kulihat dia meringkuk dibawah ranjang dengan tatapan bengong. "Ya Allah, Nak. Kenapa kamu? Trus mana Rose?" tanyaku celingukan. "Dia pergi, Bu!" "Apa? Pergi kemana? Kenapa nggak kamu cari?" cerca ku cemas. Aku takut kalo Rose pulang ke rumahnya, mengadu pada orangtuanya. Pasti bisa malu kami sekeluarga, apalagi mengingat orang tua Rose yang temperamental. Aku hanya bisa berdoa semoga Rose tidak kesana. "Ayo cari istrimu, Nak! Apa kamu mau di omel mertuamu?" Aku mendesak agar Darma bangkit mencari Rose. Namun, Darma tak bergeming sedikitpun dari duduknya. Dia sangat marah atas perlakuan Rose tadi, terlihat dari wajahnya yang memerah. "Coba kamu jelaskan apa yang terjadi tadi?" tanyaku ingin tau. "Ibu lihat kan di dapur, semua berantakan karena ulah Rose. Saat Darma masih memberi makan ayam, Rose yang bangun tidur terus berteriak. D
Baca selengkapnya
Tetangga kepo
Darma yang semakin emosi mendengar mertuanya mengepalkan tangannya. Saat akan beranjak bangun, aku mencegah Darma agar bersabar dulu. Darma pun menuruti lalu duduk kembali, walau dengan hati dongkol. "Bagaimana, besan? Setuju nggak?" tanya orang tua Rose dengan mencibir Aku menghela nafas sebentar, sungguh permintaan yang berat. Seharusnya sebagai seorang ibu ingin anaknya menjadi baik dan sholehah. Akan tetapi, wanita yang seumuran didepanku ini malah ingin terus memanjakan anaknya. Namun, aku tak ingin menyerah dulu sebelum berusaha. Tak ada kata terlambat untuk berubah, selagi kita terus ikhtiar dibarengi doa, insya Allah seberat apapun ujian hidup ini bisa dilewati. "Baiklah besan, kami setuju. Namun, setelah di rumah kami harap besan bisa maklum bahwa Darma sebagai suami lebih berhak terhadap diri Rose. Bagaimanapun setelah menikah, surga Rose terletak pada suaminya. Selama saya masih hidup, saya akan menjaga Rose dan membimbi
Baca selengkapnya
Kedatangan ustadzah
Rose yang dijemput dari rumahnya, setelah sampai dia langsung masuk kamar. Bahkan suamiku yang bertanya pun tak digubrisnya. "Rose kenapa, Bu?" "Biasa, merajuk. Saat kami jemput tadi dia nggak mau pulang, malah Mamanya ajukan syarat yang berat," jawabku sembari duduk di kursi disamping suamiku. "Memangnya syarat apa?" tanya Bapak ingin tau. "Ya mengenai kebiasaan bangun siangnya itu. Besan minta kita nggak mengusik tidurnya, juga jangan menyuruh-nyuruh Rose kerja ini itu," kataku menghela nafas. "Jadi bagaimana? Apa Ibu setujui?" "Terpaksa, Pak. Biar Rose mau pulang, tapi Ibu juga bilang bagaimanapun Darma itu suaminya Rose lebih berhak mengatur Rose. Ibu juga akan bantu membimbingnya agar bisa berubah," kataku semangat. "Betul itu, Bu. Walaupun Rose menantu tapi sudah menjadi keluarga kita, anak kita ya jadi sudah tanggung jawab kita juga yang menasehati dan membimbingnya," ucap Bapak memberi
Baca selengkapnya
Bertamu
Sepulangnya Ustadzah Aisyah, aku yang akan kembali ke dapur mendengar derap suara kaki melangkah masuk. "Assalamualaikum," "Wa'alaikumussalam," jawabku menoleh kebelakang, rupanya Darma baru saja pulang dengan menenteng belanjaan. "Ini, Bu. Belanjanya, semoga cukup untuk stok seminggu," ucap Darma menyerahkan kantong plastik ukuran besar. "Ya Allah, Nak. Banyak banget belanjanya," kataku berbinar sambil melihat isinya. Ada beras sepuluh kilo, minyak goreng, sabun cuci dan sabun mandi, sampo, tepung, dan lainnya semua lengkap di beli Darma. Saat asyik mengeluarkan isi belanjaan, Rose keluar dari kamar. Mungkin dia mendengar Darma sudah pulang. "Mas, mana makanan pesananku?" tanyanya sambil mengambil kantong plastik dan mengacak isinya. "Nggak beli!" sahut Darma. "Kenapa? Mas nggak tega keluar uang untukku? Dasar pelit!" cemooh Rose memonyongkan bibirnya. "
Baca selengkapnya
Pengajian
"Ayo Bu, Rose, kita masuk kedalam. Apa Rose mau bantu ibu memasak?" "Ogah, Rose nggak pintar masak. Biar ibu aja yang masak," ucap Rose menolak. Aku menatap Ustadzah dan meminta pengertiannya agar Ustadzah Aisyah mau memaklumi. "Kalo begitu, kamu ikut saya aja. Mau kan?" tawar Ustadzah. "Kemana?" tanya Rose penasaran. Tanpa menjawab, Ustadzah menggandeng Rose lalu di bawah masuk ke dalam rumah. Sementara aku menuju dapur dan langsung memasak, melihat semua bahan tersedia aku pun paham. Ustadzah Aisyah ingin aku memasak soto ayam. Di dapur, aku tidak sendiri. Ada seorang art Ustadzah, usianya masih muda. Art itu hanya di tugaskan untuk membantuku, seperti memotong sayur dan bumbu. Sibuk di dapur, aku tidak tau apa yang di perbuat Ustadzah Aisyah dengan menantuku. Selama dia tidak membuat masalah, aku pun tenang. Semoga saja di tangan Ustadzah, Rose bisa berubah sedikit demi sedikit. 
Baca selengkapnya
Apa yang terjadi pada Rose?
Saat asyik makan, tiba-tiba terjadi keributan di luar. "Ada apa ini?" tanya Ustadzah Aisyah keluar. "Permisi Ustadzah, Bu Ijah nya ada?" tanya Mang Asep celingukan. "Ada di dalam, ada apa Mang?" tanya Ustadzah Aisyah bergegas memanggilku ke belakang. "Bu Ijah, di cariin Mang Asep di depan!" "Ada apa Ustadzah?" "Nggak tau, coba datangi dulu. Sepertinya dia cemas!" jawab Ustadzah Aisyah. Aku pun bergegas ke depan dan menghampiri Mang Asep. "Ada apa Mang?" "Bu Ijah, gawat. Cepat pulang, mantumu ... Ayo ikut saya!" ajak Mang Asep terburu-buru. "Rose? Kenapa dengan dia, Mang?" tanyaku gelisah. "Sudah, kita pulang dulu!" ujar Mang Asep. "Ya sudah, saya pamit dulu sama Ustadzah Aisyah!" kataku sembari masuk ke dalam. "Ada apa Bu Khadijah?" tanya Ustadzah Aisyah. "Sesuatu terjadi pada Rose, entah apa. Saya pulang dulu ya Ustadzah mau lih
Baca selengkapnya
Kerumah sakit
Keesokan harinya, aku sengaja masak pagi-pagi untuk dibawa kerumah sakit. Rose pasti ingin masakan ku, karena selama ini aku yang memasak dan Rose tidak pernah mengeluh. "Nak, udah siap belum?" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar Darma. Tidak ada sahutan dari dalam, aku coba ketuk lagi. Mungkin Darma masih tidur, biasa saat ada Rose di rumah Darma cepat bangun bahkan tanpa perlu aku mengetuk pintu. "Darma ... Ayo bangun, anter ibu ke rumah sakit," pintaku. Tak lama pintu terbuka, berdiri Darma yang masih menguap karena ngantuk. "H'mm, ada apa Bu? Masih pagi udah banguni Darma?" tanyanya dengan mata masih merem. "Anter ibu kerumah sakit, ibu bawakan makanan untuk Rose," jawabku sumringah. "Ngapain kesana lagi, Bu? Ntar diusir Mamanya Rose, apa ibu nggak marah?" Darma terlihat malas dan berjalan menuju ranjang dan akan tidur kembali. "Kamu kok tidur lagi, Nak? Sudah salat Subuh dulu
Baca selengkapnya
Pertengkaran
"Kamu udah makan Rose? Ini ibu masakan kesukaanmu," kataku sambil membuka rantangan. "Taruh aja di situ, aku belum lapar," jawab Rose ketus. "Mama kemana, Rose? Dari tadi nggak nampak!" ujar Darma sambil celingukan. Sedari tadi Darma hanya diam memperhatikan aku dan Rose bicara. Sengaja aku minta Darma tidak banyak bicara agar suasana tidak keruh. "Mama keluar membeli sarapan," jawab Rose pendek. "Ya udah, kita tunggu besan aja trus minta izin untuk membawamu pulang," kataku sambil menutup rantang. "Aku nggak mau pulang, Bu. Aku mau di rumah Mama aja, lebih tenang dan nggak berisik ibu ganggu terus," cibir Rose melipat tangannya. "Kalo kamu mau di rumah Mamamu, nggak apa-apa Rose. Mungkin kamu bisa cepat sembuh disana," kataku menatap Rose sendu. "Pasti cepat sembuh, dong! Kan Mama tidak pernah menyuruh Rose ini itu, jadi Rose bisa tidur sampai lama," ujar Rose senang. 
Baca selengkapnya
Talak
Aku juga tidak rela di hina terus-terusan, aku kasihan melihat Darma. Kulihat Rose hanya diam memperhatikan keributan ini, aku heran dimana perasaannya itu, sama sekali tidak perduli. Darma juga menatap Rose tajam, sepertinya Darma sepemikiran denganku. Darma berjalan mendekati Rose dan berkata tegas. "Rose, katakan sekali lagi kamu ikut kami pulang atau ikut Mamamu?" tanya Darma sembari menunjuk dia dan mertuanya. "Tentu aja aku ikut Mamaku, dong!" jawab Rose ketus. "Baiklah, kalo begitu Bu sekarang ini Darma minta izin," ucap Darma tegas, aku mengerti apa yang mau di ucapkan nya. Itu sesuatu yang akan buat dia berpisah dari Rose, Darma pasti udah mantap hingga dia mesti mengatakannya. Apakah aku harus mengangguk dan memberi izin? Darma masih terus menatap menunggu persetujuanku. Aku masih bimbang dan bergantian menatap Darma dan Rose. Namun, Rose tetap acuh terhadap peringatan Darma. "Darma,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status