Semua Bab ISTRI CULUN KESAYANGAN TUAN AROGAN: Bab 1 - Bab 10
60 Bab
1. Sebuah Ancaman
Ratusan topi kelulusan telah mewarnai langit UCLA yang pagi ini tampak begitu cerah, semua wisudawan dan wisudawati bersorak gembira atas kelulusan mereka semua."Selamat atas kelulusanmu," ujar seseorang lelaki lewat sambungan telepon yang baru saja diterima oleh Clarice."Hemm ...." sahut Clarice datar, ia sama sekali tidak antusias dengan kelulusannya."Kedengarannya kamu tidak begitu senang, haruskah aku menjemputmu sekarang dan membawamu pergi ke pantai?" tawar laki-laki tersebut."Tidak perlu, Alvin. Kamu lanjutkan pekerjaanmu saja, sebentar lagi aku juga akan pulang.""Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan." "Iya." Setelah mengatakan itu, sambungan langsung terputus.Setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas, Clarice langsung membalikkan tubuhnya dan bersiap pergi meninggalkan halaman tersebut.Namun, baru saja beberapa langkah Clarice berjalan, ada seseorang yang memanggilnya."Clarice Lucille." Suara lembut seorang wanita yang terdengar menenangkan setiap orang yang menden
Baca selengkapnya
2. Penolakan Reynand
Sorot mata Clarice tampak terlihat tenang, meski sebenarnya ia sangat ketakutan. Inilah salah satu cara agar ia tidak terlihat terintimidasi oleh sepasang penguasa di hadapannya ini. Tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, Clarice memilih menyesap cokelat panas miliknya, guna menetralisir rasa gugup dan debaran jantung yang menggila akibat rasa takut tersebut."Bolehkah saya berpikir terlebih dahulu?" tanya Clarice yang berusaha menjaga intonasi suaranya agar terdengar tetap tenang.Mata polos Clarice memandang penuh harap, agar kedua orang dihadapannya ini mau memberikan waktu untuk dirinya berpikir, lagipula ini menyangkut masa depannya, tega sekali jika kedua orang ini tidak memberinya waktu untuk berpikir sama sekali.Deffin dan Azkia sejenak saling pandang, lalu kemudian Azkia kembali menoleh kepada Clarice dan mengatakan, "Baiklah, kami akan memberikanmu waktu untuk berpikir, tapi hanya sampai malam ini, karena besok kamu harus mengatakan jawabannya."
Baca selengkapnya
3. Mengikuti Clarice
Setelah mobil melaju membelah jalanan, Clarice mulai mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya. "Tuan-" "Aku bukan majikanmu," potong Reynand cepat, ia menyahut tanpa sedikit pun menoleh kepada Clarice. Clarice menghela napas dalam-dalam, dia butuh banyak-banyak kesabaran untuk menghadapi lelaki di sampingnya ini. "Baiklah, Reynand. Aku ingin rencana pernikahan itu tidak pernah terjadi, jadi kita harus menentangnya bersama," ujar Clarice mantap. Reynand tersenyum sinis, lalu kemudian ia menjawab, "Jangan pura-pura menolak! Bukannya kamu yang sudah merencanakan ini semua? Pasti kamu terlebih dahulu mendekati ibuku ketika beliau berkunjung ke panti asuhan, kamu berpura-pura baik hingga ibuku ingin menjodohkanku denganmu," tukas Reynand. Clarice membuka mulutnya 'tak percaya, bagaimana bisa Reynand mempunyai pemikiran seperti itu kepada dirinya? Padahal tidak pernah sedikit pun terl
Baca selengkapnya
4. Rencana Kabur Yang Gagal
Clarice POV. Setelah keluar dari mobil Reynand, tanpa menunggu waktu yang lama, taksi yang dikemudikan Alvin langsung berhenti di depanku. Aku sudah tidak mempedulikan Reynand yang masih berada di belakang, tujuanku hanya ingin cepat pergi dari negara ini, karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di sini, sebab taruhannya lagi-lagi adalah nyawaku. "Ayo kita cepat pergi dari sini, segera suruh orang kepercayaanmu untuk menyiapkan pesawat sekarang juga!" perintahku kepada Alvin. Tanpa perlu bertanya, Alvin langsung menuruti perintahku, bahkan dapat kurasakan jika taksi ini melaju dengan kencang, Alvin memanglah pengawal sekaligus sahabat terbaik yang kupunya. Beruntung aku telah menitipkan barang-barang berhargaku di apartemen Alvin, jadi aku tidak perlu repot-repot datang ke panti asuhan untuk mengambil baju-bajuku dan juga pamit, karena bisa dikatakan aku memang akan kabur dari negara ini.
Baca selengkapnya
5. Terpaksa Menyetujui
Deffin tersenyum tipis mendengar perkataan Clarice, ada setitik rasa iba di dalam hatinya setelah mengetahui semua informasi gadis di hadapannya ini dari cerita istrinya, dan sekarang ia puas karena sepertinya pada akhirnya keinginan istrinya untuk membantu dan melindungi gadis ini akan terwujud, meski harus menggunakan cara yang hampir sama dengan kisahnya, yaitu menjerat dengan sebuah tali pernikahan. "Baiklah, sebaiknya kamu harus menemui istriku sekarang, dialah yang akan memberitahukan alasannya," sahut Deffin cepat, lalu kemudian ia beralih memandang Alvin dengan tatapan tajam. "Dan Kau, lebih baik pulanglah ke negara asalmu, karena mulai sekarang kami yang akan menjamin keselamatannya." Meski Clarice belum menyetujui rencana pernikahan ini, namun Deffin dengan percaya dirinya menyuruh Alvin pergi, dan entah mengapa ia kurang suka dengan pengawal setia gadis ini. "Maaf, Tuan. Tapi saya tidak akan pernah pergi dari sisi Nona Clarice, karena ini adalah tu
Baca selengkapnya
6. Bukan Pernikahan Kontrak
Sesuai dengan perintah Deffin, Reynand harus mengantarkan Clarice hingga sampai panti asuhan, meski ia sangat malas, Reynand tentu tidak bisa melanggar perintah ayahnya, nyalinya tidak cukup besar untuk menentang seorang Deffin Wirata. "Kita mau ke mana?" tanya Clarice saat mobil tidak melaju ke arah panti asuhan. "Cafe," sahut Reynand singkat, ia sama sekali tidak mempedulikan raut wajah Clarice yang kebingungan. "Untuk apa?" "Kita harus membicarakan perjanjian pra nikah." Reynand sejenak melirik Clarice yang terkejut mendengar perkataannya. "Apakah kita akan melakukan pernikahan kontrak secara diam-diam?" tanya Clarice antusias, ia sering mendengar tentang pernikahan seperti itu, dan ia tidak menyangka akan mengalami kejadian ini di dalam hidupnya. Namun, ia sangat bahagia jika pernikahannya ini hanya akan menjadi pernikahan kontrak. "Dasar bodoh! Kamu kira
Baca selengkapnya
7. Kesialan di Pesta
Tidak tahu apa yang direncanakan ibunya Reynand, yang jelas saat ini Clarice harus bisa datang ke acara pesta perpisahan tersebut, dan yang lebih menyebalkan lagi, Clarice dilarang berangkat bersama Alvin. Namun bukan Clarice jika ia tidak mencoba menentang larangan tersebut, ia akan tetap diantar oleh Alvin."Kamu yakin datang ke pesta dengan pakaian seperti itu?" tanya Alvin yang melihat penampilan Clarice terlihat seperti biasanya.Hanya mengenakan celana panjang dengan model wide leg pants , dan juga blouse bewarna pastel. Namun, tampak manis dikenakan Clarice.Sejenak Clarice melihat penampilannya sendiri.  "Bagus kalau aku nanti langsung diusir," sahut Clarice acuh tak acuh, ia memang tidak berniat datang ke acara ini.Alvin terkekeh geli, lalu ia langsung melajukan taksinya dengan kecepatan sedang. "Jam berapa acaranya selesai?""Kamu jemput saja jam sembilan.""Baiklah, maaf ya ... tidak bisa menemanimu," ujar Alvin menyesal, ia
Baca selengkapnya
8. Rasa Penasaran Reynand
Clarice berjalan terburu-buru meninggalkan area restoran, ia tidak mempedulikan tatapan penasaran orang-orang yang berpapasan dengannya. Dari rambut hingga ujung kaki semua terlihat basah, bahkan air terlihat masih menetes membasahi setiap jalan yang ditapakinya.Semilir angin malam hanya menambah penderitaannya, Clarice semakin memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan. Sejenak Clarice menghentikan langkahnya, ia berniat memberhentikan taksi agar bisa pulang ke panti, ponselnya telah rusak, ia tidak bisa menghubungi Alvin untuk meminta pertolongan.Tidak lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti di depannya, sebuah mobil sport mewah yang sangat dikenalinya. Clarice membuang muka saat orang yang di dalam mobil membuka pintu untuknya."Hei ... ayo, cepat naik!" seru Reynand seraya menatap Clarice dengan tidak sabaran.Clarice bergeming, ia mengabaikan perkataan Reynand, kepalanya tetap setia menoleh ke kanan untuk mencari sebuah taksi yang koso
Baca selengkapnya
9. Clarice Sakit
Clarice langsung pergi ke depan ketika Alvin sudah berada di depan gerbang panti asuhan, dengan memberikan alasan menginap di rumah temannya, ibu panti tidak akan khawatir, karena Clarice sudah biasa meminta izin untuk tidur di rumah Bella, yaitu teman kerjanya di toko bunga.Setelah Clarice masuk ke dalam taksi. "Bagaimana bisa kamu sampai demam seperti ini? Kita harus pergi ke dokter sekarang," ujar Alvin setelah menempelkan telapak tangannya di kening Clarice yang terasa panas."Tidak perlu, minum obat demam biasanya juga pasti akan sembuh. Kita ke apartemen saja sekarang, aku hanya butuh tempat yang nyaman untuk istirahat." Clarice langsung mencari sandaran yang nyaman untuk merebahkan tubuhnya yang terasa sakit semua.Alvin tentu langsung menurut, ia melajukan taksinya menuju apartemennya. Meski didera rasa penasaran, mengapa Clarice bisa sampai sakit seperti ini? Namun, Alvin masih bisa menahannya, melihat wajah pucat Clarice, Alvin tidak tega untuk
Baca selengkapnya
10. Menginap
"Ah, Ibu. Itu tidak perlu, biar Alvin saja, dia yang sudah biasa merawatku jika aku sakit," sahut Clarice."Itu kan dulu, sekarang berbeda. Sekarang sudah ada Reynand di sini, dia yang harus merawatmu," ujar Azkia seraya menarik tangan Reynand mendekat ke arah ranjang.Reynand terlihat menggerutu. Namun, ia tidak bisa menepis tangan ibunya."Alvin, tolong berikan mangkuknya kepada Reynand, biar Reynand yang menyuapi Clarice."Dengan terpaksa Alvin menyerahkan mangkuk itu kepada Reynand. Sedangkan Reynand tampak acuh tak acuh menerimanya.Selera makan Clarice mendadak hilang seiring dengan tangan Reynand yang mendekatkan sendok ke mulut Clarice. Bubur yang tadinya lembut berubah bagaikan batu kerikil yang sulit ditelan karena melihat wajah masam Reynand. Semua ini hanya menambah penderitaan Clarice di kala sakit."Sudah," ujar Clarice seraya mengangkat tangannya menolak bubur yang akan disendokkan Reynand."Kenapa sudah?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status