Semua Bab Gairah Cinta Tak Memandang Usia: Bab 1 - Bab 10
17 Bab
Pertemuan Pertama
Tahun ajaran baru telah tiba. Seperti biasa, setelah melewati liburan panjang selama kurang lebih dua bulanan, pria dengan pekerjaan sebagai seorang dosen itu harus kembali menapaki kampus dengan tujuan tentu untuk mengajar. Memberi ilmu pada mahasiswanya agar pandangan mereka lebih luas.Namanya Pram. Gemilang Bintang Pram Santoso. Seorang dosen dari jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu universitas swasta di Jakarta. Jangan tanya umurnya berapa karena pria dengan setelan kemeja putih dan celana gelap itu sangat sensitif jika seseorang menanyakan umurnya. Menurut pria itu, umur hanyalah angka. Tak berarti apa pun selama kualitas diri lebih oke dan jiwa terasa masih muda.Langkah lebarnya membelah lautan mahasiswa yang memenuhi lantai lobi kampus."Selamat pagi, Pak Pram," sapa salah satu mahasiswa bimbingannya yang dia kenal sebagai mantan wakil ketua HMJ.Pram tak menghentikan langkahnya, tetapi dia ters
Baca selengkapnya
Kelas Kating
Selesai mengajar di kelas anak-anak baru, Pram melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelas selanjutnya. Yakni kelas para mahasiswa basi. Mata kuliah yang dia ajarkan untuk mereka adalah riset. Untuk kelas ini, Pram akan membuat kesepakatan untuk pertemuan mereka karena tak mungkin setiap minggu mereka harus berada di kelas. Mahasiswa seperti ini sudah punya kesibukan masing-masing. Ada yang magang, ada yang sudah bekerja، ada yang job sana sini, ada pula yang menunggu nasib baik di kediaman.Pram membuka pintu, tak seperti mahasiswa baru yang antusias, para mahasiswa yang berjumlah 72 orang ini menatap biasa pada Pram. Hanya tersenyum tipis jika saling berserobok mata.Pram mendudukkan diri lalu menatap pada sebagian anggota kelas yang Pram hafal namanya karena mereka sering bolak-balik bertemu kaprodi. Apalagi di kelas itu lebih banyak pengurus himpunan yang sering mengundangnya untuk seminar.Pram memang buk
Baca selengkapnya
Lagi-Lagi Tempat Penitipan
Makan malam Pram dengan Salisa harus dia tunda akibat orang tuanya ingin makan malam dengannya. Dia tak bisa menolak karena momen makan malam bersama di tahun ini bisa diingat hanya berapa kali. Tak sesering dulu karena orang tuanya sangat sibuk ke luar negeri."Papa ngundang Pak Gunawan dan istrinya juga," ujar Hilda, mamanya.Pram yang baru datang mengangguk. Dia tak keberatan siapa pun yang diundang orang tuanya."Apa kabar, Ma?" tanya Pram sembari memeluk dan mengecup pipi mamanya.Hilda tersenyum tipis. "Baik. Kamu?""Tentu saja seperti yang Mama lihat."Wanita itu tersenyum bahagia mendengar itu. Pram pun beralih menyapa papanya yang masih sibuk dengan ponsel. Setelah itu dia mengambil tempat duduk di samping mamanya."Engga ada kandidat calon buat dikenalin ke Mama, nih?"Jika biasanya orang-orang seumuran Pram yang belum menikah ak
Baca selengkapnya
Big No!
"Esthel, sini bentar."Panggilan dari mamanya membuat wanita dengan setelan santai itu mendekat ke arah mamanya berada."Mama pulang nanti malam," ujar Ajeng pada anak tunggalnya.Wanita muda itu terlihat menahan senyum bahagianya."Mama kok cepet banget di sininya? Engga mau satu bulan gitu?" tanyanya dengan nada yang dibuat sedih.Ajeng menghela napas mendengar itu.  "Yaudah, Mama sebulan di sini."Sekarang wajah wanita muda itu gelagapan. "Eh, kata Papa, kalian lagi sibuk launching produk baru. Kalo ditinggal kan nggak baik, Ma," ujarnya beralasan dan Ajeng tahu akan maksud ucapan itu. Dia hanya menggertak anaknya.Gunawan datang dari arah dapur. "Papa sendirian nge-handle bisa, tuh. Kayaknya kamu aja yang nggak mau kami di sini," ujarnya sembari membawa sepiring buah naga.Wanita muda itu melipat bibirnya ke dala
Baca selengkapnya
Surat Kesepakatan
Setelah kepergian para orang tua, kini tinggallah Pram dan Rachel dalam ruangan selebar itu. Rachel bingung akan melakukan apa karena barang-barangnya sudah ditata oleh mamanya."Kita bicara sebentar bisa?"Pram yang berjalan di belakangnya berbicara, membuat Rachel berbalik menoleh ke arahnya."Tentang?""Kesepakatan."Rachel pun mengangguk. Iya, harus ada kesepakatan di antara mereka, agar dosen itu tak semena-mena. Ya ... meskipun yang berpotensi untuk semena-mena adalah dirinya sendiri.Pram menuju sofa yang tadi diramaikan oleh keluarganya.Setelah Rachel duduk, Pram mengeluarkan dua lembar kertas HVS lengkap dengan bolpoin yang dia ambil dari bawah meja."Tulis hal-hal yang kamu ingin sepakati dengan saya. Saya juga akan menuliskannya."Rachel mengangguk tanpa bertanya lagi, dia pun segera menulis semua hal yang ada
Baca selengkapnya
Hari Pertama Yang Menyebalkan
Pukul lima pas, Pram keluar dari kamarnya sembari melakukan streaching agar peredaran darahnya lancar. Kakinya dengan langkah ringan berjalan ke arah sakelar lampu  berada. Mematikan satu persatu lampu yang semalam tak sempat dia matikan karena dia terlelap tanpa direncanakan. Setelah itu dia berbalik ke arah dapur untuk menyeduh kopi instan. Pagi yang hambar jika tanpa sebuah minuman pekat menyegarkan mata.Selesai melarutkan bubuk itu, Pram berjalan lagi ke arah ruang santai. Berdiri di depan ruangan dengan pemandangan yang langsung disajikan hamparan gedung-gedung di sekitar gedung apartemen Pram berhalangkan smart glass. Sembari meminum sedikit demi sedikit kafeinnya, Pram menata hal-hal yang akan dia lakukan seharian itu dalam pikirannya.Seketika Pram ingat bahwa dia tak tinggal sendirian. Ada Rachel juga yang harus Pram ajak untuk melakukan aktivitas harian bersamanya.Pria itu meletakkan cang
Baca selengkapnya
Hari Pertama Yang Menyebalkan 2
Setelah dari mesin cuci tadi, Rachel memilih untuk mengambil ponselnya untuk menghubungi teman-temannya. "Mau kemana kita hari ini, yaaaa?" Rachel bermonolog sembari menunggu panggilan videonya tersambung dengan para sahabatnya. Adit, Sopo dan Jarwo namanya. Tiga lelaki dengan tingkah laku bikin tepok jidat yang sayangnya merupakan sahabat Rachel.  "Widih, apartemen baru, nih? Pesta kagak?"  Satu suara yang sangat dikenal menyambut ketika video tersambung. Lelaki gendut dengan rambut keriting dan kaca mata minus di batang hidung merupakan pelakunya. Namanya Sopo.  
Baca selengkapnya
Ke-gep Nggak Tuh
Setelah kepergian Pram, Rachel bernapas lega. Dia pun bersiap-siap karena memiliki janji dengan para sahabatnya. Siapa lagi kalo bukan Adit, Sopo, dan Jarwo.Sebenarnya itu bukan nama mereka. Itu panggilan kesayangan Rachel pada tiga orang itu. Namun meski begitu, Rachel mengambilnya dari potongan nama mereka, bukan sembarangan ambil nama tokoh kartun, dan kebetulan semuanya tepat. Sehingga Rachel mencocokkan semuanya.Seperti Adit. Nama asli lelaki itu adalah Rakrya Ditya. Lalu Sopo dari Prakoso Poli. Dan terakhir Jarwo. Ganjar Wobikarsono. Kebetulan yang sangat pas bukan?Setelah siap dengan dandanannya, Rachel segera turun. Menghampiri Adit yang sedari sepuluh menit lalu menunggunya di depan gedung."Om lo kaya, ya?"Sambutan dari Adit bukan tentang kabarnya, melainkan tentang om bohongannya yang tentu saja Pram maksudnya.Rachel mengangguk tak acuh. Dia segera masuk di
Baca selengkapnya
Lah, Suka-Suka Saya
Dari sekian banyak hal baik yang dilakukan oleh Rachel, dia tak menyangka bahwa hal jelek terus yang akan tampak di mata dosennya itu. Ini baru hari kedua sejak wanita itu kenal secara personal dengan Pram. Namun tak ada hal baik sedikit pun yang bisa dia tampakkan padanya. Selalu kejelekan. Sampai-sampai Rachel malu sendiri mengingatnya.Sejujurnya, bangun pagi dibangunkan oleh pria merupakan hal yang nggak banget untuk diceritakan pada siapa pun. Itu aib bagi Rachel. Dia juga seorang wanita yang ingin dipandang dari sisi baiknya, apalagi di depan lawan jenis yang super tampan dan holkay. Sebenarnya dia ingin sekali bangun pagi. Memberikan kesan baik pada pria tampan itu setidaknya dengan bangun lebih dulu. Sayang seribu kali sayang kebiasannya yang selalu bangun telat terbawa sampai detik ini.Rachel duduk dengan canggung di sofa. Bayu di sebelahnya juga. Dia terlihat salah tingkah ketika matanya berserobot dengan dua dosen di depannya.
Baca selengkapnya
Sapa Suruh Nyebelin!
Pulang dari rumah Sopo, Rachel melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul sebelas malam dan dia baru saja sampai di apartemen dosennya.Wanita dengan jeans dan tank top rib-nya berjalan santai ke arah dapur. Tangannya menaruh kemeja yang tadi dia pakai tetapi dia buka karena kegerahan, juga tas slempangnya ke atas meja dapur.Suasana yang remang-remang membuat bulu kuduknya merinding. Rachel termasuk pasukan remaja yang takut dengan mati lampu dan dia sekarang berada di dapur dengan lampu remang-remang. Mitos konon katanya setan selalu berada di atas kompor atau di belakang pintu kulkas jika buka malam-malam. Naasnya, Rachel akan membuka pintu kulkas itu karena mineral semuanya berkumpul di sana. Jika saja dia tahu di mana sakelar lampunya, pasti Rachel akan menghampiri tempat itu lebih dulu, sayang dia orang baru di sana.Rachel berniat mengurungkan niatnya itu, tetapi tenggorokannya seret akibat memakan bakpia m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status