All Chapters of WA Untuk Simpanan Nyasar ke Istri: Chapter 1 - Chapter 10
64 Chapters
Salah Kirim
  [Nanti malam gunakan gaun yang aku berikan ya, Sayang. Kamu memang paling cantik Wina, aku terpesona.] jawaban WA dari Mas Wisnu. Aku terperanjat, bukankah tadi aku WA mengabarkan tentang Aira? Badan Aira panas hingga aku ingin membawanya kerumah sakit. Aku WA Mas Wisnu agar membatalkan bertemu klien malam ini. Namun .... Tanpa menunggu lama aku segera menelfon Mas Wisnu. Dari seberang sana kudengar nada Mas Wisnu yang gugup. "Siapa Wina, Mas?" tanyaku langsung membrondong begitu dia menerima telfonku. "Wi-wina siapa, Dek?" tanyanya pura-pura. "Jangan bohong ya, Mas! Kamu sendiri yang tadi pengirim pesan. Aku yakin kamu salah kirim dan pesan itu kamu kirim untuk Wina! Iya, kan?" cercaku. Mas Wisnu segera mematikan telfon, setelah sebelumnya aku mendengar suara seorang perempuan mendekat dan memanggil dengan sebutan manja.&n
Read more
Strategi
"Hai, Ainun. Sudah lama menunggu?" tanya Bang Ridho mulai bersandiwara. "Enggak ko, Bang. Baru aja, iya kan, Mas?" aku beralih pandang pada Mas Wisnu. Ia gelagapan. "Eh, Wisnu, Wina kamu sedang makan siang?" tanya Bang Ridho. "I-iya, Pak. Ka-kami sed ...." "Loh, tadi kata Mas Wisnu dia namanya Ayu?" potongku saat Wina belum selesai mengatakan sesuatu. Bang Ridho mengerutkan kening, sedangkan Mas Wisnu kulihat salah tingkah. "Gimana si, Mas?" aku berdecik kesal. "A-anu, Dek. Sebenarnya aku tak terlalu paham namanya. Kita baru saja bertemu." bohongnya,"kebetulan kami tadi mau makan dan kursi penuh jadi .... "  "Lah, bukannya kamu sudah kenal dengan Wina sekretarisku. Bahkan setiap laporan yang masuk kan selalu melewatinya sebelum sampai ketanganku." kali ini Bang Ridho bersuara. Alih-alih berbo
Read more
Kedatangan Wina
Bagai palu besar kembali menghantam hati ini. Sakit sekali. Setelah tadi sedikit lega jika mereka masih diambang batas dalam berselingkuh namun kembali harus aku telan pahitnya empedu untuk kedua kalinya. Haruskan aku muntahkan? Aku memang tak akan mentolerir Mas Wisnu untuk perselingkuhan ini, kukira ini hanya ujian hidupku berumah tangga. Kata orang tua, setiap rumah tangga akan diuji, baik itu orang ketiga, ataupun masalah finansial, aku sadar itu. Namun nyata sepertinya ini bukan ujian rumah tangga, diselisik dari realita, Mas Wisnu mungkin memang sengaja melakukan perselingkuhan ini. Serendah itu kah dia memandang sebuah pernikahan? Menodai janji suci yang ia ucapkan sendiri. Miris! "Mama ...." Aira mendekat, aku tersentak dari lamunanku yang melayang jauh, merutuki manusia-manusia tak berperasaan. "Aira, ada apa, Sayang? Apa kamu sudah sembuh?" tanyaku sambil langsung mencium pipi gembilnya.
Read more
Kepulangan Wisnu
Setelah kepulangan Wina, aku masih berdiri mondar mandir diruang tamu, aku ingin segera Mas Wisnu pulang dan memberinya pelajaran.  Teganya dia mengkhianatiku ya Allah ... Kurang apa diriku ini, kuberi ia kepercayaan penuh, bahkan aku tak pernah menuntut nafkah lahir, gaji dia yang tak seberapa tak pernah kutanyai, semua aku sarankan untuk diberikan kepada ibu. Selain anak tunggal, Ibu yang sekarang tinggal seorang diri juga sering sakit-sakitan hingga memerlukan biaya untuk berobat, bahkan tak jarang aku memberi lagi uangku sendiri dari hasil rumah makanku. Aku berfikir jika Mas Wisnu harus bertangung jawab penuh pada Ibu semata wayangnya. Dia tinggal sendiri, tak mau di ajak kesini karena merasa kalau sebuah rumah tangga akan tenang tanpa orang ketiga. Walau itu Ibunya sendiri. Aku salut pada Ibu Mertua, dia begitu paham akan hal keharmonisan rumah tangga. Sayang ... Justru anaknya lah yang tak tahu adab, dia meny
Read more
Mengusir
"I-ini kamu, Mas? Dengan siapa ini?" aku menunjukan HP kepada Mas Wisnu, masih berdering panggilan disana. Namun ketika akan aku geser tombol dial ternyata sudah lebih dulu mati, mungkin karena waktu tunggu habis. "Sini!" Mas Wisnu merebut HP dengan kasar. Akupun sampai kaget dengan sikap Mas Wisnu yang tiba-tiba merebut HPnya. "Jelaskan, Mas. Siapa dia? Siapa Nuri, nama yang tertera di sana?" selidikku dengan mata menatap penuh pada Mas Wisnu. Dia masih bergeming, wajahnya menampakan kecemasan. "Katakan, Mas!" bentakku, sungguh aku merasa emosi sekali, lagi-lagi harus di permainkan oleh suamiku sendiri. Lelah ya Allah .... "Di-dia Nuri, dia itu keponakan jauh Ibu, Dek. Kami kecil bersama dulu, belum lama kita bertemu dan saat ketemu itulah aku gendong anaknya dan dia minta foto. Ya ... Mungkin untuk mengobati rindu dia ... dia ... Memasangnya untuk foto profilnya." Mas Wisnu pan
Read more
Perdebatan
Aku harus tau sebenar-benarnya siapa mereka. Aku tak suka jika hanya praduga, pokoknya aku harus benar-benar tahu ada hubungan apa mereka dengan Mas Wisnu. Apa benar yang di katakan Mas Wisnu bahwa mereka itu saudara sepupu. Aku akan tanya pada Ibu Mertua, benarkah Mas Wisnu punya saudara jauh? Aku juga harus punya foto mereka, agar mudah menunjukan pada Ibu. [Win, aku minta kamu bisa dapatkan foto wanita itu!] kembali kukirim WA pada Wina.  Dia pasti akan mencarinya, aku tak tahu bagaimana caranya. Namun nyatanya ia begitu cepat menemukan titik terang tentang wanita itu jadi aku tak ragukan kemampuannya untuk menjadi detektif. Masalah hubungannya dengan Mas Wisnu, aku tak peduli. Kiranya aku sudah memberi pelajaran yang akan ia ingat selamanya. Pasti akan perfikir dua kali untuk kembali berurusan dengan aku. Bisa-bisa ia tak akan bisa beli makanan untuk dirinya sendiri. "Hufh ... Ainun di lawan, Aku tak akan bar-ba
Read more
Tersadar
Aroma minyak angin menyeruak, aku merasa kepalaku berat sekali, kubuka mata berlahan. Kulihat Dokter Luna, Bik Uni dan Bang Ridho berdiri tak jauh dari saat aku berbaring. Apa aku pingsan! "Syukurlah kamu sudah sadar, Nun." Bang Ridho berkata dengan tersenyum. "Aku kenapa?" tanyaku pada mereka. "Ibu hanya tertekan dan stres. Ibu ngga papa, sebaiknya kalau ada suatu masalah lebih baik diselesaikan jangan sampai seperti ini. Tak baik untuk kesehatan. Saya kasih resep vitamin. Nanti ditebus ya!" Aku mengangguk, dokter pamit dan diantar Bik Uni keluar. Aku berusaha duduk. "Kamu kenapa si? Sebaiknya kalau memang kamu merasa sakit, menangislah! Menangis bukan berarti cengeng, namun itu lebih baik untuk mengurangi sakitmu. Jangan kamu tekan yang berefek pada kesehatan." Aku hanya tersenyum kecut,"mungkin aku hanya butuh refresing, Bang. Biar ota
Read more
Alasan
"Ini beberapa foto dia, Bu." Wina menunjukan beberapa foto Lastri yang tampak sendiri. Tunggu! "Coba kamu zoom, perbesar gambarnya!" aku melihat dengan segsama, sebuah foto Lastri yang tengah duduk pada sebuah kursi dengan meja didepannya. Benar, ini tak salah lagi, dia berada di Rumah makanku. Rumah Makan Sari Rasa, cabang parahyangan. Walau aku lama tak kesana, namun tak pangkling dengan dekorasi tempatnya. Rumah makan bernuansa pedesaan dengan bambu sebagai ciri khas Rumah makanku itu. Rumah makan yang kurintis sejak tujuh tahun yang lalu, saat kami belum lama menikah, Mas Wisnu yang masih bekerja sebagai supir pribadi membuat aku yang notaben-nya sarjana. Memilih merintis usaha kuliner karena hobiku yang suka memasak dan berkuliner, di samping itu juga turunan dari orang tuaku yang senang berbisnis dari pada harus bekerja pada orang lain. "Setinggi apapun jabatanmu di mana be
Read more
Sakit perut
Siapkan air es disamping kamu untuk baca part ini, takutnya dari telinga keluar asap dan terjadi hal yang tak diinginkan ... Kabur, ah othornya. Selamat membaca PoV Wisnu. Sial! Gara-gara aku salah kirim WA untuk Wina terkirim ke Ainun. Sekarang berbuntut panjang. Ainun yang dulu percaya aku seratus persen kini mulai menaruh kecurigaan. Terlebih dia memergoki aku tengah makan dengan Wina. Gadis perawan yang bekerja sebagai sekretaris di Perusahaanku bekerja. Aku yang hanya staf marketing, berhasil membuatnya berbunga-bunga. Kemewahan tentunya yang membuatnya tahluk, namun sayang baru akan berjanji untuk menikahinya tahun depan. Hubungan kita sudah lebih dulu terkuak, bahkan sekarang dia di pecat. Kasian tentunya, tapi aku bersyukur karena posisiku aman. Aku masih punya Wina-Wina yang lain. Ada juga Lastri yang telah aku nikahi secara agama hampir empat tahun yang lalu. Beruntung
Read more
Ibu ikut andil
Dia pikir aku mudah tertipu, aku memang dulu sangat mempercayainya. Namun sekali ia berkhianat, aku tak akan percaya lagi. Terlebih ini sudah sangat mencurigakan. Ibu berkata sendiri kalau jatah bulanannya hanya tiga juta. Gila dia! Tega-teganya mengurangi jatah ibunya sendiri, sedangkan dia tahu bagaimana kondisi ibunya. Kulirik dia saat mengemudi mobil, ada raut kepanikan, setelah tadi aku paksa dia tanpa alasan. Yah ... Lucu saja! Pura-pura sakit perut saat akan di ajak kerumah ibu, sebelumnya baik-baik saja. Keringat sebesar jagung banyak berada di keningnya. Aneh!  "Kenapa, Mas? Kok keringetan gitu?" tanyaku penasaran melihat ia yang begitu kegerahan. Bahkan sekali-kali menarik kerah bajunya. "Ngga tau, Dek! Entah kenapa cuaca hari ini begitu panas. Bahkan Ace mobil saja kalah." Aku membelalakan mata, Ace yang begitu dingin dia bilang kalah.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status