All Chapters of Madu yang Kupilih untuk Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10
29 Chapters
Awal kisah rumah tanggaku
Kisah ini sebenarnya tak pernah kuharap terjadi dalam rumah tanggaku. Aku Marina Zanita Zafran dengan suka rela menerima pinangan pria pilihanku yang usianya dua tahun lebih tua dariku. Pria itu adalah Pratama Hardinata atau yang akrab disapa Tama. Ia merupakan Kakak tingkatku, dan kini usianya memasuki dua puluh tujuh tahun. Sedangkan aku memasuki usia duapuluh lima tahun. Pernikahan kami berjalan normal, damai dan bahagia, meskipun terkadang batu kecil menghiasi perjalanan cinta kami. Hal tersebut bisa aku maklumi, ku anggap itu hanyalah bumbu penyedap dan ujian dalam rumah tangga.Waktu menunjukan pukul tiga dini hari, kami terbiasa bangun untuk melaksanakan sholat malam. Hingga menunggu waktu sholat subuh tiba.Pagi yang cerah di langit Yogyakarta, Mas Tama bersiap untuk mencari nafkah."Dek, kamu bikin sarapan apa?" tanya suamiku dengan mesra.Aku pun menjawab pertanyaan dari siamiku itu. "Ayam goreng sama Nasi goreng Mas."Kemudian aku berbalik bertanya padanya dengan nada sediki
Read more
Keresahan dan kesedihanku
Pagi yang cerah di langit Jogja, hari ini suamiku meliburkan diri dari pekerjaannya. Ia bermaksud ingin menemaniku ke rumah sakit sesuai dengan janjinya. Ku ulurkan hijabku dengan balutan riasan tipis di wajahku. Terlihat Mas Tama sudah bersiap menungguku di ruang tamu. "Mas kita sarapan dulu yuk," ajakku. "Ayo Dek," ucap Mas Tama. Tangan kekarnya membelai lembut rambutku dan menggandeng erat tanganku. Kami segera menuju meja makan untuk sarapan. "Mas mau sarapan pake lauk apa?" tanyaku. "Telur bali aja Dek, sama kerupuk ya," jawab suamiku. "Nggak mau pakai ayam mas?" tanyaku lagi. "Enggak Dek," jawab Mas Tama lembut. Tanganku segera meraih piring dan menyajikan hidangan untuk suamiku. Nampak suamiku dengan lahap menyantap menu yang ku olah pagi ini. Sarapan pun usai, kami duduk sejenak di meja makan. Sesekali Mas Tama tersenyum memandangku. "Mas, ayo berangkat sekarang?" ajaku menghampiri Mas Tama. "Ayo sayang," ucap Mas Tama menggandeng tangan mungilku. Kami bergegas men
Read more
Berkunjung kerumah Orang Tuaku
Semakin hari tubuhku terasa lunglai, lemas dan letih seringkali menghampiriku. Namun aku tak berniat untuk mengutarakan tentang kesehatanku pada suamiku. Aku takut hal ini mengganggu aktivitasnya. Hari ini Mas Tama berangkat ke kantor lebih awal, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tut tut tut, aku mencoba menelpon suamiku."Assalamualaikum Mas, hari ini aku mau ke rumah Mama boleh?" tanyaku melalui telepon. "Boleh dek, kamu hati-hati ya," jawab suamiku. "Iya Mas, Assalamualaikum," ucapku menutup telepon. Segera kulangkahkan kaki menuju kamar mengambil tas dan pashmina. Kembali ku raih ponselku yang tergeletak di meja ruang tamu untuk menelpon mama dan memesan taksi online. "Assalamualaikum Mah, Mama di rumah? Rina mau kesana," ucapku. "Di rumah nak, mama tunggu ya," balas Mama. Ku akhiri obrolan bersama Mama dengan ucapan salam. Taksi yang aku pesan melalui aplikasi pun sudah datang. "Ibu Rina?" tanya pengemudi taksi online tersebut. "Iya Pak," kataku menata
Read more
Tamparan Keras untukku
Hari ini aku berencana mengunjungi mertua ku, kediaman orang tua suamiku kebetulan tak jauh dari rumah kami. Mereka tinggal bersama iparku di kota yang sama denganku, hanya saja kami tinggal di kecamatan yang berbeda. Pagi ini sedikit mendung, tapi tampaknya hujan tak berpotensi turun. Aku mengunjungi rumah mertuaku di antar oleh mas Tama, sekalian suamiku berangkat menuju tempat kerjanya. Mobil kesayangan mas Tama terhenti di depan pagar rumah orang tuanya. Kamipun bergegas turun dari mobil yang kami tumpangi. "Assalamualaikum," ucap kami. "Waalaikusalam, jawab Mbak Rara iparku. Mengetahui kedatangan kami, ia pun segera membukakan pintu pagar rumah mewah yang ia tinggali."Masuk yuk," sambung Mbak Rara tersenyum. "Iya Mbak," jawabku mengembalikan senyuman iparku. Aku dan suami melangkahkan kaki memasuki rumah mewah tempat dimana suamiku lahirkan serta di besarkan. Di Istana ini tidak hanya di huni oleh mertuaku, ada kedua saudara kandung suamiku dan kedua iparnya serta anak-anak
Read more
Kunjungan ke Panti Asuhan
Pagi yang Indah di kota kelahiranku, lazuardi nampak merah ceria. Sesuai dengan kesepakatan keluarga besar suamiku, hari ini kami akan berkunjung ke panti asuhan. Keluarga suamiku sudah menjadi donatur tetap di panti asuhan tersebut. Terlihat semua penghuni istana ini sudah berkumpul di ruang keluarga. "Assalamualaikum semua," sapa ku ceria. "Wa'alaikum salam," jawab serentak semua penghuni ruang keluarga.Sudah siap Rin? Kami nunggu kalian dari tadi. Kamu kayak lagi ngerawat anak kecil aja, lama banget. Apalagi nanti kalau kamu udah punya anak, pasti lebih lelet," ucap Mbak Wulan tersenyum."Maaf ya lama nunggu kami," kataku dengan perasaan tak enak hati. Meskipun apa yang di lontarkan mbak Wulan itu mungkin hanya sekedar gurauan, tapi jika disangkut pautkan dengan momongan, jatungku rasanya berdebar tak beraturan. Hatikuku seakan terpekik mendengar perkataan yang keluar dari mulut iparku itu. Sikap mbak Wulan terkesan labil, dan itu berlaku bukan hanya kepadaku. Terkadang dia bi
Read more
Kupilihkan Madu untuk Mas Tama
Waktu bergulir, tak terasa pagi telah kembali menghampiri. Waktu menunjukan pukul tiga dini hari. Saatnya kami melaksanakan ibadah malam seperti biasa. "Mas bangun, sholat yuk," bisikku. Suami ku hanya mengangguk, tak berapa lama matanya mulai perlahan terbuka. "Jam berapa Dek?" tanya suamiku. "Jam tiga lebih lima menit Mas," jawabku. Kami segera beranjak dari tempat tidur dan segera mengambil air wudhu. "Dek habis sholat malam kita langsung pulang ke rumah gimana?" ajak Mas Tama. "Jangan deh Mas, nggak enak sama mama," jawabku. Suamiku mengangguk menyetujui penolakanku. Kami segera melakukan sholat malam dan ibadah yang lain sembari menunggu datangnya waktu subuh. Tiba-tiba sembelit menghampiri perutku, aku bergegas menuju kamar mandi. "Mas, aku mau ke kamar mandi sebentar ya," pamitku. "Iya sayang sekalian wudhu lagi ya, sebentar lagi mau tiba waktu subuh,"ucap suamiku lirih. "Iya Mas," jawabku singkat menahan perut yang tak karuan ini. Saat menuju kamar mandi, tak senga
Read more
Penolakan Mas Tama
Sepertiga malam yang sunyi, aku bangunkan Mas Tama dari tidur lelapnya, untuk melaksanakan aktifitas seperti biasa. "Mas bangun, sudah jam tiga. Ayo sholat malam," ajakku menepuk pundak suamiku. "Iya Dek," ucap suamiku yang masih memejamkan mata. "Aku ambil wudhlu dulu ya Mas," izinku. Mas Tama hanya mengangguk dengan mata masih terpejam, kuberanjak dari ranjang peraduan kami. Tak berapa lama Mas Tama sudah berada di tubuhku, untuk menyusul ku mengambil air wudhlu. Kami pun segera melaksanakan ibadah malam dengan khusuk. Selesai sholat kucium tangan kanan suamiku, ia membalas dengan mengelus kepalaku lembut. "Dek, kamu nggak usah masak ya. Ini kan hari libur, aku mau ngajak kamu makan di luar," pinta Suamiku. "Baik mas," jawabku. Kami pun melanjutkan rutinitas ibadah menunggu datangnya waktu shubuh. Hari ini ku beranikan diri untuk meminta izin kepada suamiku, untuk menyetujui niatku. Pelan_pelan ku utarakan maksud hati serta tujuanku kepada imamku. "Dek, kita cari sarapan
Read more
Rencana Berlibur
Hari ini aku berniat menemui Raya di panti asuhan. Namun aku masih ragu untuk meminta izin kepada suamiku. Disisi lain jiwaku berkecamuk ingin segera mendapatkan jawaban, entah nantinya akan mengecewakan atau membahagiakan yang pasti aku ingin segera menemukan kepastian. "Pagi sayang, kamu kenapa kok bengong? " sapa suamiku kala melihatku termangu di teras. "Mas Tama sejak kapan disini?" tanyaku kaget. "Baru saja, tadi aku nyari kamu di belakang tapi tidak ada. Kamu kenapa dek , kok sepertinya ada yang sedang dipikirkan?" tanya suamiku lagi. "Engga apa-apa Mas, aku tadi cuma sekedar melamun saja," ucapku. Terpaksa aku memendam dan tak mengutarakan apa yang ada di benakku. Hal tersebut sengaja kulakukan untuk menjaga perasaan suamiku yang mungkin masih syok dengan permintaanku untuk dimadu. "Kamu yakin tidak apa-apa sayang? Tapi aku lihat kamu tidak seperti biasa Dek?" desak Imamku. "yakin Mas, Mas hari ini ke kantor jam berapa? Jam segini kok belum siap-siap?" tanyaku."Aku hari
Read more
Kesinisan Mbak Wulan
Mbak Wulan kembali berikap sinis padaku, kali ini kesinisannya ia luapkan melalui pesan w******p yang ia kirim. Ia mengirimkan bebrapa kali pesan w******p yang kurasa terlalu mencampuri urusan rumah tanggaku."Rin, kamu jadi mencarikan istri untuk suamimu?" isi chat iparku."Insha Alloh jadi Mbak," balasku santai."Kamu sudah tidak waras atau gimana sih Rin? Aku nggak ngerti dengan jalan pikiran kamu," tanya iparku ketus.Baru kali ini aku mendapati iparku sesadis ini dalam bertutur kata. Entah ada hal lain yang menyebabkan emosional nya terganggu atau ini adalah sifat aslinya, aku belum mengerti."Maksud Mbak Wulan apa bicara seperti itu?" tanyaku berlagak polos."Kamu masih muda, sehat, dan sedang menjalankan program hamil. Kenapa kamu mencari perempuan hanya untuk menyewa rahimnya? Kecuali kalau kamu terbukti mandul!" jawaban Mbak Wulan semakin memanas."Aku tidak menyewa rahim siapapun Mbak. Maduku kelak selamanya akan bersama kami jika sang pencipta mengizinkan kami bertiga bersam
Read more
Usahaku Menemui Raya
Sebelum keberangkatan kami menuju pulau Dewata, ku manfaatkan hari-hari yang tersisa untuk menemui Raya. Wanita yang ku harapkan bersedia untuk menjadi Madu ku.Aku berencana meminta izin kepada Mas Tama supaya hari ini bisa menemui Raya, otakku berusaha mencari cara agar tetap bisamenemui Raya tanpa menyinggung perasaannya.Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku, aku tetap akan meminta izin kepada Mas Tama untukberkunjung ke panti tanpa memberitahukan tujuan utamaku berkunjung kesana. Terpaksa aku sedikit tidak jujur hari ini demi menjaga perasaan imam ku itu."Mas, hari ini aku mau ke panti asuhan, boleh ya?" rengek ku manja."Ada perlu apa kesana Dek? Aku antar ya Dek," cecar suamiku memelukku."Pengen kesana aja sih Mas Nggak usah Mas, kemarin Mas kan udah libur kerja. Masa ini mau libur lagi, kan minggudepan kamu juga mau libur panjang buat liburan kita ke Bali," rayuku.Ku coba merayu suamiku, agar tak mengantarku ke panti. Yang aku
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status