All Chapters of Hey, Mama!: Chapter 1 - Chapter 10
47 Chapters
1. Kesialan Beruntun
Ify mengusap peluh, meski lelah tetapi semua itu terbayar saat banyak orang tersenyum ketika menikmati masakannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan restoran sudah hampir tutup. Tak ada lagi pengunjung dan Ify pun berniat siap-siap untuk pulang saat salah satu rekannya menghampirinya. "Fy, dipanggil Pak Riko tuh!""Gue?" Ify menunjuk dirinya sendiri. Merasa heran karena tak biasanya sang manager berada di restoran sampai larut malam. Rekannya hanya mengangguk lalu melanjutkan pekerjaannya.Ify lantas melepas apron yang melekat di tubuhnya dan bergegas menuju ke kantor Riko. Ia tak mengerti tujuan pria itu memanggilnya. Ini hanya akan meninggalkan gosip baru lantaran berita bahwa sang manager menyatakan cinta padanya kemarin sudah menyebar ke seluruh karyawan restoran. Ify hanya tak nyaman karena terus diledek.Gadis itu memandang pintu di depannya dengan gugup. Sedikit merasa canggung karena insiden kemarin jadi salah satu penyebab Ify terdiam selama beberapa menit seb
Read more
2. Hilang
Semua orang yang ada di ruangan begitu gelisah. Terutama seorang pria akhir dua puluhan yang begitu frustasi. Ia berjalan mondar-mandir, berkali-kali mengecek ponsel dan sesekali menatap tajam wanita muda yang kini tertunduk takut. "Belum ada kabar lagi, Yo?" tanya seorang wanita paruh baya yang hampir menangis. Bahunya diusap lembut sang suami untuk menenangkan. "Belum, Ma!" jawab Rio gusar. "Semua ini gara-gara kamu!" Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menuding si wanita muda dengan tatapan marah. "Kalau saja kamu tidak sok baik dengan membawa cucu saya keluar, cucu saya tidak akan hilang! Dan kamu, Yo! Berapa kali Mama bilang kalau wanita ini tidak baik untuk kamu. Lihat sekarang! Dia menghilangkan cucu mama satu-satunya.""Ma, udah! Mama tenang dulu! Nathan pasti ketemu. Anak buah Rio kan sekarang sudah mencarinya." Ayah Rio memberi isyarat kepada sang anak untuk membawa wanita itu keluar dari rumah. "Kamu pulang dulu, Shill! Saya sudah memesankan taksi di depan,"
Read more
3. Kembali
Hamil di luar nikah. Astaga, Ify rasanya ingin menangis sambil guling-guling di trotoar. "Gue serius, Kak! Semua tetangga bergunjing tentang lo yang hamil di luar nikah. Mama belum kering kuburannya, dan semua rumor itu semakin meluas.""Yang penting kenyataannya nggak begitu, Ray!" Ify menyahut kalem. Ia tak punya tenaga untuk sekedar membantah atau klarifikasi kepada para tetangga. "Memangnya lo baik-baik aja, Kak? Mereka semua bilang lo bekerja jadi wanita malam. Mereka bilang lo anak kurang ajar karena nggak ada pas mama sekarat. Mereka bilang lo--" Ray tergugu, Ify meraih adik kesayangannya itu dalam pelukan. Mengelus rambutnya dengan sayang. "Kakak nggak apa-apa, Ray! Selama bukan kamu yang berpikir kaya gitu, Kakak baik-baik aja. Maaf karena kakak nggak ada di samping kamu dampingin mama."Tangis Ray pecah dalam pelukan kakaknya. Bagaimana pun, ia hanyalah sesosok adik kecil yang selalu dimanjakan sang kakak. Ia tau semua pengorbanan Ify demi menghidupi keluarga mereka. Mak
Read more
4. Bertemu
"Gimana, Vin? Ini udah ganti hari tapi kenapa belum ada juga kabar tentang putraku?" tanya Rio begitu Alvin, sang asisten masuk ke ruangannya. "Karena itu saya ke sini, Pak! Tadi siang saya sudah bertemu dengan pihak pengelola taman tempat pertama kali Atan hilang. Dan dari kamera CCTV, kita bisa melihat kalau Bu Shilla meninggalkan Atan cukup lama sehingga Atan berjalan sendirian keluar taman."Belum selesai penjelasan Alvin, rasanya darah Rio mendidih karena emosi. "Lanjutkan!" titahnya. "Melalui rekaman CCTV di traffic control system, dari taman kota, Atan berjalan menyusuri Jl. Kangean hingga berhenti di sebuah halte dekat restoran kita. Atan di sana sampai malam karena tak ada seorang pun yang berhasil membujuknya. Ada beberapa polisi juga yang datang tapi tak berhasil membuat Atan angkat bicara. Sekitar pukul sepuluh malam kemudian, ada seorang wanita yang tiba-tiba saja membuat Atan bereaksi. Atan langsung menghambur ke pelukan wanita itu dan mereka kemudian pergi.""Cepat la
Read more
5. Mogok Makan
"Whattt? Lo gilaaa!!"Ify meletakkan jarinya di depan mulut, meminta Via agar tak terlalu berisik karena semua pengunjung kafe kini menatap mereka dengan pandangan terganggu. "Jangan teriak! Malu-maluin aja sih," bisik Ify sambil tersenyum dan mengucapkan maaf kepada semua pengunjung yang terganggu. "Tapi kita-kita sudah menduga sih, soalnya pas Pak Riko turun tuh dia kaya kesakitan dan megangin selangkangan. Tapi gue nggak nyangka kalau si brengsek itu sampai mecat lo. Tapi syukurlah, lo lepas dari orang brengsek kaya dia," ucap Via dengan emosi menggebu. "Syukur pala lo pitak, gue pengangguran anjir!" sungut Ify. "Terus lo kenapa nggak ada kabar setelahnya? Gue hubungin nggak pernah lo angkat, gue ke kos nggak ada orang."Ify menghela napas, sampai juga mereka ke cerita yang sebenarnya. "Mama gue meninggal, Vi!"Via terdiam, ia menatap sosok sahabatnya itu dengan mata yang mulai memburam. Ikut merasakan sakit yang menyayat, melihat sang sahabat yang mencoba tetap tegar ditengah
Read more
6. Good Luck
Rio benar-benar tak bisa mengalihkan pandang dari sang buah hati yang tengah makan dengan sangat lahap. Selama tiga tahun, Rio tak pernah sekalipun melihat sang anak yang begitu menikmati hidangan di hadapannya. Padahal jika Rio bisa berkomentar, makanan yang kini dimakan sang anak sangatlah sederhana dibanding apa yang mereka makan sehari-hari. Hal lain yang membuat Rio semakin takjub adalah kenyataan jika Atan sebenarnya sangat susah untuk makan sayur dan buah, chef di rumah mereka pun harus memutar otak agar nutrisi Atan tetap terjaga dengan membuat berbagai hidangan sayur yang dimodifikasi. Namun kini di depannya, Atan makan dengan lahap tanpa protes sedikitpun, padahal Ify hanya memasak menu sederhana. Nasi ayam jamur, dengan rebusan brokoli dan wortel. Ify juga memotong satu buah apel sebagai pencuci mulut saat Atan selesai makan. "Ayah, mau coba masakan mama, nggak?" celetuk Atan yang membuat semua atensi orang dewasa di sana tertuju padanya."Atan makan yang banyak dulu aja, y
Read more
7. Kemarahan sang CEO
Rio menatap tumpukan berkas yang ada di depannya dengan lelah. Memijit pangkal hidungnya pelan, Rio menghembuskan napas panjang saat menyadari jika tanggungannya untuk hari ini masih sangat banyak.Sebentar lagi waktu makan siang, Rio baru saja berniat untuk menelepon putranya saat pintu ruangannya diketuk."Masuk!"Alvin masuk dengan sebuah amplop coklat di tangan. "Sudah dapat informasinya?" tanya Rio langsung yang membuat Alvin mengangguk. "Nona Ify pernah bekerja di Jade Imperial sebagai chef dan berhenti bekerja tiga minggu yang lalu. Menurut kesaksian para karyawan, malam itu Nona Ify dipanggil oleh Riko ke ruangan, tapi tak berapa lama Nona Ify keluar dalam keadaan marah, membereskan semua barang-barangnya dan tidak pernah kembali setelahnya.""Lalu?" "Karena di kantor Riko tidak ada CCTV, saya agak kesulitan untuk mencari tahu apa yang terjadi malam itu. Tapi menurut informan saya, malam hari sebelumnya Riko menyatakan cinta kepada Nona Ify dan ditolak."Seketika sebuah ske
Read more
8. Lunch
Pikiran adalah salah satu pembunuh secara tak langsung. Tak ada kegiatan di saat tengah hari yang sunyi, membuat Ify lagi-lagi tenggelam dalam pikiran yang akhir-akhir ini membuatnya sakit kepala. Semua tak berjalan sesuai rencana. Banner promosi katering miliknya yang direncanakan oleh Ray tak berjalan sesuai ekspekstasi. Memang, ada satu dua yang pesan atau beli, tapi itu tak bisa menutup modal awal yang lagi-lagi membuat Ify harus memutar otak. Apalagi saat kabar menggembirakan dimana sang adik diterima di kampus ternama Universitas Airlangga. Meski beasiswa penuh, tak memungkiri kebutuhan lain juga membesar. Ongkos dan uang saku sang adik yang sudah pasti. Tak mungkin juga Ify membiarkan sang adik memegang uang pas-pasan. Ify harus memikirkan alternatif lain untuk menopang hidup mereka.Air mata tanpa sadar mulai menitik, Ify merasa pundaknya terasa sangat berat. Memikul beban sebegitu besar dalam waktu yang tak singkat, sampai Ify sendiri tak sempat untuk mengerti arti bahagia.
Read more
9. Chef Arjun
Selama dua puluh empat tahun, Ify tak pernah menginjakkan kaki di restoran mewah kecuali Jade Imperial dan beberapa restoran sebelum ia bekerja untuk proses interview. Namun sekarang, ia berdiri di depan sebuah hotel bintang lima yang terkenal dengan fine diningnya. Untuk bisa makan dan menginap di hotel ini, mereka harus reservasi satu minggu sebelumnya."Kak, serius kita mau makan di sini?" bisik Ray.Ify terdiam, menatap pantulan dirinya di kaca mobil. Sial! Dirinya terlihat seperti gembel saat melihat Rio yang begitu rapi dengan setelan jas sementara dirinya dan Ray hanya menggunakan pakaian santai karena tak mengira jika Rio akan membawa mereka ke tempat semewah ini."Mas, kita nggak salah tempat?" tanya Ify memastikan. Ia bahkan takut melangkah lebih jauh, membuat Rio pun menghentikan langkahnya."Kenapa? Kalian nggak suka makan di sini?""Bukannya kita nggak suka, Mas! Tapi lihat, kita salah kostum. Udah macem gembel aja kita, ntar kalau disangka mau ngemis gimana?""Sebenarny
Read more
10. Apartemen Baru
"Makasih untuk makan siangnya, Mas! Hati-hati di jalan!" ucap Ify begitu turun dari mobil. Rio hanya mengangguk dengan senyum singkat lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan kosan milik Ify. Ray dan Ify, keduanya tak langsung masuk tetapi memilih untuk duduk di kursi teras. "Kak, lo kelihatan badmood daritadi, kenapa?" tanya Ray setelah sekian lama berdiam diri. "Hah? Siapa?""Yang tanya?""Gue tanya beneran!""Ya elo lah, emang di sini ada siapa lagi? Mbak kunti?" jawab Ray kesal karena sang kakak yang sedang dalam mode lemot. Ia sudah cukup kesal lantaran waktu makan siangnya yang nikmat harus dinodai dengan datangnya entitas tante-tante bohay yang entah ada hubungan apa dengan Om Rio (yang jelas Ray bisa menyimpulkan jika keduanya lumayan dekat), yang sangat berisik membuat Ray gatal ingin menyumpal mulut tante itu dengan piring dessert di depannya. "Gue nggak badmood dih, perasaan biasa aja," jawab Ify lalu membuka ponsel, sekedar mengecek riwayat pesan yang ternyata pen
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status