Lunar dipaksa menikah dengan seorang pria kaya. Awalnya dia menerima, tetapi pria yang akan menjadi calon suaminya itu berselingkuh tepat di hari pernikahan. Dia berusaha kabur untuk menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Arkan merupakan seorang pebisnis ternama. Kehidupannya berjalan sangat baik sebelum takdir mempertemukan dia dengan sebuah mimpi buruk. Rencana pernikahan dengan sang kekasih batal karena dia harus menikahi Lunar. Apakah mimpi buruk mereka akan berakhir atau justru berganti menjadi mimpi indah?
Lihat lebih banyak"Ini laporan keuangan beberapa bulan terakhir, Tuan Arkan."Arkan meraih map berwarna biru gelap itu, lalu membuka lembaran di dalamnya. Dia mengusap bibir sembari membaca setiap isi yang tertuang. Tidak lama kemudian, dia menyelesaikan urusan membaca.Map diletakkan di atas meja, lalu Arkan berkata, "Kerja bagus.""Y-ya?" tanya Lunar, merasa aneh lantaran isi map dibaca dengan sangat cepat.Arkan menghampiri wanita yang berdiri tegak. Dia duduk bersandar di tepi meja dan merangkul pinggang kecil itu dengan lembut. "Tidak perlu bersikap formal padaku saat kita sedang berdua saja. Semua orang tahu kalau kau adalah istriku." Dia menyandarkan kepala di dada sang istri."Baiklah, Arkan. Sekarang lepaskan aku. Jam kerja masih belum usai."Arkan cemberut kesal. Dia menengadahkan kepala tanpa membuat mereka menjauh. "Aku harus menemui klien nanti. Kita tidak bisa makan siang bersama."Lunar mengusap kepala suaminya lambat-lambat. "Tidak masalah. Aku akan makan bersama pegawai lainnya."Arkan
Suara gerakan di atas ranjang berpadu dengan desahan yang begitu panjang. Tubuh mereka sudah dipenuhi keringat yang tidak sedikit. Percintaan sudah dilakukan berulang kali, tetapi rasanya mereka tidak pernah puas untuk saling memiliki."Pelan-pelan," ucap Lunar dengan suara lirih.Mau tidak mau, Arkan harus melambatkan gerakannya. Dia sudah terbakar oleh hasrat dan tanpa sadar berbuat lebih dalam kondisi kehamilan istrinya yang bisa dibilang baru. Meskipun intensitasnya pelan, tetapi dia terus mengerang."Aku ... terpikirkan ... seafood saat ini." Lunar berkata dengan wajah yang sudah merona merah dan jeritan tertahan.Seketika suara riuh di dalam kamar terhenti. Arkan beringsut ke samping hingga terlentang. Tadi dia merasakan semangat yang luar biasa akan percintaan mereka, tetapi perkataan Lunar membuat dirinya seolah diguyur air dingin pada malam itu.Arkan melirik jam dinding sambil menghela napas panjang. "Ini sudah lewat tengah malam. Di mana aku akan menemukan seafood?"Lunar me
Arkan duduk di kursi kerjanya tanpa melepaskan tatapan dari wanita yang berdiri di hadapan. Dilihat seperti itu membuat sang pegawai bingung harus bersikap bagaimana. Namun, di sisi lain semuanya sudah menjadi konsekuensi."Tuan Damien memberikan jabatan sebagai manajer di Royal Grey, tapi akan lebih baik jika saya bekerja sebagai pegawai biasa saja.""Lunar, kau tidak perlu bersikap sopan saat kita hanya berdua saja di dalam ruangan. Dan, di antara kita ada yang perlu diselesaikan."Pegawai wanita yang menarik perhatian adalah Lunar. Dia tidak pernah mengira jika ayahnya memperkerjakan Lunar di perusahaan mereka tanpa sepengetahuan.Arkan sangat emosional dan tidak bisa mengundur untuk segera menyelesaikan permasalahan. Dia pun beranjak menghampiri Lunar yang masih tetap menundukkan kepala."Sudah berapa lama kau bekerja di sini?""Satu hari setelah aku kembali."Arkan tercengang. "Pekerjaan yang kau katakan adalah bekerja di perusahaanku?""Maafkan aku.""Tidak perlu meminta maaf. Ju
Keesokan hari mereka bertemu di sebuah kafe minuman kecil. Lunar menjadi orang ke-dua yang datang. Dia keheranan memandangi sekeliling yang kosong tanpa pelanggan."Aku menyewa tempat ini agar bisa berbicara denganmu di sini."Terjawab sudah pertanyaan yang sejak tadi ada di benak Lunar. Dia fokus kembali pada tujuan kedatangan. Sebenarnya dia masih belum bisa menjawab dengan yakin, akan tetapi tadi malam dia sudah berjanji untuk mengatakannya hari ini."Kau bisa menjawabnya nanti. Untuk sekarang lebih baik kita memesan minuman. Aku ingin tahu bagaimana kehidupanmu di luar negeri."Mereka hanya diam saja sampai minuman selesai dibuat. Ada dua selera yang berbeda di atas meja. Lunar memilih minuman yang mengandung soda, sedangkan Arkan memilih minuman yang mengandung kafein."Pantas saja aku tidak bisa menemukanmu. Ternyata kau memutuskan untuk ke luar negeri.""Aku melanjutkan studiku di sana dan memutuskan untuk bekerja di tempat asal. Oh!" Lunar mengeluarkan sebuah amplop dari dalam
Lunar berdeham, lalu meminum air yang disediakan untuknya. Hanya sedikit saja untuk menyapu bibir yang seakan kering. Gelas diletakkan di atas meja kembali. Dia duduk dalam posisi canggung dan dipelototi sejak tadi."Jadi, selama ini kau tinggal di apartemen?""Lunar, aku tidak ingin menyesal untuk yang ke-dua kalinya. Bagiku sangat menyakitkan menerima semua hukuman ini.""Apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti.""Aku mencintaimu, Lunar."Lunar membelalakkan mata. "K-kita tidak perlu lagi hidup dalam kebohongan, Arkan. Semua sudah berakhir sejak lama.""Bagaimana cara membuatmu percaya bahwa aku sungguh mencintaimu?"Lunar tidak bisa mencerna pernyataan cinta itu dengan baik. Saat ini hati dan pikirannya diliputi kegelisahan. Dia baru saja pulang setelah pergi begitu lama. Selama itu dia menyibukkan diri agar bisa mengalihkan pikiran.Setelah dia berhasil menata diri kembali, justru Arkan datang tanpa peringatan ke hadapannya. Apalagi mendengar pernyataan cinta yang du
Arkan duduk di lantai kayu sambil memandang ke arah langit gelap. Bukan hanya siang saja, menikmati pemandangan di atas gunung pada malam hari juga terasa menyenangkan. Dia menyesal tidak melakukannya dulu bersama Lunar."Kau meminum kopi malam ini, apakah nanti tidak sulit memejamkan mata?"Arkan menurunkan pandangan ke arah pria yang kini duduk pula bersamanya. Rian meletakkan satu gelas teh hangat di atas meja rendah yang mereka tempati."Aku hanya ingin meminum kopi."Rian menggeleng-gelengkan kepala. "Alasan yang tidak masuk akal, tapi bisa diterima. Terkadang istriku juga berkata seperti itu saat mengidam."Mereka duduk di luar mengenakan jaket tebal. Lama mereka berbincang mengenai banyak hal, tentunya percakapan antara sesama pria. Dia banyak mendengar bagaimana kehidupan rumah tangga Rian setelah berdamai, lebih daripada kata harmonis.Rian yang pertama memutuskan pembicaraan mereka dan kembali ke kamar. Sementara itu, Arkan menjadi orang ke-dua yang merasa kalau udara semakin
Barang-barang sudah dikemas dengan rapi. Mereka membawa apa yang bisa dibawa untuk saat ini, selebihnya dibiarkan tinggal untuk dibawa ketika memiliki kesempatan. Seperti janji Arkan, apartemen akan menjadi milik Lunar dan akan didatangi sesekali ketika rindu.Mereka terkejut mendapati Arkan yang masih menunggu. Sayangnya, hal itu tidak membuat hati sang ibu luluh. Lunar tetap ditarik untuk pergi bersama. Tidak ingin memberikan kesempatan sedikit pun untuk bicara karena memang rasa kekecewaan sangat dalam."Lunar," panggil Arkan.Sang ibu menoleh lebih dulu. "Tidak ada hal yang perlu kalian bicarakan. Jangan ganggu atau pun berusaha untuk menemui putriku lagi. Ayo, Lunar. Aku akan mencarikan suami yang baik. Kalian akan menikah dan aku akan memiliki cucu. Nico lebih cocok untukmu dibandingkan pria ini.""I-ibu ...."Lunar bingung harus bersikap bagaimana. Di sisi lain, dia ingin bicara dengan Arkan sebelum mereka berpisah, tetapi di sisi lain dia tidak bisa membuat orang tuanya kecewa
Bokongnya dipukul dengan sangat keras berulang kali. Lunar menjerit kesakitan lantaran ibunya tidak berhenti menghukumnya. Sementara sang ayah berdiam diri saja di ruang tamu. Kedua orang tua Lunar tampak sangat kecewa pada pernikahan sang putri."Kenapa kau membohongi kami?""Maafkan aku, Ibu ....""Kau benar-benar anak yang merepotkan. Tidak berhenti membuat kami khawatir."Selama berbicara, pukulan demi pukulan tidak henti menyakiti. Lunar menangis sambil meminta maaf atas kesalahan yang telah dia lakukan meski pernikahan itu sendiri bukan keinginan. Keadaan yang tidak berpihak padanya."Secepatnya urus surat perpisahan kalian."Lunar lambat-lambat mendudukkan diri di tepi ranjang. "Baiklah.""Kalau tahu begini lebih baik kau tetap bersama Nico. Tidak perlu terlalu kaya seperti pria itu! Tidak selamanya juga yang kaya bisa membuat bahagia."Lunar mencebik. "Belum tentu aku bisa bahagia dengan Nico. Dia tidur dengan wanita lain di hari pernikahan. Bagaimana Ibu bisa memintaku untuk m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.