The Secret Of Love

The Secret Of Love

By:  Azuretanaya  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings
21Chapters
4.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sebelum bersedia menerima jabatan yang akan diberikan oleh ayahnya, Tristan memutuskan menyamar di salah satu hotel cabang milik keluarganya. Selain untuk mengetahui suasana calon anak buahnya nanti sekaligus kinerjanya, ia juga ingin menyelidiki langsung isu yang didengarnya. Sebuah isu yang kemungkinan besar memengaruhi perkembangan hotel milik keluarganya, yaitu penerimaan karyawan yang tidak sesuai prosedur alias melalui kenalan.Selama menyamar, Tristan berteman dekat dengan dua karyawan perempuan di hotelnya, Shanon dan Vikha. Shanon merupakan rekan kerja di divisinya, sedangkan Vikha temannya di divisi lain. Walau terpesona dengan Shanon, tapi Tristan harus memendam perasaannya karena perempuan tersebut sudah mempunyai kekasih. Tadi ia sadari ternyata Vikha juga menaruh sebuah rasa padanya.Akankah persahabatan mereka tetap terjaga setelah perasaan masing-masing terkuak dan identitas asli Tristan diketahui?

View More
The Secret Of Love Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Sea LVander
menarik, alurnya....
2022-05-29 11:02:45
0
user avatar
no _8
up nya jgn lama2 thor biar semangat kami pembacanya...
2022-05-01 23:38:06
0
user avatar
emilia Noegroho
selalu suka karyamuuu
2021-07-20 09:36:01
0
user avatar
Ave
Semangat buat lanjutin. Ditunggu ya....
2021-07-02 14:35:54
0
user avatar
Flo
yg ini kapan dilanjut kak? kangen bang tris....
2021-06-06 17:24:29
0
user avatar
Nurhay91_
rameee aku suka aku suka .. 🤗🤗
2021-05-21 21:43:05
0
user avatar
Miss L
Ditunggu kak kelanjutannya. Semangat 🔥🔥
2021-05-12 15:32:57
0
user avatar
Flo
Aku suka. Kearifan lokalnya masuk. Semangat terus, Kakak 😘
2021-05-04 18:41:21
1
user avatar
Norman
menunggu kelanjutan
2021-05-02 20:38:19
1
user avatar
kinanti
bagus ceritanya kapan dilanjut?
2021-04-27 20:18:07
1
user avatar
Siti Suprehatin
💜💜💜semangat selalu Tristan buat ngrebut hati Shannon
2021-02-24 14:33:12
1
user avatar
Azuretanaya
Dijamin seru deh kisah Tristan-Shanon 😄
2021-02-23 14:27:25
3
user avatar
Psychopath Tender
Butuh kesabaran ekstra nih saat menyamar, biar gak diketahui sama orang-orang, hihi. Semangat nulisnya, alurnya menarik, penulisan rapi, minim typo. Sukses selalu 😍
2021-02-22 19:19:26
1
21 Chapters
Prolog
Bukan udara dingin yang membuat tubuh Shanon Sasmitha menggigil, melainkan kabar tidak terduga dari teman-teman di kantornya. Kaki perempuan berusia 25 tahun tersebut melemas setelah tidak kuasa menopang tubuhnya sendiri. Matanya berkaca-kaca dan deru napasnya menjadi tidak beraturan ketika berita yang didengarnya terus terngiang-ngiang di telinganya. Dengan susah payah ia berusaha menjejakkan kaki, agar tubuhnya tidak kehilangan keseimbangan. Setelah berhasil mengontrol deru napas yang menyiksa rongga dadanya, perlahan ia berjalan mendekati kursi kerja miliknya, kemudian segera mendudukinya. Tanpa bisa dibendung lagi, Shanon membiarkan cairan bening tersebut menetes begitu saja dari sudut matanya, sebagai ungkapan rasa sakit yang tengah menguasai hatinya. Mimpi dan masa depan yang ia rajut beberapa bulan belakangan bersama sang pujaan hati hancur, karena kekasihnya tersebut tidak bisa menjaga kesetiaannya. Untung saja penghuni di ruangannya tengah makan siang di luar kantor seperti b
Read more
Chapter 1
Shanon menanyakan keberadaan orang yang memintanya mendatangi restoran kepada resepsionis. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, seolah ditelan bumi, akhirnya laki-laki yang digosipkan akan menikahi putri tunggal dari general manager di tempatnya bekerja mengiriminya sebuah pesan singkat. Laki-laki tersebut tanpa basa-basi mengajaknya bertemu di restoran yang dulunya menjadi langganan mereka. Tanpa banyak bertimbangan, ia pun langsung menyanggupi ajakan tersebut. Ia ingin mendapat penjelasan langsung dari orang yang sedang menjadi buah bibir di tempat kerjanya. Mimik wajah Shanon datar saat melihat punggung laki-laki yang tengah dicarinya. Laki-laki tersebut sedang duduk memunggunginya sambil berbicara di telepon. Tanpa memutus tatapannya, ia bergegas mendekati keberadaan laki-laki tersebut. Setelah berdiri beberapa langkah di belakang laki-laki tersebut, Shanon merasa darahnya mulai mendidih ketika mendengar orang yang memintanya datang tengah bermesraan melalui telepon. Ia sangat
Read more
Chapter 2
Sepasang laki-laki dan perempuan sedang duduk di teras depan sebuah rumah kontrakan. Mereka sangat berharap pemilik kontrakan segera membukakan pintu, karena keduanya sudah tidak tahan menjadi sasaran empuk nyamuk-nyamuk yang tengah dilanda kelaparan. “Aduh!” Vikha memukul lengannya sendiri yang digigit nyamuk tanpa izin. “Tris, Shanon ke mana ya? Sudah hampir setengah jam kita berada di sini, tapi ia belum juga membukakan pintu.” Gadis berambut lurus itu mulai menanyakan keberadaan pemilik rumah kepada sahabatnya yang juga tengah sibuk menghalau nyamuk menjamah tubuhnya sendiri. “Coba kamu ketuk lagi pintunya, siapa tahu Shanon sudah tidur,” pinta Tristan Danendra, laki-laki berkacamata yang juga merupakan sahabat Shanon. “Hei, apa yang kalian lakukan di rumahku?” Shanon berseru setelah memasuki halaman tempat tinggalnya sambil mengendarai sepeda motornya ketika ia melihat ada tamu yang sedang menunggunya. “Akhirnya penderitaan kita gara-gara kawanan nyamuk ini berakhir sudah, Tri
Read more
Chapter 3
Sesuai rencana yang telah dibuat kemarin malam, hari ini sebelum matahari menyapa bumi, Tristan dan kedua sahabatnya sudah dalam perjalanan menuju bagian timur pulau Bali. Tepatnya di kabupaten Karangasem. Bukan tanpa alasan Tristan dan kedua sahabatnya sepakat melakukan perjalanan saat langit masih gelap. Hal itu dikarenakan ketiganya belum pernah mengunjungi destinasi yang dituju dan cenderung memakan waktu lumayan lama, walau sebenarnya Tristan telah mendapat sedikit informasi mengenai letak wilayah tersebut dari teman kantornya. Ide untuk mengunjungi tempat itu berasal dari Vikha yang sangat penasaran dengan unggahan beberapa temannya di media sosial mengenai keindahan sebuah taman bunga yang terlihat layaknya hamparan salju. Untuk menghilangkan rasa penasarannya akan tempat tersebut, Vikha mendesak Tristan dan Shanon agar mau mewujudkan keinginannya itu. “Sha, coba lihat ini. Bukankah tempatnya sangat bagus?” Vikha menunjukkan unggahan salah satu temannya di i*******m miliknya ke
Read more
Chapter 4
Seperti yang sudah direncanakan, keempatnya akan mengunjungi obyek wisata Taman Edelweiss dan Taman Jinja menggunakan sepeda motor. Arya akan membonceng Vikha dengan motornya sendiri, sedangkan Shanon dan Tristan berboncengan menggunakan sepeda motor milik sepupu Arya yang belum dipakai. “Ar, apakah kita tidak perlu menggunakan helm?” tanya Shanon sebelum motor yang dikemudikan Tristan melaju. “Tidak usah, Sha. Jaraknya lumayan dekat dari sini,” jawab Arya santai. “Siap?” tanyanya pada Vikha yang sudah nyaman dengan posisi duduknya. Shanon menanggapi jawaban Arya dengan anggukan. “Tris, jangan ngebut ya,” Shanon mengingatkan Tristan. “Kamu tenang saja, Sha. Kita pasti selamat sampai tempat tujuan,” balas Tristan sambil terkekeh. “Oh ya, jangan lupa pegangan yang erat, Sha. Aku tidak keberatan jika kamu mau menjadikan pinggangku sebagai pegangan saat berboncengan,” imbuhnya menggoda dan spontan membuat Shanon yang duduk di belakangnya memukul pundaknya cukup keras. “Cepat jalan, ja
Read more
Chapter 5
Sebelum Tristan, Shanon, dan Vikha bertolak ke vila, Arya mengajak mereka bersantap siang di salah satu rumah makan sederhana yang ada di pinggir jalan. Arya sengaja mengajak ketiganya ke rumah makan yang memang menyediakan beberapa menu khas Bali bagian timur. Setelah tadi mata ketiga temannya dimanjakan oleh pemandangan Taman Edelweiss dan Taman Jinja yang memesona, kini giliran nasi sela, sate lilit ikan tuna serta olahan ikan tuna lainnya yang akan memanjakan lidah mereka. Bahkan, Shanon dan Vikha tidak sungkan-sungkan menambah porsi makannya agar kebutuhan perut keduanya terpenuhi. Arya dan Tristan hanya menggelengkan kepala melihat kelahapan dua gadis cantik yang tengah asyik bersantap siang tersebut. Tidak sampai di situ, Vikha dan Shanon pun sepakat membeli beberapa tusuk sate lilit serta pepes telengis untuk dinikmatinya menuju vila. Tentu saja hal itu membuat Arya dan Tristan tidak habis pikir terhadap kelakuan dua sahabatnya tersebut yang ternyata tidak jaga image dalam urus
Read more
Chapter 6
Menemukan lokasi Virgin Beach atau penduduk setempat lebih mengenalnya dengan sebutan Pantai Bias Putih, ternyata tidak semudah mencari obyek wisata lain karena terkendala akses jalan menuju tempat tersebut. Padahal pantai tersebut letaknya cukup dekat dengan Candidasa, tepatnya di Desa Bugbug. Sesuai namanya, pantai ini belum terlalu banyak didatangi wisatawan domestik maupun internasional, mungkin dikarenakan lokasinya yang tersembunyi dan jauh dari lalu-lalang kendaraan. Namun perlu diketahui bahwa, pemandangan laut di Virgin Beach sangatlah indah. Selain lembutnya pasir putih saat diinjak, air lautnya pun sangat jernih. “Nama Pantai Bias Putih yang diberikan warga sekitar untuk tempat ini mungkin dikarenakan warna pasirnya ya, Sha?” Vikha merentangkan kedua tangannya, berharap udara segar memenuhi setiap ruas tubuhnya. “Bisa jadi, Kha, sedangkan dinamai Virgin Beach kemungkinan karena pantainya belum banyak diketahui oleh wisatawan domestik atau internasional. Letaknya pun cender
Read more
Chapter 7
Kecanggungan dirasakan Shanon terhadap Tristan saat mereka sedang menikmati sarapan bersama. Ia merasa malu ketika mengingat dirinya ketiduran dalam dekapan laki-laki yang kini duduk tenang di hadapannya. Ia tidak memungkiri mendapat kenyamanan saat lengan-lengan kekar milik Tristan mendekap tubuhnya. Kemarin Tristan membangunkannya saat tengah malam dan menyuruhnya melanjutkan tidur di kamar bersama Vikha. Meski terkejut menyadari dirinya ketiduran, tapi Shanon masih sempat mengucapkan rasa terima kasih kepada Tristan yang telah bersedia dan sukarela meminjamkan dadanya. Berbeda halnya dengan Tristan yang berusaha terlihat biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa kemarin malam bersama Shanon. Padahal, ia juga tengah didera rasa canggung sama seperti Shanon, mengingat kedekatan mereka kemarin malam. Bahkan, kini ia tidak berani menatap Shanon yang duduk tepat di depannya berlama-lama. “Sebelum meninggalkan vila, alangkah baiknya kita periksa kembali barang bawaan masing-masing
Read more
Chapter 8
“Aku tidak asal tuduh, Kha,” Tristan menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya pada jalanan di depannya. “Aku memang belum pernah menemani seorang perempuan menonton drama romantis. Namun, aku pernah melihat perempuan menangis tersedu-sedu saat menonton adegan romantis. Entah karena perempuan tersebut terharu atau iri melihat keromantisan yang terpampang di layar televisi,” imbuhnya. “Siapa perempuan itu, Tris? Pacarmu?” cecar Vikha penasaran. Ia merasa waspada jika ternyata sahabatnya ini telah menjalin hubungan serius dengan lawan jenis secara diam-diam, sama halnya seperti Shanon dulu. “Kakakku,” Tristan menjawabnya dengan santai dan tersenyum ke arah Vikha yang tertawa setelah mendengar jawabannya. Ia menyempatkan diri menatap Shanon yang tengah menundukkan kepala di belakang kemudi melalui spion di atasnya. “Tris, aku boleh buka ini?” Vikha menunjukkan snack berukuran jumbo yang berbahan dasar rumput laut kepada Tristan. “Silakan, Nona. Aku membawanya ke sini tujuannya memang un
Read more
Chapter 9
Sepulangnya berlibur minggu lalu, ketiga sahabat itu telah kembali berkutat pada rutinitas dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan masing-masing. Sejak itu pula Vikha jarang bisa bertemu Tristan di kantor, walau sekadar ingin makan siang bersama, karena mereka memang berbeda divisi. Lain halnya dengan Shanon, sahabatnya itu dan Tristan bekerja di divisi yang sama. Pikiran Vikha sering terganggu saat mengingat celetukan yang dilontarkan Shanon di mobil waktu itu. Bukan hanya itu, penolakan Tristan secara tidak langsung atas celetukan tersebut juga kerap membuatnya sedih. Vikha mengurungkan niat ketika hendak menyandarkan punggungnya yang terasa kaku pada kursi kerjanya saat mendengar ponselnya bergetar. Setelah membaca pesan yang diterimanya, ia segera membalas ajakan makan siang dari Shanon. Ia bergegas merapikan meja kerjanya sambil menunggu Shanon menyambanginya untuk berangkat bersama menuju tempat makan siang. “Makan siang di mana, Kha?” tanya Rena, rekan kerja yang satu divisi
Read more
DMCA.com Protection Status