TRASHY

TRASHY

Oleh:Β Β KocakajaΒ Β On going
Bahasa:Β Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
14 Peringkat
15Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Β Β 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seakan takdir tak mau membuatnya bahagia, perintah sang Mama itu pun membuatnya kembali ketakutan. Nampak sekali bahwa sepasang mata bulat itu ingin menangis.

Lihat lebih banyak
TRASHY Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ailana Misha
Soft banget ceritanya... Jadi suka😍
2021-05-05 20:28:54
1
user avatar
Adiarizki
Diana aku malah jadi ingat hari pertama MOS di SMK. Aku diketawain sama temen-temen karena dianter sama dijemput Ayah aku. Btw, apapun yang akan terjadi kamu harus kuat. Lalui semuanya dengan langkah yang baik. Yakin dan percaya, bahagia itu akan datang.
2021-05-04 23:11:13
1
user avatar
etdauncokelat
Semangat terus Diana! Dunia peralihan dari anak-anak menuju dewasa emang ngga mudah,
2021-05-04 21:51:01
1
user avatar
etdauncokelat
Semangat terus Diana! Dunia peralihan dari anak-anak menuju dewasa emang ngga mudah,
2021-05-04 21:51:00
1
user avatar
Zhang A Yu
Dunia baru kadang-kadang emang menakutkan atau memang kitanya yang terlalu ciut nyali
2021-05-04 19:40:47
1
user avatar
Andrea
Aaaaa suka 😭😭 penulisannya yg lembut jadi bikin nyaman pembacaπŸ’• keep spirit yaaa
2021-05-04 16:33:22
1
user avatar
Andrea
Aaaaa suka 😭😭 penulisannya yg lembut jadi bikin nyaman pembacaπŸ’• keep spirit yaaa
2021-05-04 16:33:22
1
user avatar
Namira
Kocak banget ceritanya haha
2021-05-04 16:33:08
1
user avatar
Asihdias
Anak baru mau masuk SMP loh digituin astaga! Bukannya mandiri justru anaknya bisa terbebani. Ishh ...
2021-05-04 09:46:28
1
user avatar
Anfiarsyi
Wah, diksinya sudah bagus ya. Itu deskrisinya suka ( Β΄βˆ€ο½€)
2021-05-04 00:31:40
1
user avatar
Yurrian San
Ini kisah remaja yang ringan. kasihan Nadia hari pertama masuk sekolah udah disuruh naik angkot sama mamanya 😁
2021-05-03 20:13:38
1
user avatar
Eva Yunita
semangaaaatttt heheπŸ€—
2021-03-10 08:37:27
1
user avatar
Kocakaja
Terima kasih banyak semua, yang menyempatkan waktunya untuk membaca cerita Diana πŸ˜β€πŸ˜— kalau suka mohon reviewnya ya!😁 I love you πŸ’™πŸ˜—
2021-02-17 13:46:15
1
user avatar
Goresanpena
Good job, penulisannya yang ringan buat mudah masuk kedalam cerita, btw semangat buat Diana menjalani hari sebagai murid esempeh yaπŸ₯°πŸ˜, semangat juga buat authorny😘
2021-02-17 13:22:06
2
15 Bab
Awal yang Baru
Selamat membaca :)πŸ’” πŸ’” πŸ’”Di malam yang gelap dan tenang seperti sekarang ini, takkan mampu membuat hati gadis yang beranjak remaja itu ikut damai. Sebaliknya, hatinya sangat gelisah akan hari esok. Hari pertamanya untuk menapaki dunia baru. Dunia yang penuh dengan hal-hal yang tidak pernah di alaminya seperti hari-hari lalu."Besok kamu pulang naik angkot. Nggak akan dijemput sama Papah." Seakan takdir tak mau membuatnya bahagia, perintah sang Mama itu pun membuatnya kembali ketakutan. Nampak sekali bahwa sepasang mata bulat itu ingin menangis."Besok kan baru MOS pertama kali, Mah....""Kamu kan udah besar. Bukan anak SD lagi." Diana menggeleng kecil. "Heeeh... sebentar lagi kamu SMP, Na...!" kesalnya. Sang Mama tak mau anaknya itu terus-terusan diantar. Tania tidak mau tahu, Diana harus mandiri mulai sekarang. Baginya, keputusan itu adalah keputusan yang terbaik untuk sang putri.Mata gadis yang baru beranjak remaja it
Baca selengkapnya
Teman Pertama
Selamat membaca β€πŸ’” πŸ’” πŸ’”Sesuai keinginan Bu Sukma, salah satu guru di sana, upacara di sekolah Ibu Pertiwi berjalan lancar. Walaupun di awal sempat mendengar sedikit kerusuhan dari anak didiknya, selebihnya acara itu berlangsung mulus tanpa hambatan. Seperti pesan yang disampaikan di akhir, sekarang adalah waktunya seluruh siswa didik baru untuk memasuki aula. Diana, gadis polos itu kini menggigit bibir bawahnya guna menetralkan rasa gugup yang menyerang usai upacara. Bersama seratus dua puluh lima anak baru sebayanya, mereka berjalan ke lantai dua gedung sekolah di sebelah kanan, di mana letak aula SMP itu berada.Karena perempuan dengan rambut sebahu itu kurang cepat memilih tempat duduk, ia mendapatkan barisan paling depan. Sudah diyakini kalau bangku paling belakang menjadi incaran. Bertambah dinginlah telapak tangan Diana.Ia menunduk seraya menarik bangku coklat yang akan ditempati. Namun ketika seorang perempuan yang memiliki tubuh kurus
Baca selengkapnya
Parkiran Sekolah
Selamat membaca β€πŸ’” πŸ’” πŸ’”Banyak yang bertanya pada sang ketua OSIS ketika rombongan siswa baru jenjang SMP itu sampai di aula. Rata-rata dari mereka pastinya siswi-siswi yang ingin dekat dengan Vian, sang ketua OSIS manis di SMP Ibu Pertiwi. Namun tak seperti pagi tadi, layaknya kedua siswa yang bertanya aneh-aneh, pada Jesi. Kali ini, mereka murni mempertanyakan hal-hal yang berbau SMP Ibu Pertiwi. Dimulai dari sifat guru-gurunya, ekskul yang ada, sampai keingintahuan gadis-gadis itu tentang pencapaian dari sekolahnya. Dengan senag hati Vian membalas pertanyaan mereka, bahkan penuh kesopanan. Sesuai persis sama apa yang diharapkan bocah-bocah lulusan SD itu.Seperti sekarang, Lia mencoba untuk bertanya dengan raut wajah was-was. Tangan kanannya yang terangkat ke atas membuat Vian mengangguk serta bertanya, "ya kamu. Namanya siapa?""Lia Kak," balasnya.Vian yang tengah duduk di kursi depan lantas berdiri dan fokus menatap Lia. "Mau tanya
Baca selengkapnya
Jangan Pacaran
Setelah lima menit berdiri sendirian menunggu angkot di depan pom bensin seberang sekolahnya, Diana akhirnya menaiki angkot yang tak terlalu ramai karena di dalamnya hanya ada dua orang dewasa dan satu anak bayi. Beruntungnya, gadis itu bisa duduk dan mengistirahatkan sepasang lututnya yang memang lemas. Untuk pertama kalinya, ia menaiki mobil pengangkut orang-orang berbagai umur dan pekerjaan itu. Diana duduk persis di belakang sopir angkot, pojokan.Sedangkan di samping kirinya seorang wanita penjual jamu gendong tengah memangku bakul berisi botol-botolnnya dan barang-barang lain. Kulitnya banyak yang telah keriput itu menandakan bahwa umurnya tak muda lagi. Beliau memakai kostum layaknya pakaian zaman dulu, bawahan jarik cokelat tua dengan atasan seperti kebaya putih kusam nan polosan, tanpa adanya manik-manik seperti kebaya modern. Persis pakaian jawa tempo dulu.Seorang wanita berhijab hitam berumur dua puluhan duduk di tengah-tengah ba
Baca selengkapnya
Kak Vian
Selamat membaca β€πŸ’”Selesai makan malam berdua bersama sang Mama, anak remaja yang mempunyai tubuh berisi itu masuk ke kamar milik Arin dan dirinya. Diana berniat untuk memutar lagu dan menggambar lagi sebelum jam menunjukkan pukul sembilan. Tandanya, ia masih punya waktu untuk menyenangkan diri dan menuang imajinasi ke dalam hobi.Diraihnya benda yang ia letakkan di atas meja sebelum mandi dan mulai mengotak-atik musik di HP. Sambil menduduki kasur kecil dan punggung yang tersandar di tembok putih kamarnya, jari-jari itu kembali menari di kertas. Menyempurnakan gambar yang sudah berbentuk 3D itu agar kian cantik lagi. Meskipun, hanya berwarna hitam putih khas serbuk pensil miliknya.πŸ’”Matahari yang teramat cerah menyinari langit pagi ini. Berbanding terbalik dengan semangat seorang anak remaja yang baru turun dari atas motor sang papa. Tak ada yang cerah dari wajah Diana, malah aura keg
Baca selengkapnya
Tante Ria
Babak pengenalan seluruh anggota OSIS berlangsung tanpa gangguan, dan waktu istirahat selama setengah jam juga sudah mereka lalui. Kini saatnya mereka memasuki acara pentas seni. Di mana seluruh siswa dapat membaur, mengenal lebih dekat lagi, dan unjuk kebolehan dalam diri.Di depan sana, Jesi selaku pemimpin acara tengah berdiri dan mulai bersuara, "oke, jadi sesuai jadwal kemarin yang sempet kutulis di papan tulis... Acara pagi menjelang siang ini adalah pensi." beberapa adik kelasnya mengangguk. Namun banyak yang diam memperhatikan. Ada juga yang fokus dengan kecantikan sang wakil ketua OSIS itu. "Karena kita enggak boleh membuang-buang waktu yang ada, aku akan bagi kalian menjadi dua puluh lima kelompok. Jadi masing-masing kelompok isinya ada lima orang, dan lima kelompok akan didampingi sama dua anggota OSIS. Nah, berarti dua puluh lima anak itu harus nurut sama arahan kedua pendamping. Sampai di sini paham?" rata-rata mengangguk dan mengiyakan. "Oke,
Baca selengkapnya
Eyang
Selamat membaca β€πŸ’”Sekarang ini tinggal mereka berdua yang mengisi rumah tua itu. Diana yang pamit ke dapur untuk membuatkan teh si kakek dan dirinya, kini malah kebingungan mencari gula. Kedua tangannya sibuk mengangkat beberapa wadah kotak plastik di atas meja kayu, pindah ke meja sebelahnya namun tak kunjung menemukan. Karena lama mencari, kepala Diana jadi pusing. Dari tempatnya berdiri ia sedikit teriak dengan tangan yang menggaruk kepalanya kasar, "Eyaaang... Gulanya di mana ya? Di dapur enggak ada..."Tak ada sahutan dari orang yang ditanyai. Sambil melemaskan bahu, Diana berbalik. Namun sebelum gadis itu jalan, si kakek sudah ada di hadapannya. "Di atas meja ndak ada?" pria tua itu malah ikut bingung."Enggak, Diana udah nyari-nyari tapi nggak ketemu," ungkapnya sambil mengangguk-angguk. "Eyang lupa naruh mungkin..."Yanto mencoba duduk di kursi coklat kayu panjang pelan-pelan de
Baca selengkapnya
7A
Matahari yang terbit pagi ini menemani perempuan berseragam kotak-kotak merah dengan bawahan rok warna putih susu. Dengan degupan jantung yang ada di atas normal, Diana berjalan di lantai dasar bangunan yang cukup besar untuk menampung ratusan murid itu. Tujuan pertama Diana hari ini sudah bukan lagi aula SMP Ibu Pertiwi, melainkan ruang kelas utama, 7A. Siapa tahu namanya akan tercantum di jendela kelas.Sepasang netranya menajam, meneliti setiap nama murid di kertas yang sekarang ada depannya, menempel pada kaca bening persegi itu. Hingga saat pandangannya mengarah ke nama yang berawalan dengan huruf 'D', binar bahagia terpancar dari sorot mata Diana.Gadis itu bahkan memekik tertahan, "Yeees...!" itu tandanya, sepasang kaki berbalut kaos kaki putih yang hampir mencapai dengkul itu takkan melanjutkan pencarian kelas.Namanya terpampang jelas di kertas yang melekat pada jendela. Diana juga tak perlu berlelah-lelah membaca 'd
Baca selengkapnya
Semangat Diana!
Gadis yang menggendong tas ransel merah itu tampak merasa cemas. Kentara sekali dari wajah lelah nan pucatnya itu. Pikirannya entah kenapa melayang jauh, membayangkan sosok kedua orangtuanya. Tak banyak yang menyita rasa gugup Diana sejak di kelas sampai siang hari ini, selain perkataan Andra pagi tadi.Saat ini dirinya tengah menunggu angkot yang akan membawanya sampai di depan rumah. Perempuan itu menghela napas panjang kala masuk ke dalam kendaraan umum yang kini dia tumpangi.Suasana angkot ini lumayan sepi. Di bagian belakang, paling pojok mobil itu, hanya ada perempuan tinggi berseragam sekolah tengah memegang buku novel. Sedangkan di samping sopir angkot, ada pemuda yang dari penampilannya kelihatan seperti seorang mahasiswa. Atasan kotak-kotak, celana jeans, dan memangku tas ransel hitam.Tapi lagi-lagi perasaan cemas, gugup, dan takut Diana, merayap pelan ke dalam hatinya. Mungkin akan melekat sampai malam hari nanti
Baca selengkapnya
Teman Kedua
Selamat membaca β€πŸ’”Raja timur mulai menampakkan wujudnya. Sinar terangnya memancar sampai hampir ke seluruh kamar gadis yang tengah mengurung diri dalam kain tebal. Beberapa menit kemudian ia mulai terganggu dengan cahaya yang sedikit menusuk di wajah. Dikerjapkannya sepasang  kelopak mata itu perlahan dan kedua jarinya bertugas menghilangkan noda kecil di dalam sudut netra. Teringat bahwa hari ini dirinya harus piket, Diana lantas menyiapkan seragam batik biru dengan rok putih. Diikatnya rambut hitam sebahu itu secara asal lalu menyambar handuk yang menggantung di belakang pintu kamarnya."Tumben pagi-pagi udah siap..." kata Tania yang baru saja menggelar tikar untuk mereka sarapan."Piket..." singkatnya. Gadis dengan celana pendek di atas lutut dan kaos hijau polos itu tengah berjalan cepat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup. Sambil mengetuk ia berujar, "Pah, cepetan ya! Aku ada jadwal piket
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status