Little Brother

Little Brother

By:  Elga Cadistira dR  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
6 ratings
23Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Karena peristiwa kematian orang tua di usia ke sembilan tahun, Yohan diadopsi oleh sahabat orang tuanya. Dia tumbuh bersama wanita bernama Irena, kakak tiri perempuannya. Usia mereka terpaut lima tahun, dan Yohan telah memendam rasa terlarang kepada Irena. Sayangnya, wanita itu sudah memiliki seorang kekasih.

View More
Little Brother Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-24 18:33:46
0
user avatar
Kanietha
Ditunggu updatenya ...
2021-04-22 15:41:41
0
user avatar
Tias Yuliana
neeexxxtt cakep ini
2021-04-22 15:41:37
0
user avatar
Ima Mulya
Nex kakkkk
2021-04-22 15:40:07
0
user avatar
mayuunice
wah wah. auto baca sih ini. aku suka tema cerita incest gini HAHAHAHA. aku baca nyicil yaaakk
2021-03-17 21:23:30
0
user avatar
athena_vivian
nice cover, ceritanya pasti seruuuu, keep it up, thooorrr, mangatssss
2021-03-14 10:09:35
0
23 Chapters
Bab 1 - Adik Laki-laki
Bab satu: Adik Laki-laki***Irena merasakan tubuhnya diguncang pelan, dan membuatnya memaksakan membuka mata dengan berat. Segera dapat dia lihat bayangan yang buram itu mulai menjelas. Seorang pemuda sudah duduk dipinggir ranjangnya. Menatap ke arahnya yang masih berbaring malas di kasur. Pemuda itu mengulas senyum. Senyuman yang nampak lembut. Sinar matahari dari tirai jendela membuat rambut cokelat itu berkilauan. "Kau tak mau terlambat ke kantor kan?" kata pemuda itu. "Aku merasa malas pagi ini. Kau tahu kan semalam aku lembur," keluh Irena dengan wajah bantalnya. Kemudian dia beringsut duduk. Ketika itu suara denging khas berbunyi dan pemuda ini berkata. "Sarapan untuk kita sebentar lagi akan siap. Aku tunggu di meja makan." Dia bangun. Berjalan ke luar kamar Irena. Sedangkan wanita itu merenggangkan badannya. Tidak boleh bermalas-malasan! Irena mengingatkan diri. Bekerja dan mendapatkan uang adalah tanggung jawabnya di rumah ini. Maka, meski dengan ber
Read more
Bab 2 - Kecemburuan
Bab Dua: Kecemburuan***Ting!Dering notifikasi pesan masuk. Ponsel di meja rias tampak berkedip-kedip. Irena berhenti mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, dan beralih meraih ponsel pintar. Membaca satu nama kontak tertera di layar, Irena melonjak senang. Buru-buru dia membuka pesan masuk dari kontak bernama Zen. 'Kau sedang apa? Aku merindukanmu!' Begitulah isi pesan dari Zen. Seorang pria yang telah menjadi kekasihnya. Irena dengan cepat mengetikkan balasan. Mengatakan bahwa dia juga merindukannya. Long distance relationship membuat mereka tidak dapat bertemu tatap muka lagi selama dua bulan ini. Sejenak Irena dan Zen saling mengucapkan kata rindu mereka dalam kalimat pesan singkat. Sementara itu di dapur, Yohan baru saja selesai mencuci piring sebelum beralih pada oven. Dia memakai sarung tangan tebal saat menarik keluar loyang dari oven untuk dipindahkan ke meja. Beberapa camil
Read more
Bab 3 - Flashback
 ***Flashback. Irena sudah menunggu kedatangan orang tuanya -yang katanya akan pulang hari ini dari rumah nenek. Ketika dia mendengar pintu rumah dibuka dan membuatnya bergegas keluar kamar, Irena terdiam melihat orang tuanya datang tidak berdua. Melainkan seorang anak laki-laki turut serta bersama mereka. Irena terbengong. Anak siapa yang mereka bawa itu?Anak laki-laki itu kelihatan lesu. Wajahnya yang menunduk, menunjukkan kesedihan. Membuat Irena merasa kasihan. "Dia anak sahabat ibu. Ayo kuantar ke kamarmu," kata ibu. Anak itu berjalan melewati Irena. Mengekori sang ibu menuju kamar -yang kebetulan mereka memiliki tiga kamar di mana satunya kosong. Saat itu Irena melempar tanya pada sang ayah. "Ayah, siapa anak itu? Aku tak mengenalnya," ujar Irena. Tidak ada wajah anak itu di dalam memori Irena tentang sanak-saudara dari pihak ibu maupun ayah. Irena mengetahui dan mengenal hampir semua saudara sepupunya. Tapi tidak untuk anak laki-
Read more
Bab 4 - Salah Paham
***Pagi itu, rombongan pria berjas berjalan masuk dari pintu lobi kantor. Irena yang kebetulan lewat di jembatan lantai dua, sejenak berhenti sambil memegang berkas. Pandangannya teralihkan oleh kedatangan mereka di lantai lobi. Namun Irena hanya terpaku tatapannya pada satu pria di barisan ke dua, tepat di belakang pria yang diketahui sebagai direktur utama atasan mereka. Samar senyum Irena mengembang. Lalu dia melanjutkan langkahnya lagi. Kembali ke meja kerjanya. Setengah jam kemudian, email muncul di pojok layar komputernya. Sebuah kalimat perintah dari atasan tertera di sana: datang segera ke ruangan saya! Anehnya Irena sama sekali tidak merasa ketar-ketir disuruh datang ke ruangan general manajer itu. Justru dengan hati senang dia bangkit dari kursi. Irena melangkah dengan ringan di koridor kantor menuju ruangan GM. Hanya bersebrangan lorong. Setelah berjalan lurus, Irena berhenti di depan pintu kayu hitam. Diketu
Read more
Bab 5 - Penolakan
***Lumatan demi lumatan terus menghajar bibir ranum Irena sejak beberapa detik lalu. Kedua tangan besar pria itu bertengger manis di pinggang ramping Irena yang punggungnya sudah terdesak ke deretan rak buku. Suasana sepi dan tenang semakin mendukung aksi penuh gairah dua sejoli di ruang kerja pria berdasi itu. "Aku membutuhkanmu Irena," bisik Zen seduktif di sela ciumannya. Irena tertegun seraya kedua tangannya turun skeptis dari leher pria ini, dan pria bernama lengkap Kim Zen itu melepaskan tautan bibir mereka. Mata tajam Zen memandang wajah wanitanya. Menunggu jawaban Irena. Untuk kesekian kalinya kalimat serupa menyapa telinga Irena selama enam bulan mereka berpacaran namun selalu dia tolak. Pria itu tak pernah memaksa. Irena sendiri sangat mengerti maksud dari kata-kata itu. Bukankah wajar jika mereka melakukannya atas suka sama suka? Tapi selama dua puluh empat tahun hidup, Irena belum pernah tidur dengan pria mana pun. Dia akui kalau Zen adalah
Read more
Bab 6 - Kecewa
Irena tidak bisa tidur dengan nyaman. Pertengkaran dengan Yohan tadi membuatnya gelisah. Rasa lelah bercampur khawatir telah melenyapkan kantuk di matanya. Irena melirik jam digital di atas nakas. Sudah pukul satu dini hari. Irena terkadang berganti posisi tidur, mencari posisi ternyaman, namun tidak juga membuatnya mengantuk. Sebal, Irena bangun. Dia merasa harus minta maaf dengan baik pada Yohan sekarang agar dapat tidur dengan nyenyak. Irena keluar kamar. Suasana ruang tengah tidak berubah. Namun dia tidak mendapati tanda-tanda kehadiran Yohan di tengah keheningan ini.  Irena mencoba membuka pintu kamarnya yang berada tepat di seberang. Kamar itu kosong. Jika benar kini Yohan pergi dari rumah, maka Irena tidak suka seperti ini. Ada rasa khawatir di dalam benak Irena sekarang. "Yohan!" teriaknya cemas. Di sini Irena tahu dirinya sumber pertengkaran mereka semalam. Irena sadar bahwa dia salah. Merasa bersalah, dan dia perlu minta maaf pada Yohan lal
Read more
Bab 7 - Gelisah
***Irena mengecek jam tangannya. Hari kian sore, dan dia merasa melupakan sesuatu yang penting. Kemudian dia mendapat pesan singkat dari Zen. 'Sayang, malam ini kau akan hadir kan di acara reuni? Kayla juga akan ikut. Kita bertemu di basement jika kau setuju.' Sebuah ajakan yang menggiurkan bagi Irena. Sudah lama mereka tidak bertemu lagi setelah LDR itu. Irena merasa tak ingin menyianyiakan kesempatan. Lantas, tak mengulur waktu lagi, dia merapikan meja kerjanya. Jam kerja sudah berakhir di pukul lima sore. Menoleh ke samping, meja kerja Kayla berantakan. Wanita itu belum menandakan akan mengakhiri pekerjaannya. "Kudengar kau akan pergi malam ini," celetuk Irena. "Huh? Ya. Tapi mungkin aku akan datang terlambat karena harus menyelesaikan semua berkas ini. Tanggung sekali jika kutinggalkan," sahut Kayla sambil sibuk mengetik dengan cepat di keyboard. "Baiklah. Kalau begitu sampai ketemu di acara reuni," pamit Irena. Beranjak dari tempat
Read more
Bab 8 - Sesal
***Yohan berhenti di depan gedung klub. Dia memastikan sekali lagi arah GPS-nya. Benar, titik tempat Irena berada ada di dalam gedung ini. Kemudian dia masuk ke dalam klub tanpa hambatan karena sudah cukup umur. Di tengah hingar-bingar klub malam, mata Yohan harus mencari dengan jeli sosok Irena di sini. Menaiki tangga, Yohan pikir akan lebih mudah jika dia memperhatikan ke bawah dari lantai atas. Ketika baru saja dia tiba di anak tangga teratas, pintu di depan itu terbuka dan seorang pria yang tampak dikenalinya keluar, melengos ke jalur lain. Zen! Dengan penasaran Yohan mengikuti jejak Zen. Hingga dia dihadapkan oleh dua lorong remang-remang sementara Zen entah lewat jalur mana. Yohan jadi bingung, kehilangan jejaknya. Pada akhirnya dia memilih jalur kiri. Baru separuh jalan langkahnya terhenti seketika. Tepat di depannya pintu toilet wanita itu terbuka dan menampakkan Irena keluar dari sana. Sedetik setelahnya, Zen menyusul keluar dari tempat yang sa
Read more
Bab 9 - Tsundere
***Acara sarapan pagi bersama di ruang makan terasa dingin. Yohan tidak membuka suara. Padahal biasanya ada saja yang diobrolkan bersama. Pasti gara-gara semalam. Untuk ke sekian kali Irena melanggar janjinya lagi. Yohan pasti marah. Bisa-bisanya dia melupakan janji Yohan untuk menjemputnya, bahkan tidak mengabari pula kalau akan pergi ke acara reuni! Irena merutuki sifat pelupanya. "Yohan..." buka Irena. "Kenapa kau tidak mengabariku semalam?" balas Yohan dengan pertanyaan. Tidak ada nada keramahan dalam ucapannya. Yohan masih marah. Itu wajar, ini kesalahan Irena lagi. "Maafkan aku. Aku lupa sungguh. Di klub itu acara reuni teman-teman kampus," sanggah Irena mengatakan sejujurnya. "Lalu, apa yang kau lakukan dengan Zen di toilet wanita?" Yohan menginterogasinya lagi. "Zen sedang mabuk saat itu sehingga masuk ke toilet wanita," ucap Irena setengah tidak yakin. Sebabnya dia ingat dengan jelas Zen memeluknya erat dari belakang sam
Read more
Bab 10 - Sentuhan Panas
***Kayla tampak suram di dapur. Dia menyisir rambutnya ke belakang. Tampak acak-acakan. Kemudian menuangkan anggurnya lagi ke gelas. Sudah dua botol anggur dia habiskan hari ini. Kayla stress. Dia merasa bersalah pada Irena. Ini adalah pilihannya sendiri. Untuk itulah Zen mengatakan agar tidak menyesalinya. Benar, menyesalinya, perasaan Kayla terbagi bagai dua mata pisau. Di satu sisi dia tidak dapat menahan diri kepada Zen. Di sisi lain dia sadar telah menusuk Irena dari belakang. Sahabat macam apa itu? Kayla menghela napas panjang. Suara bel apartemennya berbunyi. Kayla meneguk cepat anggurnya lalu beranjak menuju pintu. Ketika memutar pegangan pintunya dan dia membukanya, Kayla tertegun kaget melihat seseorang berdiri di depan. "Zen? Kenapa kau ada di sini?" Kayla melontarkan pertanyaan dengan nada sengit. Gara-gara Zen yang memulai, Kayla jadi harus segalau ini memikirkan persahabatannya dengan Irena. Dasar penggoda berbahaya! "Aku cuma
Read more
DMCA.com Protection Status