Nama Wanita Lain Yang Disebut Suamiku

Nama Wanita Lain Yang Disebut Suamiku

By:  Dwi Sartika Juni  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
19Chapters
3.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Aku tidak bisa memaafkan Elan yang telah dengan sengaja mengkhianati dan membuatku hampir mati.” —Nancy (Dee) “Sumpah mati aku tidak pernah bermaksud menyakiti Dee.” —Elan. “Aku hanya mencintai Elan seorang, tapi dia tidak pernah sekalipun mencintaiku.” —Ignes. “Nancy adalah segalanya bagiku. Cinta pertama dan terakhirku.” —Andrian.

View More
Nama Wanita Lain Yang Disebut Suamiku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dyantii Sastravell
Rasanya pasti sakit banget, yg di idamkan malah jadi pacar sahabat sendiri itu emang bikin nyesek.🥺 Nerisa yg malang
2021-05-24 22:23:04
1
user avatar
Dyantii Sastravell
Rasanya pasti sakit banget, yg di idamkan malah jadi pacar sahabat sendiri itu emang bikin nyesek.🥺 Nerisa yg malang
2021-05-24 22:23:04
0
19 Chapters
1. Saran Perdana
“Aku berhasil, Nan!” Ignes terburu-buru menghampiri Nancy yang tengah bersandar di railing balkon. Nancy menyambutnya dengan senyum. “Sungguh?” “Mm-hm,” angguk Ignes bahagia. Sangat tidak menyangka bahwa saran perdana dari sahabat barunya itu berhasil dengan tidak terduga. “Apa kata suamimu?” “Dia bertanya, dari mana aku tahu bahwa dia menyukai parfum dengan aroma langka seperti yang kuhadiahkan itu?” Nancy berdiri tegak. Merubah posisi tangannya menjadi terlipat di depan dada. “Lalu, apa jawabanmu?” “Seperti permintaanmu, aku tidak mengatakan padanya, bahwa kau yang memberi saran untuk menghadiahinya parfum yang hanya diproduksi sebanyak seribu botol saja sejak pertama kali dirilis itu. Kukatakan, aku hanya menebak dari zodiaknya.” Ignes masih tersenyum lebar nan bahagia. “Bagus.” Nancy puas dengan jawaban Ignes. Dia menghela napas, lalu mendongak menatap langit malam tanpa bintang. “Nan, apa kau punya saran untuk hal lainnya?” Nancy tidak mengalihkan pandangannya dari langit
Read more
2. Kegagalan Yang Menyakitkan
Nancy merebahkan dirinya di ranjang kebesarannya yang sebenarnya, bisa menampung lebih dari tiga tubuh dewasa sekaligus, tapi dia hanya ingin tidur sendirian malam ini. “Pergilah.” Nancy memerintah dengan suara pelan pada Andrian yang tampaknya enggan melangkah keluar dari sana. Dengan kepala yang sedikit terangkat dari bantalnya, dia melihat Andrian membungkuk, lalu berlutut di ujung ranjang. Tepat di bawah kakinya. Pria itu bersiap melepaskan pumps tujuh sentimeter yang masih terpasang di kedua kakinya. “Sudah kukatakan pergi, Andrian. Tolong, pergilah.” Nancy menahan gejolak amarahnya sambil melemparkan kembali kepalanya ke bantal. “Tapi, Nan—aduh!” Andrian mengaduh, ketika Nancy melempar bantalnya dan mengenai wajah Andrian. “Sudah kukatakan dengan begitu jelas, Andrian.” Andrian menghela napas. Sebelah pumps dengan warna hazelnut sudah berhasil dia lepaskan dari kaki kiri Nancy. “Kembalikan ke asalnya.” Nancy bicara dalam nada yang serius. Tanpa memandang Andrian. Matanya t
Read more
3. Kejutan
“Apa yang bisa kulakukan untukmu, Ignes?” Nancy menyibak selimut, turun dari ranjang sambil menarik plester di keningnya. Melangkah menuju cermin. Menunggu Ignes mengutarakan maksudnya. “Aku gagal bahkan sebelum mencoba.” “Benarkah? Bagaimana itu bisa terjadi?” Sambil mematut diri di cermin, Nancy mengusap keningnya yang melukiskan goresan kecil akibat dari permata di cincin Ignes. Masih sedikit perih. Ignes mulai mengeluh. “Semalam dia terlihat lelah. Kupikir, jika aku menggodanya dengan caramu, kemungkinan dia akan terpancing. Tapi sebelum niat itu terlaksana, dia sudah menarik selimut untuk tidur.” “Kau tidak mencegahnya?” Nancy mengulum senyum. Menahan tawa, tapi tidak yakin mampu bertahan sampai lebih dari satu menit. “Dia mengatakan padaku bahwa dia butuh istirahat yang cukup untuk mengikuti rapat pagi di kantor.” “Ah, sayang sekali. Itu bentuk penolakan yang halus, Ignes.” “Yah, kau benar. Dia memang tipikal pria yang tidak pintar menolak secara terang-terangan. Selalu m
Read more
4. Belum Saatnya
Berhasil menyusul Elan ke kota Hue yang berjarak empat jam perjalanan darat dari Sand Dollar, Ignes menempati hotel yang sama dengan sang suami. Berkat cara jitunya dalam mengancam sekretaris Elan, Viria Minelli, dia merasa senang karena keberhasilannya menjadi lebih cepat dari dugaannya. Hal itu juga tidak lepas dari bantuan seorang informan terpercaya di dalam perusahaan ayahnya. Bukan sekedar memantau tindak tanduk suaminya untuk Ignes, si informan juga memperhatikan keadaan sekeliling. “Jika tidak mau kuadukan pada ayahku tentang kasus perselingkuhanmu dengan salah satu kepala divisi di Tangerine Company, beritahu aku ke mana tujuan perjalanan bisnis suamiku. Dan bila kau tidak pintar menutup mulutmu, aku sendiri yang akan melakukannya.” Ancaman Ignes selalu berhasil untuk siapa pun lawannya. Bagaimana mungkin ada yang berani membantah putri pemilik Tangerine Company? Si pewaris tunggal yang selalu menemukan cara agar bisa memandang rendah orang lain. Setelah mengirimkan lokas
Read more
5. Aroma Masa Lalu
Genee Dalbert, berdiri gelisah di tempatnya. Mengenakan sweater hijau tua lengkap dengan penutup kepala sambil tangannya bersembunyi di saku jaketnya. “Sudah lama menunggu?” Elan berbasa-basi. Menyapu seluruh sudut untuk memastikan keadaan aman terkendali. “Tidak. Lima menit lalu.” Genee pun ikut melihat setiap jangkauan mata. "Bisakah kita duduk di kafe seberang sana?" “Oke.” Elan bergerak lebih dulu. Membuat jarak. Karena tidak bisa dipastikan olehnya, kemungkinan mata-mata dari keluarga Tangerine ada untuk mengintainya. Karena Alvin Tangerine tidak sepenuhnya menyukai dan mempercayai dirinya. Mendapat tempat di sudut belakang kafe dengan penerangan yang redup, Genee melepas penutup kepalanya. “Masih belum ada kepastian. Dinata Danny sudah pindah ke negara lain. Dia ikut suaminya yang bertugas ke sana. Dan Darren Danny tidak bisa ditanyai apa pun karena sedang dalam keadaan berkabung. Kekasihnya meninggal dunia.” Elan mengangguk. Berusaha memahami bahwa keadaannya jauh lebih ti
Read more
6. Menembus Pertahanan
"Parfum siapa yang kau gunakan?"Ignes sakit hati mendengarnya. Parfum siapa? Memangnya dia mencuri dari siapa?"Aku menggantinya beberapa hari lalu. Kau saja yang tidak menyadarinya."Elan terdiam. Meski tidak berniat kasar, dia tanpa sengaja kali ini menuduh Ignes dengan bahasa yang tidak menyenangkan. Seolah hanya seseorang 'itu' yang boleh menggunakan parfum beraroma khas yang pernah sempat menghilang jauh dari indera penciumannya, tapi kini muncul kembali seakan memaksanya untuk mengingat semua itu lagi sekarang."Sudah tengah malam. Besok pagi kita harus bersiap pulang. Ayo, ke kamar." Elan mengalah sebagai bentuk permintaan maafnya karena menggunakan kalimat tidak mengenakkan itu pada Ignes.Menurut, Ignes yang masih kesal, mengikuti Elan dari belakang. Rasa senang menggantikan kekesalannya, karena Elan membiarkannya masuk ke kamar."Walau sedikit memalukan, aku harus coba menggodanya lebih dulu." Tekad Ignes selaras dengan rasa tidak ingin gagal lagi malam ini.Menurunkan sendi
Read more
7. Kejutan Untuknya
Terbangun dengan Nancy yang terlelap di sisinya, membuat Andrian terkejut sekaligus terpana.Terkejut karena Nancy sangat jarang berinisiatif untuk mendatangi dia di kamarnya seperti ini, apalagi sampai tidur sepanjang malam bersamanya.Terpana, sebab istrinya itu tidak pernah membosankan untuk dipandang. Entah karena dia yang terlalu jenuh melihat kecantikan wanita lain atau memang Nancy itu secantik apa yang ada dibayangannya.Yang jelas, ini momen langka yang sayang jika dilewatkan begitu saja.Saat melihat jam di dinding, Andrian mengeluh dalam hati.Sudah hampir jam masuk kantor.Tidak ada dalam sejarahnya seorang Andrian Heather yang disegani semua orang di Osvaldo Group, tiba terlambat di ruangannya.Dan sekali lagi dia memandang wajah sang istri. Rasa malas menghinggapinya. Benar-benar enggan beranjak dari tempat tidur untuk meninggalkan Nancy di sana sendirian.Ini momen yang ingin diabadikannya dalam ingatan. Memori terpenting yang indah, dikala rasa kesal akan sikap semena-m
Read more
8. Ada Apa Dengannya?
Berlibur ke Fereydoon menjadi menjengkelkan untuk Nancy, karena Cassandra mengundang semua teman-temannya dari klub Mauve, tidak terkecuali dengan Ignes Tangerine.Mereka membawa pasangan masing-masing, kecuali—lagi—Ignes. Wanita itu tidak bisa memaksa Elan Flaxen yang sudah kembali ke perangai aslinya, gila kerja."Kau saja yang pergi. Aku sudah menunda dua pertemuan kemarin karena menghabiskan waktu di kamar, nyaris seharian."Ucapan Elan sarat akan makna untuk menyalahkan Ignes. Jadi, ya begitu lah. Dia menerima disalahkan, asal waktu kebersamaan mereka berdua kemarin, benar-benar bisa menghasilkan kebersamaan lain yang semakin menambah kemesraan mereka di kesempatan selanjutnya."Aku ingin terus bercinta dengan perasaan yang seperti itu. Hasrat yang sebanding antara satu sama lain." Ignes selalu mengingat hal itu di sepanjang waktunya. Agar tidak kecewa karena hari ini, hanya dia saja yang tidak memiliki pasangan dalam liburan menyenangkan bersama keluarga Osvaldo.Ignes baru tahu
Read more
9. Debaran Tanpa Arti
"Mulai hari ini, hentikan kebiasaanmu itu." Nancy melempar sneakers-nya melewati ranjang. Menabrak sisi lemari pakaian."Oke."Nancy menoleh sekilas untuk menatap Andrian. "Kau tidak butuh alasannya?"Senyum geli hadir sekilas di wajah Andrian. Ini jelas 'bukan Nancy' yang biasanya sangat tidak senang ditanya-tanyai."Suasana hatimu sedang tidak baik. Sebaiknya ..." Andrian mundur beberapa langkah ketika sang istri maju selangkah demi selangkah ke hadapannya, "sebaiknya aku diam."Nancy tertawa, lalu berjinjit untuk bisa menatap Andrian lebih dalam dari biasanya. Sejak kejadian menginap di kamar suaminya semalaman, perasaannya sedikit bergeser ke arah yang tidak wajar. Tak menentu.Nancy sulit menjabarkannya. Andai nanti dia sudah melewati masa sulitnya, rasanya enggan untuk mengakuinya."Ada apa, Nan?" tanya Andrian lembut. Tidak pernah kasar. Seperti itu lah dirinya bersikap di depan Nancy, meski wanita itu selalu darah tinggi padanya atau walau di dalam hati, Andrian juga sering men
Read more
10. Hadiah Terbaik
Nancy meringkuk di dalam pelukan Andrian. Kepalanya dipenuhi bukan rasa penyesalan, tapi kebimbangan."Kau menyesalinya?" Andrian selalu lebih peka dari siapa pun yang berada didekat Nancy."Meski tidak sering, kita pernah seperti ini sebelumnya. Apanya yang menyesal?" Tawa Nancy tidak bisa menyembunyikan kegelisahan di hatinya. "Walau sebelumnya, setiap kali percintaan kita selesai, aku tidak pernah berlama-lama bersamamu seperti yang sekarang terjadi."Itu benar. Berhubungan seksual tidak rutin dan hanya sesukanya Nancy saja sudah cukup menyenangkan bagi Andrian.Jika Nancy bisa menahan diri, maka Andrian Heather yang normal akan mencari 'cara aman' dengan menggunakan jasa wanita malam kelas tinggi yang bisa menjaga rahasia.Andrian hanya akan meminta wanita itu menggunakan mulut dan tangan untuk memuaskannya."Jangan lakukan hal lain. Milikku hanya boleh berada di dalam diri istriku."Itu yang selalu diucapkannya setiap kali para pelacur kelas kakap itu, siap membuka kedua kaki mere
Read more
DMCA.com Protection Status