Mopping Your Heart

Mopping Your Heart

By:  Pena Indah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
16Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Bagaimana jika aku bolos sekolah hari ini?" gadis berparas cantik tengah berbisik dengan sahabatnya yang sebangku dengannya. Gadis yang saat ini masih duduk di bangku SMA, memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi seorang penyanyi. Pertemuannya dengan seorang lelaki yang dermawan membuat hidupnya berubah drastis. Percintaan, pengorbanan dan kesakitan karena mencintai juga terjadi dalam kisah gadis ini. Siapa gadis ini? Sebab, ia juga mampu meluluhkan hati seorang Pria dermawan yang akan membuat hidupnya semakin berwarna. Lalu, bagaimana cara dirinya meraih cita-citanya untuk menjadi penyanyi terkenal?

View More
Mopping Your Heart Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Queen J
Aku fav di sini! Semangat nulisnya, kak!......️ Hayuuu next up!
2021-09-19 13:37:35
0
user avatar
dhewhym
lanjut, khanza.
2021-07-14 19:05:31
0
user avatar
athena_vivian
Bahasanya mudah dicerna, real life banget, rekomended banget
2021-06-09 12:30:14
0
16 Chapters
Pertemuan Pertama.
Suara yang merdu dengan petikan gitar yang sangat terampil. Seorang gadis pengamen di lampu merah kala itu. Gadis yang mampu membuat Vano Arka Wijaya (30), pria dermawan dengan bersampul brengsek dan juga dingin. Telah jatuh hati kepadanya.  Sudah sejak dua bulan lebih, Vano mencari informasi tentang gadis itu. Namanya, Khanza Aurely (18), siswi SMA negri ternama di Kota itu. Lahir dari keluarga sederhana, dengan sifat ceria dan sangat ramah. Namun, Khanza memiliki kebiasaan buruk yang mungkin sudah tidak layak bagi usianya saat ini.Kebiasaan buruk itu, ia sering bolos pelajaran dan selalu membuat onar di sekolah. Sampai ia bertemu dengan Vano Arka Wijaya, seorang pengusaha yang sangat dermawan, namun terlihat sombong.Akan tetapi, karena kurang kasih sayang dari orang tuanya semasa kecil, membuat pikirannya sempit tentang dunia ini. Jika orang lain pembicaraan kekeluargaan membuat masalah selesai, berbeda dengan Vano, jika uang adalah b
Read more
Pertemuan Kedua
Di perjalanan pulang, Khanza nampak sedih mengingat Hanif tidak mengangkat telfon darinya. Ia sangat menyesal jika benar Hanif di skors karena dirinya. Bagaimanapun juga, Hanif lah satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Selalu membantunya di saat ia susah. Tak hanya itu saja, bahkan Hanif selalu pasang badan ketika apapun hal buruk yang terjadi menimpanya. Ia akan berinisiatif mengatakan kebenarannya besok pagi ke guru bimbingan, agar mencabut hukuman yang guru itu berikan kepada Hanif. Kemudian, dirinya siap menerima apapun hukuman dari guru bimbingan. *** Sore itu, Khanza duduk di bawah rindangnya pohon rambutan. Menghitung uang hasil bernyanyinya siang tadi. Ketika sampai di uang lembaran kedua, tiba-tiba dia teringat akan Bos sombong siang itu. "Hufft, rasanya aku ingin sekali menaikkan dasinya hingga tercekik dia," umpatnya. "Dan aku selalu berh
Read more
Kehilangan
Huh, kalau saja bukan aku yang salah, udah kuplitir tuh kepala orang. Main tampar pipi mulus aku yang super lembut ini, kesel deh!" gerutunya Khanza.  "Pipi kamu pasti baik-baik saja, kok. Tenang saja!" ujar Vano yang sudah ada di belakangnya. Khanza berbalik, melihat Vano dengan mata membelak, meyakinkan bahwa laki-laki itu adalah orang yang sama dengan yang kemarin. Khanza berbalik lagi, ia menganggap bahwa itu hanyalah khayalannya saja. "Pasti berkhayal, mana ada om-om sombong itu di jalanan seperti ini? Hahaha mau apa dia? Mulung, tapi jaman sekarang pemulung sukses pun banyak," gumam Khanza. "Hey, kamu berani tidak memperdulikan saya?" teriak Vano. Khanza kembali membalikkan badan. Kemudian berjalan mendekati Vano yang juga terhenti saat dirinya berbalik. Ia memberanikan diri untuk menyentuh lengan dan pipi lelaki yang baginya sombong itu. Tak hanya di bagian pipi dan l
Read more
Musibah Datang Lagi
Di sekolah, Khanza yang biasanya riang, ceria, suja jahil dan suka bernyanyi. Kini ia menjadi lebih pendiam, ia juga menjauhi Hanif, ketika mereka berpapasan saja, Khanza tidak menegurnya.     "Khanza kenapa ya? Apa karena aku tidak melayat ke rumahnya, terus dia ngambek? Marah gitu sama aku?" Hanif bertanya dalam hati.   Ingin sekali Hanif menegurnya sahabatnya tersebut. Namun, semua itu masih ia tahan karena sang kekasih menempel terus di lengannya, seperti enggan kehilangannya. Bahkan mereka duduk bersebelahan saja, Khanza sama sekali tidak menengok ke arah Hanif. Di sekolah, kali ini Khanza tidak berulah. Jam kosong pun ia tidak membolos lagi. Ia malah menggunakan kesempatan itu untuk tidur. Ingin sekali Hanif menegur Khanza, tapi ia takut jika kakak sepupunya akan berulah lagi dengan kepadanya. Khanza adalah sahabat yang baik
Read more
Kebaikan Tuan Vano Arka Wijaya
Kebakaran rumah siang itu membuat trauma di ingatan mendalam bagi Khanza dan Lisa. Sesekali, air mata Khanza menetes, meratapi nasibnya yang kini tidak memiliki apapun kecuali adik dan pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Di balik kaca mobil Vano, Khanza menyembunyikan kesedihannya dari langit. Ia baru saja kehilangan orang tuanya, lalu sekarang kehilangan rumahnya. Bahkan ia juga bingung, kenapa dirinya langsung bersedia mengikuti Vano, orang yang baru saja di kenalnya. "Khanza, apa kamu baik-baik saja?" tanya Vano. "Om ini siapa? Kenapa mau bantu kita berdua?" tanya Lisa. "Panggilnya jangan om, dong. Panggil saja dengan nama, nama saya Vano. Usia saya memang jauh dari kalian, tapi belum pantaslah di panggil dengan sebutan itu," jelas Vano. "Dia ini bos saya. Jika boleh, kamu panggil dia Tuan saja. Oke?" sahut Pak Adi. "Jangan Tuan! Kamu boleh panggil say
Read more
Timbul Kecurigaan Lisa
Rupanya, Lisa mendengar semua percakapan antara Vano dan kakaknya ketika berada di ruang tamu. Ia tidak ingin kakaknya menanggung beban sendirian, Lisa pun berlari dan memeluk kakaknya. Namun tidak mengatakan jika dirinya telah mendengar semuanya. "Loh, Lisa, kamu kenapa? Kok tiba-tiba meluk kakak gini, sih?" tanya Khanza heran. "Kita pergi saja, yuk, Kak dari sini. Aku lihat, kakak tidak bahagia tinggal di sini," ujar Lisa masih menyembunyikan wajahnya. "Sebaiknya, kita cari kosan aja gitu. Apa tidur dimana gitu lah. Aku siap kok untuk berhenti sekolah dan membantu kakak cari uang," imbuhnya.  Khanza melepaskan pelukan adiknya, menatap wajah adiknya dengan jelas. Terlihat mata satu adiknya membuatnya semakin sedih. Melihat adiknya, Khanza semakin terpojok. Memang seharusnya, adiknya masih terus se
Read more
Gosip Di Sekolah
Di sekolah, Khanza juga masih menjadi seorang yang pendiam. Ia lebih memilih untuk tidur di jam istirahat. Teman sekelasnya mulai merindukan sosok Khanza yang dulu, yang sering membuat kelas menjadi ramai dan asyik. "Za, nyanyi dong. Sudah beberapa hari ini, kita nggak denger suara merdu lu di kelas. Nyanyi yuk …." pinta salah satu teman sekelasnya.  Khanza hanya menggelengkan kepala, lalu menyembunyikan wajahnya kembali dan merebahkan kepalanya di mejanya. Menghela napas panjang, kemudian kembali memejamkan mata. "Yah …." "Potek kita, Za. Sebentar saja, sambil nunggu guru datang, Za. Gue mohon--" "Ayo lah Za … sebentar aja lah. Nif, ayo dong suruh sahabat lu buat nyanyi, lagi,"   Ba
Read more
Mayang, Ratu Iri Hati
Khanza hanya cuek tak menanggapi pernyataan Mayang tersebut. Ia terus memakan mienya dengan nikmat. Mayang sangat kesal karena Khanza tidak tepancing amarahnya. Lagi-lagi Mayang mencari keburukan dari Khanza. "Lihat ponselnya, wah ini keluaran terbaru. Ck ck, bagi tips dong cara mengaet Om-om tajir. Dan berapa harganya kamu menemani Om itu dalam waktu semalam?" lanjut Mayang membelai rambut Khanza. Lagi-lagi Khanza tidak memperdulikan ucapan Mayang. Malah Hanif lah yang merasa kesal dengan ucapan buruknya. Ia lalu menampar Mayang dengan keras. Plak!  "Hanif! Kamu apa-apaan, sih. Kamu belain orang nggak bener seperti ini, hah? Apa kamu juga pernah di kasih jatah olehnya?" Mayang penuh dengan emosi.  "Khanza, kok, lu diam saja, sih? Lu sedang di hina Ma
Read more
Villa Saksi Bisu
Ketik  di lampu merah, motor Hanif berhenti tepat di samping mobil Vano. Tak sengaja, Vano melihat mereka sedang membonceng dengan sangat mesra. Itu pandangan dari Vano. "Bos! Bukankah itu Nona Khanza?" tanya Pak Adi. Vano mencari dimana Khanza berada. Ketika menemukan dimana gadisnya berada, ia kesal dan turun dari mobilnya. Cemburu membakar hatinya saat itu. Ia menarik tangan Khanza untuk ikut masuk ke mobilnya. Lalu meminta Pak Adi untuk pulang menggunakan kendaraan umum. "Pak Vano?" ucap Khanza. "Turun! Ikut saya sekarang!" bentak Vano mencengkram tangan mungil Khanza dengan erat sehingga membuat Khanza kesakitan. "Sakit Pak, lepasin aku--" keluh Khanza. "Woy Bro. Sorry, nih. Jangan kasar-kasarlah sama cewek.
Read more
Jatuh Cinta
Vano mengambilkan makanan untuk Khanza. Ia juga memberikan Khanza segelas susu hangat. Perlakuan baik Vano membuat Khanza sendiri menjadi bingung. Ia tidak tahu yang mana sifat Vano sebenarnya. Sekejap, ia berubah menjadi malaikat, dan sekejap lagi berubah menjadi Iblis. "Tuan Vano …." panggil Khanza dengan suara manja di telinga Vano.  Vano tersenyum tentunya. Ia juga melihat Khanza memainkan tangannya dari bawah meja seperti anak kecil. "Makan dulu!" ucap Vano. Memang tak ada yang perlu dibantah. Khanza menurut kali ini. Dia tidak ingin membuat Vano kembali marah padanya. Sebab, yang dia lihat saat itu, kemarahan Vano belum reda sepenuhnya. "Saya selesai," kata Vano mendorong piringnya. "Jika ada yang ing
Read more
DMCA.com Protection Status