Arimbi

Arimbi

Oleh:  Indkhrsya  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 Peringkat
41Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menikah dengan orang Kota bukanlah keinginan Hanna. Semua berjalan begitu saja dan sangat cepat. Hanna terjebak dengan Sultan yang sedang berlibur ke desanya, bermalam di sebuah kemah. Atas desakan sang paman Hanna terpaksa menikah dengan Sultan, dan rela dibawa olehnya ke mana pun dia pergi. Masa depan Hanna hancur saat Sultan mengurungnya di rumah, bahkan tidak memperlakukannya sebagai istri. Sosok Sultan yang baik hati dan lemah lembut hilang. Hanna sangat tertekan harus mengikuti aturan Sultan, termasuk keinginannya yang menganggap Hanna cinta pertamanya yang tidak tergantikan. Arimbi. Istrinya yang mengalami sakit jiwa.

Lihat lebih banyak
Arimbi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Indkhrsya
Tolong, berikan rating ya! :)
2021-06-24 10:26:25
0
user avatar
Hyuncha
Baru baca sampe bab 9, tapi serius ceritanya bagus😻
2021-06-21 11:42:43
0
user avatar
KhunDK
Ceritanya bagus kak Baru baca dikit langsung bikin tertarik
2021-06-21 11:25:50
0
user avatar
Senada
Next terus kk, ditunggu kelanjutannya.
2021-06-21 11:21:59
0
user avatar
ade suhendra
ok,muter muter xeeitanya
2021-06-12 08:15:16
0
user avatar
ade suhendra
Oke juga sich walaupun agak.aneh
2021-06-11 06:53:41
0
user avatar
Senada
Hay kk, sukses terus yah. Maaf mau numpang promo. siapa tau kk² disini berkenan untuk mampir juga kecerita aku. "Radit dan Tia" by Senada. Berharap banget atas kehadirannya. terimakasih 🥰🙏🥰🥰
2021-06-03 13:33:20
0
user avatar
Lysa_Yovita22
Hana layak untuk bahagia. 🥺🥺🥺.
2021-06-01 11:20:09
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:03
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:03
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:02
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:02
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:02
0
default avatar
Ittata
Sultan mau dong jadi istri kamu hhe, tapi aku udah nikah 😭😭 Hana nurut aja. Bagus kok namanya diganti jadi Arimbi 😀
2021-05-25 16:26:02
0
user avatar
AnggiaFM
Semangat ya kak nulisnya. Ditunggu lanjutannya 💪💪💪
2021-05-25 14:58:05
0
41 Bab
Arimbi 1 - Mansion Sultan
Dengan langkah berat Hanna masuk ke dalam rumah megah yang suram. Bangunannya kokoh dan kuat, cantik, dan terawat. Akan tetapi Hanna bisa merasakan kengerian yang tersembunyi di balik mewahnya istana Sultan Bhayangkari. Seorang lelaki dewasa yang telah menjadi suaminya akibat terjebak hujan di pondok. Hanna menyusuri ruangan dengan kedua mata cokelatnya, dari sudut ke sudut. Hingga pandangannya terhenti pada sebuah foto sepasang pengantin yang tersenyum bahagia. Deg! Aliran darah Hanna berdesir saat mengetahui jika Sultan telah memiliki istri, bukan seorang lajang seperti dugaannya."Ayo! Akan aku tunjukkan kamarmu." Sultan berjalan di depannya dengan gagah, melewati beberapa ruangan.Tidak ada yang bisa Hanna lakukan selain mengikutinya, meskipun rasanya dia ingin sekali melarikan diri. Namun, Hanna tidak memiliki kemampuan. Di saat Sultan berhenti tiba-tiba wanita berkerudung putih itu menabrak dadanya, Hanna langsung menunduk. Dengan perasaan takut Hanna berjengit ket
Baca selengkapnya
Arimbi 2 - Aku bukan Arimbi
Hanna baru saja bangun dari tidurnya yang tidak nyaman. Serangan terus mengganggu alam bawah sadar Hanna, seperti petunjuk bahwa hidupnya di rumah ini tidak akan aman. Keringat mengucur deras dari dahi ke pipinya dengan napas tidak beraturan. Mimpi itu bagaikan nyata. Ya Allah! Hanna menangkup dadanya yang masih belum stabil. Keinginannya untuk melarikan diri semakin besar saat membayangkan Sultan berubah menjadi monster mengerikan seperti di dalam mimpi. Kejam dan bringas."Selamat malam, Nona Arimbi." Secara tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan seorang wanita bertubuh gempal dengan senyuman terpaksa.Wanita itu masuk tanpa memedulikan Hanna yang bersidekap ketakutan. Dengan tajam kedua mata Marlina berputar seakan mencari sesuatu, dan tertawa saat menemukan barang yang dicari. Ransel milik Hanna. Tangannya yang tegap merengut ransel tersebut, lantas melemparnya ke luar pintu."Bu, kenapa kamu membuangnya? Itu pakaianku yang aku bawa dari desa.""Ka
Baca selengkapnya
Arimbi 3 - Kecurigaan Hanna
"Nona ..." panggil sebuah suara, halus.Dengan berat Hanna mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Rambutnya yang acak-acakkan, serta wajah penuh lebam membuat Ratih merasa kasihan. Perawat itu tidak pernah mengerti dengan tingkah laku dan perasaan Sultan. Dia bisa lembut kepada Arimbi yang pertama, tetapi menyiksa Arimbi kedua begitu tega."Makanlah," pinta Ratih mendekati Hanna, lalu menaruh makanannya di lantai. Tepat di hadapannya Hanna.Menggeleng lemah Hanna mendorong piring di depannya hingga agak jauh, dan berkata. "Aku hanya ingin pulang."Mengingat kondisinya Hanna kembali menangis, terlebih merasakan rasa sakit yang hampir menyiksa seluruh tubuh. Sultan tidak hanya memboikot dirinya, tetapi juga melukai perasaan. Setelah puas menghajar tubuh Hanna, dia mengikat kakinya di kaki ranjang, seperti seekor binatang. Sungguh keji."Nona Arimbi ..." Ratih mensejajarkan diri dengan Hanna, menatapnya pilu."Tolong aku." Hanna merintih.
Baca selengkapnya
Arimbi 4 - Kata cinta Sultan
Dalam sujud terakhir Hanna berdoa, cukup lama dan panjang. Air matanya merembes kemana-mana saat Hanna mengadu pada sang Khaliq. Setelah salam wanita itu pun bersimpuh lagi di hadapan-Nya dengan pandangan ke atas. Hanna menceritakan berulang kali kegundahan hatinya berikut rasa tertekan yang semakin menggunung."Ya Rabb, sesungguhnya Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui. Hamba sedang berada dalam kesulitan yang nyata, yang menyiksa jiwa raga dan batin. Kehidupan yang hamba impikan tak sesuai dengan kenyataan." Hanna menangis sesegukan, terasa sulit membicarakan semua yang di dada.Mengambil napas sejenak, Hanna pun menyeka air matanya yang terjangkau. "Ya Rabb, suamiku telah ingkar, dan dia tidak seperti yang aku bayangkan. Aku lelah, sikap dan sifatnya membuatku tertekan. Segala bentuk penyiksaannya melukai dan meremukkan tubuhku."Sekali lagi Hanna mengatur napasnya yang tidak beraturan, dengan air mata yang semakin deras mengiringi doa. "Tolong hambamu ini
Baca selengkapnya
Arimbi 5 - Siapa Arimbi?
Membelai lembut rambut putih yang disisirnya Hanna tersenyum lebar. Di saat Hanna menyentuhnya Ningsih juga ikut menyunggingkan senyum bahagia. Keduanya tampak begitu bersahabat dalam waktu yang singkat. Meski tahu kehadirannya bukanlah sebagai Hanna melainkan Arimbi, tapi dia bersyukur telah membuat sang bunda bahagia."Minumnya, Bun." Hanna membantu Ningsih bersandar, lalu menempelkan sedotan pada mulutnya yang kering."Kamu sudah makan, Nak?" tanyanya."Sebentar lagi, Bun, Hanna memang sengaja mendahulukan Bunda dulu. Nanti Hanna pasti makan kok, Sultan tadi sudah ngajak dinner bersama.""Hanna? Sultan?"Sontak Hanna terdiam, bingung ingin menjawab apa, sementara Bunda telah menaruh rasa curiga. Hanna lupa atas perannya, dan lupa bertanya pada Sultan yang biasa dipanggil dengan sebutan apa? Di saat Hanna tengah kesulitan, Sultan datang bak Ksatria penyelamat, dia langsung mengetahui apa yang telah terjadi pada istrinya."Hmm, maksudnya kucing y
Baca selengkapnya
Arimbi 6 - Bertemu Arimbi sebenarnya
Hari ini Ratih membawa Hanna menemui Arimbi yang sebenarnya, tadi pagi Sultan memerintahkannya sebelum berangkat kerja. Selama kedua wanita itu dipertemukan tidak ada hal yang rumit, Hanna cukup pandai menyesuaikan diri sehingga Arimbi mudah menerimanya sekalipun mereka baru pertama kali bertemu. Berkali-kali Ratih menatap Hanna yang barangkali ingin bertanya sesuatu.Tidak sedikitpun Hanna putus asa, meski sulit mengambil perhatian Arimbi, dia terus saja mengajaknya berbicara seperti teman mengobrol yang asyik. Ratih yang melihat kesungguhan Hanna sampai geleng-geleng kepala. Sultan tidak salah memilih Hanna untuk dijadikan Arimbi kedua, dia wanita yang sangat baik.Wajahnya begitu sejuk dan bersahaja."Halo, Mba, perkenalkan aku Hanna." Ini sudah yang kesekian kali Hanna memperkenalkan diri, tapi Arimbi masih belum merespons.Pandangan Arimbi masih tertuju pada langit mendung. Objek langit memang menjadi pem
Baca selengkapnya
Arimbi 7 - Hanna cemburu
Sultan masih tertidur pulas, sementara Hanna bangun lebih cepat seperti biasanya. Melaksanakan salat subuh hingga membaca selembar Al-Qur'an. Semalam mereka sudah tidur berdua, dan Sultan terus memanggilnya Arimbi. Ada perasaan sedih yang menikam hati beserta pikiran Hanna, tapi dia terlalu lelah untuk menyuarakan isi hatinya. Sultan tetap memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Hanna."Mas bangunlah," lirih Hanna sambil mengguncang sedikit pundak Sultan.Semalam juga Sultan memintanya untuk memanggil dirinya dengan sebutan Mas Sultan, karena Arimbi biasa memanggil seperti itu. Hanna tidak menolak, dia selalu menurut apa yang Sultan perintahkan."Mas, bangun, sebentar lagi matahari terbit." Hanna tidak putus asa, meski berulang kali Sultan mengusirnya."Pergilah, aku masih mengantuk.""Sholat subuh dulu, Mas," pinta Hanna.Sontak Sultan mengernyit, dengan sebelah mata t
Baca selengkapnya
Arimbi 8 - Keloyalan Sultan
"Assalammu'alaikum, iya Paman ini Hanna." Suara wanita itu mengecil saat menyebut namanya. Sultan ada di belakang, jadi Hanna begitu hati-hati berbicara."Alhamdulillah, Hanna baik-baik saja. Paman ... Hanna sangat merindukan Paman. Eum, ya, Mas Sultan juga sungguh baik pada Hanna, dia selalu membuat Hanna tersenyum bahagia." Hanna tertawa pelan, sesekali melirik Sultan yang mencoba tidak peduli."Paman, kapan kita bisa bertemu?" tanyanya sedih, berharap Sultan mendengarnya dan merencenakan pertemuan mereka."Secepatnya ya, Paman? In sya Allah." Wajah Hanna pun berbinar saat sang paman juga menginginkan hal sama.Lima menit sudah berlalu, dan Hanna masih asyik berbicara pada orang di ujung telepon. Sultan mengamatinya dengan bosan. Sepuluh menit ternyata waktu yang cukup lama, sehingga dia pikir tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Tanpa berkata lelaki itu merampas teleponnya, dan mengakhirkan dengan salam.
Baca selengkapnya
Arimbi 9 - Teman karib Sultan
Dengan penuh semangat Hanna membongkar isi lemari milik Arimbi. Senyuman terus terukir di bibirnya membayangkan kencan pertama mereka di luar. Beberapa saat lalu Marlina memberi kabar bahwa Sultan ingin Hanna segera bersiap-siap, dan mengenakan pakaian yang paling bagus. Sebenarnya seluruh pakaian Arimbi bagus semua, tapi tidak ada yang cocok di hati Hanna. Hingga akhirnya Hanna memegang sebuah gaun berenda yang menurutnya jauh lebih panjang daripada sebelumnya."Hmm, semoga saja Mas Sultan menyukainya," kata Hanna setelah berhasil mencobanya. Meski terlihat agak kuno dan kusam, tetapi cukup menutup tubuhnya sampai bawah."Arimbi, aku pulang!" teriak Sultan dari luar, sambil menenteng bingkisan."Ah, iya. Sebentar, Mas." Dengan cepat Hanna merapikan dan menyimpan kembali pakaian Arimbi ke lemari.Setelah itu dia berlari membuka pintu."Kenapa lama sekali?" tanyanya curiga.Di de
Baca selengkapnya
Arimbi 10 - Kelembutan Hanna
"Tidak bisa!" bentak Sultan untuk ke sekian kalinya.Hanna berjengit. Untung saja bunda sudah tidur setelah meminum obat.Dengan hati-hati Hanna menyelimuti bunda, lantas berlari ke luar menuju suara Sultan. Tidak biasanya lelaki itu memarahi Ratih, apalagi kehadirannya sangat berarti bagi Arimbi. Namun, sepertinya masalah satu ini amat berat."Tuan, saya mohon. Ibu saya sedang sakit parah, dan dia membutuhkan kehadiran saya. Sungguh! Jika bukan Ibu saya yang sakit, tentu saya lebih memilih tinggal merawat Nyonya." Ratih menangis sesegukan, bahkan kedua tangannya memeluk kaki sang Tuan."Harus berapa kali aku katakan? Tidak bisa! Kamu akan tetap di sini.""Tuan, saya mohon ...""Mas, tidak semestinya kamu berbuat dzolim pada Ratih." Hanna mencoba menyadarkan Sultan.Melihat keberanian Hanna darah Sultan semakin melonjak naik. Kedua mata merahnya menatap Hanna, me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status