Ini Namanya Cinta

Ini Namanya Cinta

Oleh:  Aldy Putra  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 Peringkat
39Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Gadis nakal yang berada di sekolah elit, ia bernama Lazia. Suka kepada pria dingin sekaligus kapten basket di sekolahnya sejak duduk di bangku kelas 10, namun siapa sangka ternyata ia sudah di jodohkan oleh ayahnya dan jauh dari tipe pria idaman Lazia.

Lihat lebih banyak
Ini Namanya Cinta Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kay
bagus bgt ceritanya...tapi kenapa harus.........semangat kak
2021-12-29 11:35:12
0
user avatar
Skavivi
semangat kak
2021-07-05 18:40:15
0
user avatar
Tantri aprianti
bagus bgt sumpah ceritanya tp kenapa endingnya harus sad:(
2021-06-20 16:17:59
1
user avatar
YOORA LILY.A_♡
bagus bet tapi sad
2021-06-15 14:33:04
1
user avatar
Lorius07
Ceritanya sangat menarik kaka
2021-06-11 22:35:10
2
39 Bab
Dia siapa (01)
"Ganteng banget!"Lazialita Hidayanti, sering di panggil Zia. Gadis cantik di yang sekarang duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas semester 2."Kenapa dia semakin hari semakin ganteng, ya!""Jelas dong, dia 'kan keturunan Korea. Makanya gantengnya enggak pernah luntur!"Balasan teman sebangkunya, Destiana Dwi Lestari. Sering di panggil Dewi. Teman seperjuangan Zia semenjak SMP. Suka dan duka mereka jalani bersama."Pengen rasanya gue bersandar di bahunya!" lirih Zia dari atas meja, melihat seorang pria sedang bermain basket, dari jendela kelasnya."Woi! Udah selesai belum?! Gue mau ngerjain pr, nih!" bentak pria pemilik meja yang mereka naikki."Iya-iya!""Bawel banget, si! Kaya ibu kos." ucap Dewi dan turun dari atas meja bersama Zia.Mereka berdua berjalan ke arah pintu masuk kelasnya, melihat kembali pria tersebut.Dicky Afrizal pria terpopuler di sekolah dengan khas rambutnya berwarna putih. Siswa terk
Baca selengkapnya
Bagian 02
"Ck, sok akrab!" kata Zia lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Malam tiba, Sopandi masuk ke kamar putri bungsungnya itu. Melihat putri kesayangan sedang belajar dengan headset di telinganya."Lazia!""Lazia!"Lazia tidak mendengar perkataan ayahnya itu, lalu Sopandi mendekatinya dan menarik headset yang bersarang di telingan Zia."Ayah?""Ayah ngapain ke kamar Zia?" tanya Zia."Kepala ayah sakit, tolong beliin obat!" jawab Sopandi memegang kepalanya."Ini udah jam 9, ayah! Mana ada warung yang buka," kata Zia."Tapi, Apotek enggak 'kan!" ucap Sopandi tersenyum."Ayah ... Zia lagi males!" ucap Zia dan memasukan lagi headset ke telinganya.Sopandi langsung menariknya headset itu lagi."Kalau kamu enggak mau, besok ayah enggak akan kasih uang jajan!" ujar Sopandi lalu berjalan perl
Baca selengkapnya
Bola basket (03)
"Oh iya gue lupa""Sini sarungnya, bukanya gue nerima tawaran lo! Gue cuma mau ambil sarung itu!" ujar Zia mengulurkan tangannya.Fabio memberikan sarung itu dengan senyum manisnya. Lazia langsung melipat sarung itu dengan rapih dan memasukannya ke dalam keresek tempat obatnya itu.Setelah Lazia sampai di depan rumahnya, Fabio langsung memutuskan untuk pergi dengan lambaian yang dia lontarkan, Lazia hanya membalasnya dengan tatapan jijik."Aneh" gumang Lazia.*****"Hari ini siapa temanmu ke sekolah?" tanya Sopandi di meja makan."Seperti biasa ayah ... Dewi!" jawab Zia sambil memakan roti yang telah zia lapisi selai.Bim...Tak lama kemudian suara klakson mobil terdengar. Lazia langsung menghambiskan rotinya dan meminum secangkir susu, lalu mencium kening ayahnya dan beranjak pergi ke sekolah."Pr udah lo kerjain belum?" tanya Dewi berjalan di tepi lapangan."Udah dong. Mana mungkin gue enggak kerjain tugas dari guru
Baca selengkapnya
Bunga dan motor (04)
"Itu semua dari gue!"Suara yang berasal dari pintu masuk, Lazia dan Dewi berbalik dan melihat seorang pria menggunakan jaket levis berjalan ke arah mereka."Jadi dia!" gumang Zia."Maaf kalau sederhana." ucap pria itu.Boby Dirgantara, kelas 12 IPS 1. Pria yang sejak kelas 10 telah menyimpan cinta untuk Lazia. Tapi, Lazia tidak pernah membalas cinta darinya. Padahal Boby tidak termasuk pria jelek  di sekolah bahkan populer. Dia juga anak dari Jendral tentara AD. Mungkin ini yang ke 20 kalinya dia menembak Lazia."Lo mau enggak jadi pacar gue?"Pria bersujud di hadapan Lazia sambil mengakat sebuah kotak kecil yang berisi cincin emas. Dewi yang melihatnya saja ikut terbawa suasana."Soswet deh!" ucap Dewi tersenyum.Siswa-siswi yang berada di kelas itu berteriak keras mengucapkan kaliamat Terima berulang-ulang."Diam!" teriak Lazia.Seketika semua siswa dan siswi terdiam saat mendengar perkataan Lazia."Lo berdiri
Baca selengkapnya
Datang kerumahnya (05)
"Tunggu bentar napa!" ujar Fabio lalu menoleh sedikit kebelakang."Nunggu apa lagi?" tanya Zia."Tunggu sampai tangan lo itu pegangan sama gue!" jawab Fabio tersenyum."Enggak! Gue enggak mau," bentak Zia.Fabio membalikan badannya dan memegang kedua tangan Zia lalu meletakannya di pinggang Fabio."Nah gini maksud gue, susah amat!" ujar Fabio lalu menjalankan motornya.Diperjalan Zia melepaskan pegangan ke Fabio. Membuat Fabio tersenyum miring, lalu sedikit mempercepat laju kendaraannya."Bisa pelan-pelan enggak, si? Kalau gue jatuh gimana?" tanya Zia panik."Jatuh? Itu buka urusan gue ... Bukannya dari awal gie udah bilang sama lo!" jawab Fabio tersenyum."Bilang apa?" ujar Zia dengan nada tinggi."Gue bilang lo pegangan sama gue!" sahut Fabio tertawa lalu menjalankan motornya sedikit lebih cepat dari sebelumnya.Dan tak lama kemudian, saat Fabio sedang membelokan motornya ke arah jalan masuk rumah Zia. Tiba-tiba dua
Baca selengkapnya
Ajak diner (06)
"Ganti enggak!" bentak Zia. Melototi pria yang sedang duduk tersenyum menonton televisi."Enggak! Ini seru tau, dari pada drama korea lo itu!" sahut Fabio tersenyum."Sini biar gue sendiri yang ganti!" kata Zia emosi.Zia mendekati Fabio yang sedang duduk di sampingnya, sembari berusaha mengambil remot dari Fabio. Fabio mengakat tangan kanan yang sedang memegang remot menghindari tangan dari Zia."Sini!" ucap Zia yang masih berusaha."Enggak gue enggak mau!" tersenyum Fabio."Sini!"Yang akhirnya Lazia berhasil mengambil remot dari Fabio. Namun Lazia harus terjatuh ke dalam pelukan Fabio, di ikuti Fabio yang terjatuh terlebih dahulu ke sofa. Mereka saling menatap satu sama lain, hembusan nafas mereka rasakan."Kenapa gue jadi dek-dekan gini?" batin Zia."Gadis ini benar-benar cantik!" batin Fabio tersenyum."Dasar modus!" ketus Zia. Sembari mengambil remot dan duduk kembali di tempatnya."Tau aja kalau gue modus." uca
Baca selengkapnya
Bagian 07
Chit!Taxi yang ditumpangi Lazia dan Fabio berhenti di depan rumah makan sederhana yang berada di pinggir jalan raya.Lazia mengkerutkan dahinya, melihat ke arah warung yang berada di samping pintu keluarnya. Lalu melihat kearah Fabio, yang ternyata Fabio sedang melihatinya dengan senyum tipis di wajahnya."Tunggu apa lagi? Ayo turun." ujar Fabio lalu beranjak keluar dari taxi.. . ."Makasih mas!" teriak Fabio. Melihat taxi yang ditumpanginya telah berjalan pergi sembari melambaikan tangan.Lazia masih tidak bisa membayangkan jika harus diner di sebuah rumah sederhana di pinggir jalan. Lazia terbangun dari lamunannya saat Fabio merangkul erat Lazia dan membawanya masuk.Di dalam rumah makan itu, ada seorang wanita yang merupakan pemilik rumah makan. Melihat tersenyum ke arah Fabio yang sedang merangkul Lazia."Lo apa-apaan, si? Lepasin!" bentak Zia dan melepaskan rangkulan Fabio dengan kasar."Galak amat," ucap Fabio terkekeh.
Baca selengkapnya
Jalan berdua (08)
"Siap kapten!" sahut Fabio senyum semangat sembari hormat ke arah Zia."Ya udah, lo duduknya disana dong!" menunjuk kursi yang ada di depannya, "Jangan deket-deket gue juga!" ucap Zia mendorong lembut pundak Fabio sembari tersenyum tipis di wajahnya."Iya-iya." kata Fabio tersenyum dan berjalan ke arah kursi yang telah di tunjuk Zia tadi.Akhirnya makanan yang Lazia tunggu pun datang. Makanan yang sama dengan makanan yang Fabio makan tadi. Lazia mengesekan kedua tangannya siap-siap untuk menyantap lahap makanan yang ada di depannya, namaun niat Lazia terhenti saat melihat Fabio yang dari tadi sedang memperhatikannya."Lo mau?" tanya Zia dengan raut muka datar."Enggak" mengelekan kepalanya, "Kan, gue udah makan tadi," jawab Fabio"Oh." ucap Zia.Tak memikir lama lagi, Lazia langsung menyantap hidangan itu dengan lahapnya. Apa lagi Lazia benar-benar lapar karena jam telah menunjukan pukul 19:13 yang biasanya Lazia makan malam jam 18:03.
Baca selengkapnya
Gara-gara terlambat sekolah (09)
"Gue nyakin banget lo ada rasa sama gue, enggak penting gue tau sejak kapan dan dimana. Yang pasti gue enggak akan pernah suka sama lo, apa lagi harus cinta! Enggak akan pernah!" menaikan sedikit intonasi suaranya."Jadi mulai sekarang lo harus jauhin gue, sebelum lo nanti sakit hati. Ok!" ujar Zia dan kembali berjalan meninggalkan Fabio yang sedang berdiri."Gue akan kasih tau lo, kalau cinta itu bukan sekedar kalimat!" gumang Fabio tersenyum lalu berjalan mengejar Zia.Lazia akhirnya tiba dirumahnya, setelah empat puluh lima menit lamanya Lazia berjalan. Habis sudah penderita pada kaki betisnya. Saat itu sudah ada Sopandi, ayah Lazia yang sedang duduk di kursi teras rumahnya dengan ditemani secangkir kopi."Akhirnya sampai juga!" teriak Zia ke udara lalu berjalan masuk. Sopandi hanya menggeleng-geleng kepalanya sembari tersenyum melihat tingkah laku putri bungsunya itu."Kaya ya Lazia seneng banget tuh na, Fabio!" ucap Sopandi tersenyum."Iya om
Baca selengkapnya
PDKT (10)
"Baik, sebutkan nama kalian satu persatu!" ujar bu Guru."Fabio Zulkar, IPS 1," ucap Fabio tersenyum.Menulis nama Fabio, "Kamu anak baru itu 'kan," kata bu Guru."Iyah bu!" celetuk Fabio tersenyum."Ganteng-ganteng kok enggak ada kedisiplinan," gumang bu Guru pelan."Selanjutnya!""Lazialita Hidayanti, IPA 2," ucap ZiaMenulis nama Lazia, "Selanjutnya!" kata bu Guru."Dicky Afrizal, kelas unggulan IPA 1," ucap Dicky."Kok kamu bisa terlambat, si? Pantesan aja ibu enggak lihat kamu di lapangan basket!" balas bu Guru lembut sembari menulis nama Dicky."Ya udah, sekarang kalian boleh masuk ke kelas kaliang masing-masing""Ingat! Langsung masuk kelas." tegas bu Guru.Mereka bertiga langsung berjalan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.Lazia berjalan mengendap-ngendap saat dirinya satu meter di depan pintu kelasnya. Lazia berdiri melihat kelasnya dari jendela, yang ternyata sedang tidak ada guru. Tapi,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status