Kita yang Menjadi Kita

Kita yang Menjadi Kita

Oleh:  Elle Ryu  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
65 Peringkat
115Bab
6.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“Aku terlalu takut untuk mencintai. Terlalu takut untuk menerima serpihan hati. Tapi ternyata aku telah membuatmu membiarkan aku memasuki relung hatimu.” -Luke Armstrong- ... “Aku terlalu takut untuk dicintai. Terlalu takut untuk memberi serpihan hati. Tapi ternyata aku telah membuka relung hatiku untuk kamu masuki.” -Rena Martin- ... Rena Martin adalah anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan. Rena kemudian diadopsi oleh sebuah keluarga saat berusia remaja. Keluarganya tidak pernah bersikap ramah padanya hingga ia mulai bertanya-tanya tentang pengadobsiannya. Tapi kemudian ia tahu kalau ia diadopsi untuk dijodohkan dengan seorang pria bernama Luke Armstrong. Luke adalah seorang anak tunggal dari keluarga mafia yang menurunkan seluruh usaha keluarganya. Ia dikenal sebagai pria yang keras dan kejam. Lalu bagaimana kehidupan rumah tangga mereka? Akankah cinta akhirnya muncul di antara mereka? Atau pernikahan mereka akan berakhir sia-sia?

Lihat lebih banyak
Kita yang Menjadi Kita Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
UlfSanita
Renaaa ... sabar yaa. Konfliknya menarik nihh
2021-08-31 02:00:02
2
user avatar
OhMy_Ddalgi
Luke sayang banget sama Rena dan calon bayik mereka
2021-08-20 12:03:47
1
user avatar
Quokka
Luke bucin awokawok haha
2021-08-17 12:37:29
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
rena, yang kuat. bangun dan ungkap semua ......
2021-08-15 13:32:00
1
user avatar
UlfSanita
Kasian Rena. Gemes sama ibunya ihhh ... perlakukan anak yatim dengan baik hehe ... otw semangat nyicil baca ...️
2021-08-15 10:24:41
1
user avatar
Hanhan
Rena, sungguh malang nasibmu
2021-08-15 10:18:06
1
user avatar
Andrea Lee
rena kamu begitu menggemaskan demgan sikap canggungmu ke Luke...ayo dong..liar dikit..hehehehehe
2021-08-15 09:31:25
1
user avatar
Yani
Yuhuu, ceritanya bagus. semangat terus Author
2021-08-15 09:28:57
1
user avatar
Senja Kelabu
ceritanya menarik kak, tentang remaja... tentang cinta semangat buat authornya
2021-08-15 09:26:32
1
user avatar
Hanaya
Jadi makin penasaran, semangat nulisnya
2021-08-11 14:07:51
1
user avatar
De Edward
Berharap ngga sad ending 😢😢
2021-07-18 14:41:36
1
user avatar
Ervin Warda
ceritanya keren. semangat nulisnya kakak
2021-07-16 15:49:20
1
user avatar
Azra Tyas
penasaran kelanjutan hubungan Luke dan Rena, kenapa harus ada Jane juga .... next up kak
2021-07-16 15:30:17
1
user avatar
Ayasa
Sudah masuk rak baca kak✌️ semangaat
2021-07-13 12:05:42
1
user avatar
Ervin Warda
Ceritanya keren😍 semangat nulisnya, kakak💪
2021-07-04 17:10:32
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
115 Bab
Perkenalan Kita
  Namanya adalah Rena, seorang mahasiswi tingkat akhir. Sekarang ia tengah berada di perpustakaan karena terlalu sibuk untuk mengurus tugas akhirnya meski hari mulai gelap. Ia tidak sendirian, seorang sahabat menemaninya dan mengurusi tugas akhirnya juga. Tidak ada yang berani untuk sendirian berada di tempat ini saat penjaga perpustakaan bahkan mengambil waktu istirahatnya sebentar. “Kurasa ini sudah saatnya pulang. Ben telah menjemputku.” Bella berbicara padanya dengan jari yang tampak sibuk menekan layar datar ponselnya. Beberapa pesan memasuki ponselnya yang bergetar, diam-diam juga telah disadari Rena. “Baiklah, ayo kita pulang. Aku tidak ingin mengganggu waktu kencan kalian.” Rena tersenyum dan menggoda sahabatnya itu. Sebelum ini Bella mengatakan kalau dia memiliki kencan hingga sangat bersemangat untuk mengurus tugas akhirnya. “Jika saja kamu memiliki satu. Kita mungkin saja kencan bersama.” Bella berkata acuh seraya merapikan peralatanny
Baca selengkapnya
Sayap yang Patah
“Maaf karena saya datang terlambat.” Rena memasuki apartemennya dengan gerak tubuh sedikit membungkuk sebagai bentuk permintaan maaf. Seharusnya ia datang lebih cepat dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk tamu-tamunya. Tapi untung saja ia gemar memasak sehingga cookies yang berada di atas meja makan bisa kakaknya sajikan untuk tamu-tamu mereka.“Tidak apa-apa. Nak, ayo bergabung bersama kami.” Sebuah suara yang lembut menyambutnya. Rena segera mengangkat wajahnya dan menemukan wanita paruh baya asing yang berwajah ramah.Rena segera tersenyum dan wanita itu juga menyahutnya dengan senyum yang lembut. Rena dengan cepat meletakkan bokongnya di sebuah kursi di dekat kakaknya saat menemukan seorang pria paruh baya menatap arlojinya beberapa kali. Sepertinya mereka memiliki pekerjaan yang penting.“Kami tidak akan lama karena pekerjaan menuntut kami untuk segera pergi. Kalian tentu tahu bahwa anak-anak ini akan segera menikah dan kurasa memperkenalkan mer
Baca selengkapnya
Tercederai
Dingin terasa menyerap masuk menusuk tulang tubuh ringkih yang masih terbaring di lantai tanpa alas. Matanya masih terpejam, masih pingsan setelah pukulan yang meninggalkan tanda biru kehitaman juga kemerahan di kulit putihnya. Tapi tidak terlalu lama kemudian, tubuh itu bergerak menggeliat lalu tersentak dan menggeliat lebih pelan dengan mata terpejam dan wajah berkerut saat merasa tubuhnya sangat sakit.“Oh...  Astaga...” Bibirnya mendesis kecil.Matanya terbuka perlahan saat mendengar bebunyian mendesir. Dia pikir itu bunyi hujan, tapi rupanya hanya bebunyian kendaraan yang seperti menyatakan hari telah dimulai. Namun langit tampak gelisah, menampilkan gumpalan-gumpalan tebal keabuan dengan latar biru yang menyejukkan.“Bangun, Pemalas!”Rena sudah membuka matanya. Ia sudah benar-benar terbangun meski masih merasa pening. Tapi mimpi buruk dari bilik memori masih menghampirinya. Terasa menghantam kepalanya yang membuatnya kembali menutup mata dan mendesis
Baca selengkapnya
Kebimbangan
Bella berlari kencang dengan seruan-seruan kecil di tengah napasnya yang memburu. Lalu sesaat setelah tiba, Bella berteriak dramatis sampai terdengar serak. Ia hanya terkaget melihat apa yang terjadi di dalam setelah ia membuka pintu apartemen Rena dengan kasar.  Rena sedang terduduk di lantai dengan wajah dan tubuh yang basah. Kepalanya menoleh dengan kaku dan matanya terlihat penuh dengan ketakutan. Bibirnya pucat dan gemetar. Napasnya terengah lalu kemudian ia berubah panik dengan ekspresi yang semakin mengerikan. “P-pergi sebelum kamu terluka. Pergi! “ Rena berteriak frustasi dengan warna wajah yang semakin tampak mati. Bella mulai menangis kemudian terhuyung ke arah Ben yang menangkapnya dengan sigap.  “Tidak...” Bella menggeleng kuat dengan frustasi yang terdengar seperti racauan. Rena yang seperti itu, Rena yang terlihat terlalu menyedihkan. “Pergi!” Suara Rena terdengar lebih lirih. Dua manik cokelat gelapnya bergerak-gerak dengan ge
Baca selengkapnya
Permulaan
“Sudah lama menunggu?” Seorang perempuan bertanya dengan suara yang terdengar manja pada Luke. Suara itu mengejutkannya karena masih mengingat perkataan Luke sebelumnya.“A-ah! Ti-tidak juga.” Luke tertarik kembali ke dunia nyata, suara Jane berhasil menariknya. Jane, seseorang yang ia sebut kekasih.“Duduklah, Sayang.” Luke berusaha tersenyum dengan cepat, lalu ia membawa perempuan mungil itu duduk tepat di hadapannya. Apapun yang dia pikirkan, dia harus segera melupakannya. Jane telah berada di sini sekarang, dia hanya harus memberikan banyak perhatian.“Cepat sekali. Kukira akan perlu paling tidak 15 menit untuk ke sini.” Luke lalu menemukan Jane yang tertawa dengan manis.“Saat kamu menelepon, sebenarnya aku sedang berada di dekat sini.” Perempuan itu tersenyum cerah. Di dalam suaranya terselip keantusiasan.“Oh, ya? Benar begitu?” Luke menaikkan sebelah alisnya.“Iya. Aku bahkan sempat berbincang dengan Jeffrey di mobilmu.” Jane menunju
Baca selengkapnya
Penolakan
  “Rena hanya shock, jangan khawatir. Tidak ada yang serius. Rena hanya perlu beristirahat dan meminum obatnya dengan teratur. Segalanya akan membaik.” Helena berucap dengan suara yang terdengar tenang dan menyenangkan. Tangannya bergerak cepat menuliskan beberapa resep lalu menyerahkannya pada kakak laki-lakinya. Kemudian dia meraih jas dokternya yang tadi tidak dia kenakan lalu menyampirkannya di tangannya. Dia segera meraih tasnya dan merapikan apa saja yang harus dirapikan. “Baiklah, kami akan pastikan kalau Rena akan meminum obatnya dengan teratur.” Wajah Amora yang manis tampak lega. Di sisinya ada Bella yang juga terlihat tidak kalah lega. “Kalau begitu aku akan pergi. Aku di rumah sakit. Jika terjadi sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungiku.” Helena tersenyum lalu berdiri perlahan. Amora adalah kekasih kakaknya. Bella adalah kekasih dari sahabat kakaknya. Sedangkan Rena akan menjadi istri dari seseorang yang ia dan kakaknya anggap sebagai saud
Baca selengkapnya
Kontras
  “Phoenix.” Ben menundukkan kepalanya patuh. Sedangkan Bella memandang Luke dengan tatapan yang tajam. Dia memang selalu tidak pernah menyukai laki-laki itu. Sementara Luke sudah terlalu terbiasa mengabaikannya. “Ben, harus berapa kali aku katakan padamu? Jangan menundukkan kepala padaku, kamu adalah keluargaku.” Luke menepuk bahu Ben dengan hangat, membuat Ben mengangkat kepalanya. Sedikit keangkuhan di wajahnya retak saat dia menatap adik sepupunya itu. “Yang datang sekarang adalah Luke Armstrong yang penuh pengawalan. Kamu yang sekarang adalah Phoenix dan Phoenix tengah menjemput calon pendampingnya. Silakan, dia sudah siap.” Ben sekali lagi menunjukkan sikap patuhnya, memiringkan tubuh dan membiarkan Luke masuk. Dia sedang sangat formal, terlalu terbiasa meletakkan dirinya di kondisi ini hingga ia sudah terlalu hapal mengenai siapa peran yang Luke ambil di kondisi-kondisi tertentu. Luke mengangkat kepalanya untuk membuat sikap angkuh dan aur
Baca selengkapnya
Kisah Pertama
  Rena menunduk dan duduk dengan tegang. Jari-jarinya yang saling bertautan tampak bergerak gelisah. Sedangkan Luke ada di sebelah kirinya. Ia tengah menyetir dengan pandangan terpaku pada jalanan yang tidak begitu ramai. “Aku akan pergi setelah mengantarmu. Jika kamu merasa perlu untuk segera beristirahat, aku bisa mengantarmu ke hotel terdekat atau kamu ingin langsung ke rumah?” Luke bertanya dengan mata melirik Rena dan menemukan orang itu terdiam dengan fokus yang terbelah. Matanya tampak menatap pangkuannya dengan dengan gamang. Apapun yang sedang dia pikirkan, Luke tidak suka diabaikan. Alis Luke tiba-tiba menukik tanda tidak suka. Tangannya mencengkram kemudi dan rahangnya mengeras. Luke tiba-tiba menukikkan mobilnya ke tepi jalan dengan brutal hingga Rena tersentak dan membelalakkan matanya. “Sialan, Rena Martin!” Luke berteriak marah sambil menarik dagu Rena agar menatapnya. Wajahnya yang mengeras tampak mengerut marah. “Sepertin
Baca selengkapnya
Meminta Hati Terbiasa
Rena mendesah lega saat kedua kakinya berhasil menapak di lantai datar dengan sempurna setelah berjuang dan kesakitan untuk menaiki tangga. Ia berjalan perlahan ke sebuah pintu besar yang indah. Segera membukanya saat sudah meraihnya untuk melihat sosok pria yang tengah tertidur dengan posisi tubuh duduk. Punggung tegap laki-laki itu terlihat bersandar dengan cukup nyaman di kepala ranjang. Rena tiba-tiba merasa sedikit takut karena harus membangunkan pria berwajah tampan yang terlihat kelelahan itu. Tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya, Luke adalah calon suaminya dan Rena harus peduli padanya. Luke bisa saja sakit kalau tidak memiliki makanannya dan sebagai calon pasangan yang baik, Rena harus memperhatikan asupan makanan dan kesehatan Luke. Rena harus membuat calon suaminya merasa senang dan puas dengan pelayanannya. “Luke.” Rena memanggil lirih dan sedikit menggoyangkan tubuh Luke, berharap dengan itu Luke akan segera terbangun. Kemudian Luke tampak terganggu dan Rena menarik
Baca selengkapnya
Menyakiti dan Tersakiti
  Setelah Rena selesai menyiapkan sarapan, ia segera menuju ke kamar calon suaminya. Saat membuka pintu, ia menemukan Luke yang masih terlihat sangat serius. Calon suaminya masih berkutat dengan pekerjaannya. Setelah menyiapkan diri, Rena mendekat dengan hati-hati, cukup untuk membuat orang itu menatapnya. “L-Luke, a-aku berpikir untuk menyiapkan a-ir untukmu m-mandi.” Rena sekali lagi membuat rasa tidak nyaman mulai memenuhi hati Luke. Karena Rena dan sikapnya sungguh menciptakan perasaan lain di hatinya. “Baiklah, kamu siapkan air dan aku akan menyiapkan berkasku sebentar.” Luke menyahut dengan setengah minat. Calon istrinya adalah orang yang penurut dan Luke menyukainya. Tapi bagaimana bisa orang yang akan menjadi pendamping hidupnya menjadi sangat takut padanya? Mereka akan tinggal di sisi satu sama lain sampai tidak tahu kapan dan dia tidak bisa membayangkan kalau mereka akan hidup seperti itu terus-menerus. Rena berbalik dan pergi ke kamar
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status