MY FAVORITE BOY

MY FAVORITE BOY

By:  reystoria  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings
45Chapters
8.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aku tidak tahu sampai kapan dan dengan cara apa cinta ini akan berakhir. Tak peduli kamu melihatku atau tidak, aku tetap mencintaimu bahkan jika ragamu jauh.

View More
MY FAVORITE BOY Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Lof Yuh
so sweet akay
2022-03-26 22:31:18
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-02-02 13:13:20
0
user avatar
reystoria
Untuk yang mau lompat ke kisah Nara dan Raffa boleh lewati mulai dari bab 26 (Penyebab Kekacauan) dan langsung aja ke bab 36 (Tersadar) Terima kasih ... mohon maaf atas ketidaknyamanannya.
2021-10-23 13:50:26
0
user avatar
reystoria
hai semua, mohon maaf ada sedikit kesalahan atas ceritanya Nara dan Raffa. ... Perihal kisah Radit dan Rana memang sebenarnya ada sangkut pautnya sama mereka, saya mohon maaf membuat bagian Rana dan Radit terlalu panjang. Nanti akan saya usahakan ubah......
2021-10-23 13:39:28
0
user avatar
Achmad Ardi Jailani
dr yg nara mkn kok tiba2 jd cerita tentang rana. bingung. mana lg demen2 nya kisah raffa sm nara :(
2021-10-02 00:54:15
0
default avatar
adin170916
nara sm rana itu beda gk sih thor?
2021-10-01 16:27:46
0
user avatar
MarniHL
semangat terus 💪💪
2021-07-02 11:47:45
1
user avatar
reystoria
Bagus bagus. Permulaan yang bagus. Gak apa gak ramai, yang penting nulis.
2021-06-23 16:14:54
1
45 Chapters
Awal Mula
"Pak kiri, Pak!"Angkot hitam itu segera menepi setelah mendengar instruksi seorang penumpangnya. Cewek dengan seragam putih abu-abunya itu turun dan memberikan selembar uang lima ribu pada supir. "Makasih ya, Pak!""Yo!"Hari ini adalah hari pertama Nara Amanda duduk di kelas dua belas. Dia sangat senang menjadi kakak kelas paling tua di SMA Harapan Abadi. Libur semester kemarin membuat dia merindukan teman-temannya. Saking senangnya. Nara tak memperhatikan jalan. Sampai-sampai ada mobil yang menyipratkan genangan air sisa hujan semalam. Alhasil, seragam Nara basah dan kotor. "Heh! Sopan gak langsung kabur kayak gitu!?" Teriaknya kesal. Orang-orang di sekitar sana memperhatikannya. Tak sedikit yang menahan tawa. Rasanya Nara ingin menangis saat itu juga. "Gimana dong ini? Masa iya gue harus pulang ke rumah." Ia tidak punya ide. Sayang sekali. Padahal sedikit lagi sampai gerbang. Dan 7 menit lagi a
Read more
Keluarga
Selesai berganti baju ke seragam putih abu-abu milik teman Raffa, Nara bersama Erika kembali ke lapangan untuk membantu teman yang lain membereskan peralatan olahraga. Tanggungjawab bersama. Alat-alat seperti bola sepak, bola basket, bola voli, raket badminton, kock, tali skipping harus tersusun rapi di dalam gudang penyimpanan. Yang lain sudah selesai. Nara dan Erika terakhir datang, makanya mereka jadi yang paling terakhir. Nara meletakkan satu bola voli yang tersisa, namun bola tersebut ternyata menggelinding dari tempatnya. Hingga saat Nara mengejarnya, bola itu sampai di kaki seseorang yang tak Nara harapkan. Raffa. Entah mengapa rasanya hari ini semesta seakan sengaja mempertemukan mereka.Nara menatap Raffa lamat-lamat. Bingung harus berbuat apa. "Bolanya gue ambil." Ujarnya seraya memeluk bola itu. "Eoh? O-oke-" Nara mengangguk kaku. Detik itu juga Nara pergi keluar gudang, meny
Read more
Tatapan Mata
Esok paginya di sekolah, Nara disambut kegaduhan. Jalannya menuju kelas jadi terhambat karena kerumunan siswa menghalangi jalan di koridor kelas dua belas. "Demi Tuhan, ini masih pagi." Gerutunya sambil berusaha bertahan. Desak-desakan membuat tubuh kurusnya terombang ambing. Menyerah. Nara berjalan mundur ke belakang. Napasnya pengap seketika. Nara tidak tahu apa yang sedang terjadi di pusat kerumunan. Tubuh siswa siswi di sini menghalanginya. Hanya suara keributan yang dapat dia dengar. Mata Nara melihat sekeliling. Dia menemukan kursi kosong di balik pintu kelas IPA. Diambilnya kursi itu lalu naik ke atasnya. Kini, tubuhnya lebih tinggi dari siapa pun. Terlihat seorang cewek menarik rambut Tasya-anak IPA kelas dua belas. Fathur, sepupunya Tasya berusaha menenangkan anak cewek yang diketahui kelas sepuluh. Beberapa siswi di sana juga berusaha menengahi adik kelas yang seperti kesetanan itu.&
Read more
Luka Kita
"Woi neduh dulu baju lo basah semua itu."Jantung Nara kembali heboh. Ia tahu itu suara Raffa. Dirinya tak menyangka Raffa akan menarik lengan bajunya lalu menyeret Nara seperti anak kucing. "Engga ah gue mau langsung pulang." Nara melepaskannya. Sadar sedang diperhatikan keempat cowok itu, Nara menahan malu.Nara dan Raffa berhadapan dan bertatapan cukup lama. "Keras kepala." Celetuk Raffa. Masa bodoh dengan ketiga temannya Raffa, ia berlari pergi begitu saja meninggalkan mereka.  # Besoknya Nara demam, hari ini ia izin masuk sekolah. Kemarin, pulang sekolah Kiki mengomelinya habis-habisan. Benar yang dibilang mamanya, Nara sakit hari ini. Badannya panas disertai flu. Seharian ini dirinya cuma berbaring di kasur, tidur, makan, main handphone, tidur lagi.  Begitu seterusnya sampai keesokan harinya, panasnya turun. Nara memutuskan masuk sekolah meski memb
Read more
Pasar Malam
"Loh ini siapa? Kok muka kalian pada luka gitu?Sini masuk nak masuk." Kiki membantu Nara yang kesusahan berjalan karena betisnya sakit ditendang. Ia juga mempersilakan Raffa duduk di sofa. "Kalian tunggu di sini dulu ya. Mama bawa kompres dan obat-obatan lainnya." Kiki panik, dia berlari cepat ke dapur. "Papa anaknya ini lukaaa."Firdaus buru-buru keluar dari kamarnya. "Ya ampun. Kok bisa gini, Ra? Ini temennya juga lebam gitu." Nara menceritakan kronologinya. Kedua orang tua Nara terkejut. Nara dan Raffa duduk bersebelahan di sofa yang sama. "Sini sini Mama obatin. Nama kamu siapa nak? Temennya Nara ya?" Tanya Kiki sembari menyiapkan kompres handuk pakai air hangat. Gadis itu membuka balutan hoodie di tangan Raffa. "Ma, Pa. Luka Raffa harus cepet diobatin nanti infeksi.""Ya Allah. Pa, papa obatin Nak Raffa. Mama ngurusin Nara ya. Sana cepetan!" Perintah Kiki. "Iya
Read more
Semakin Dekat
"Ma, Nara jogging ya ma. Boleh ya?""Gak usah. Di rumah aja. Nanti kamu kehujanan." Timpal Kiki yang sedang mencuci piring.Nara meletakkan kepalanya di atas meja makan. "Papa aja ngizinin masa mama enggak."Masih pukul tujuh pagi, Nara membujuk Kiki. Ia ingin pergi jogging di pagi ini. Tetapi, Tata melarangnya dengan alasan cuaca sedang mendung. Nara sudah bilang kalo mendungnya palingan cuma sebentar, nanti matahari pasti terbit lebih cerah. Tetap saja mamanya itu kekeuh. Sifat keras kepala Nara memang turunan dari Ibunya."Ya udah cuci dulu sepatu kamu, tuh. Baru boleh pergi." "Udah dicuci, Ma. Kemarin pulang sekolah langsung Nara cuci." 
Read more
Sudut Pandang
Pulang sekolah, selesai makan Nara membantu Papanya membersihkan ubi ungu dari tanah yang menempel. Di belakang rumah Nara, ada gubuk khusus yang dibuat Firdaus. Biasanya tempat itu digunakan untuk keperluan hasil kebun. Nara memakai kaos oblong warna biru dan celana panjang hitam. Keringat membasahi baju. Tangannya dengan sigap merontokkan tanah di ubi dengan sikat. Firdaus juga di sana. Dia sedang memisahkan wortel, ubi ungu, tomat, dan timun ke keranjang masing-masing. "Nih, minuman sama rotinya ya." Kiki datang membawa nampan berisi makanan. Lalu ikut duduk di sana. "Makasih, Ma." Ucap Nara. "Nara, yang kemarin itu beneran temen kamu?" Tanyanya kepo. Nara merasakan ada maksud lain."Iya, temen, Ma. Kenapa?"Kiki menggeser duduknya menjadi lebih dekat ke Nara. "Ganteng tau. Kamu gak mau sama dia?"Nara mengangguk semangat. "Maulah. Aku kan emang suka sama dia, Ma. Tapi dia udah puny
Read more
Unjuk Diri
Nara sedang menemani Papanya mengantar hasil kebun dengan menggunakan mobil maxim, untuk diantar ke penjual buah yang sudah memesan. Mobil ini hanya pinjaman dari sahabatnya Firdaus. "Wih seger-seger ya, Daus." Puji Pak Toni, si pembeli yang seumuran dengan Firdaus. "Yo jelas. Baru semua ini boss." Firdaus menanggapi. Nara membantu mereka menurunkan buah-buahan dan sayuran ke tempat yang disediakan. "Dek Nara, sehat?" Tegur Hesti, istri Pak Toni. "Alhamdulillah, Bu sehat." Nara menyunggingkan senyum. Ya, suami istri itu memang langganan Firdaus. Nara sudah mengenal mereka karena dia sering menemani Papanya. Selesai. Firdaus berbincang sebentar dengan Pak Toni. Nara memutuskan kembali ke mobil. Saat Nara baru saja akan membuka pintu mobil, ia  mendengar teriakan dari arah kiri. "COPET!""COPET!""TOLONG ADA  COPET!"Seorang Ibu-ibu berter
Read more
Tuhan Punya Rencana
Sore ini Nara sedang asyik memotret pemandangan sore di taman yang biasa dia datangi kalau suntuk mau ngapain. Mengandalkan kamera ponsel, Nara berhasil menjepret beberapa gambar aesthetic. Cewek itu lumayan tertarik di bidang fotografi, foto-foto miliknya ia kumpulkan di instagram. Mata Nara terpaku pada suatu objek di ujung sana, dekat danau. Ada seseorang yang sangat mirip dengan Raffa. Nara sampai mengucek mata lalu melihatnya lagi. Benar. Tidak salah lagi, itu adalah Raffa. Memakai jaket hitam, celana pramuka sekolah, serta sendal jepit. Perlahan tapi pasti, Nara melangkah mendekati cowok yang berada di bawah pohon itu. Nara membuat langkah tanpa suara, berjalan di balik pohon. Samar-samar Nara mendengar suara isak tangis dari sana. Ia tertegun menyadari itu. "Raffa."Nara menampakkan diri, duduk di samping Raffa yang terlihat tengah menghapus air matanya. Hening beberapa saat. "Astaga, Raffa.
Read more
Egois?
Sabtu.  Akhirnya, hari ini Erika masuk sekolah. Nara dan Erika melompat kesenangan sambil berpegangan tangan. Keduanya sedang duduk di dalam kelas, menunggu bel berbunyi. "Er, lo tau gak. Geo kemarin nanyain lo." Ungkap Nara terus terang.  Erika terdiam. Ingin senang, tapi ia tahu bahwa Geo sukanya sama Nara. Sudah dua hari ini Erika dan Geo tidak saling bertukar pesan. Rasanya kosong.  Melihat Erika terdiam, Nara menggoyangkan tubuh cewek itu. "Kok bengong, sih. Gue gak bohong. Serius." Ucapnya seraya mengangkat dua jari.  "Udah, ah. Ngapain sih bahas dia." Tutur Erika.  Ketukan di jendela membuat dua orang itu menoleh. Geo di sana, sedang menyengir lebar. Kepala dia masukkan melalui jendela.  "Kayak biasa, Kak. Pulpen."  Nara memberikan pulpen miliknya. "Pulpen lo udah sama gue. Hati lo kapan?"  Tawa Nara menyembur mendengarnya. Bahkan dia sampai memukul meja.&nb
Read more
DMCA.com Protection Status