Ada Apa dengan Bia?

Ada Apa dengan Bia?

Oleh:  hajara  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 Peringkat
23Bab
5.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sauqi dan Bia adalah sepasang sahabat yang sudah bersama sejak mereka masih berada di bangku kanak-kanak. Namun, setelah remaja, tiba-tiba Bia berubah secara mendadak, mulai dari penampilan, perilaku, dan sifatnya. Bia yang semula adalah gadis yang tomboi dan senang berkelahi, tiba-tiba menjadi seorang muslimah yang menutup diri. Bahkan, tiba-tiba Bia juga mulai menjauhi Sauqi. Sauqi dibuat bingung dengan perubahan yang terjadi pada sahabatnya itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada Bia?

Lihat lebih banyak
Ada Apa dengan Bia? Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
intan
kapannnnnnnn
2022-03-31 14:39:53
0
user avatar
Andika Yoga Ramadhan
lanjutannya gak ada ya?
2022-03-15 18:03:18
0
user avatar
intan
lanjutannya ini kapan ya thor
2022-03-09 17:31:14
0
user avatar
intan
aku suka ceritanya............
2022-03-07 16:31:05
0
user avatar
M. Fery Fadli M.sn
Ceritanya menarik & seru semoga bisa ada prekuel berikutnya
2021-11-21 07:30:18
0
user avatar
Eneng Susanti
Yes, religi. Teenlit keren. Sukaaaaaa ... ceritanya bagus, penulisannya juga bagus. pokoknya baguuuuus. Masuk rak pustaka deh. Semangat, Kakak. Mampir mampir ya ke Khair dan Khaira
2021-09-28 02:02:52
0
user avatar
Muna
Next next next
2021-07-02 14:18:59
3
user avatar
Hajara
Lanjut kak. Keren ceritanya. Semangat.
2021-07-02 14:10:51
2
user avatar
Muhamad Ofit Baihaqi
Semangat. Ceritatanya bagus sekali. Sangat menginspirasi 😊
2021-07-02 14:04:42
3
user avatar
Nur Ngaenah
Bagus kak ceritanya. Lanjut ya .
2021-07-02 13:51:44
3
user avatar
Hajara
Keren Banget
2021-06-08 13:27:44
2
23 Bab
Prolog
“Sauqi ... Sauqi ....” Samar-samar kudengar seseorang memanggil namaku. Suaranya begitu pelan, bahkan aku hampir tak mendengarnya.“Sauqi ....” Entah kenapa suara itu terus masuk ke dalam gendang telingaku. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Aku bisa mendengar dengan jelas si pemilik suara itu adalah seorang perempuan.“Sauqi!” Kali ini volume suara itu semakin meninggi. Seperti seseorang yang menggelegarkan suaranya tepat di depan daun telingaku. Membuatku begitu kaget dan refleks langsung menjawab panggilannya. “Eh, Iya, Bunda! Uqi udah bangun, kok.”Tiba-tiba terdengar suara gelak tawa yang memenuhi  seisi ruangan ini. “Bunda! Bunda! Sejak kapan saya menikah dengan Ayah kamu!” gertak Bu Rahayu, sosok perempuan yang ternyata memanggilku tadi.Ya. Ternyata aku tadi tertidur di kelas. Parahnya lagi, aku tertidur saat pelajaran Bu Rahayu sedang berlangsung. Guru kimia yang terkenal cukup killer di sekolahku.“Ma-maaf, Bu.
Baca selengkapnya
Awal Mula Persahabatan
Aku duduk seorang diri di depan teras rumah. Menatap sepeda motor yang berdiri dengan gagah di hadapanku. Namun, pikiranku masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tentang perubahan sikap Bia. Seorang gadis berparas ayu yang sudah menjadi sahabat dekatku hampir sebelas tahun ini.Sejak dahulu kami memang sering menghabiskan waktu bersama. Entah aku yang bermain ke rumahnya, atau ia yang ke rumahku. Namun, lebih sering ia datang ke rumah karena Bunda yang meminta. BundakuRatna Harum Sarimemang sudah menganggap Bia sebagai anaknya sendiri. Selain karena kami memang sudah dekat dari kecil, Bunda juga sering mengeluh merasa kesepian saat ditinggal ke luar kota oleh Ayah atau ditinggal ngetrip olehku bersama kawan-kawan komunitas. Ayah dan Bunda sebenarnya memiliki tiga orang anak. Aku, Sauqi Habibillah merupakan anak bungsu mereka. Aku memiliki dua orang kakak. Kakak pertamaku yaitu Mas Fatir. Namun, ia sudah meninggal dunia tiga tahun lalu karena mengidap penyakit ka
Baca selengkapnya
Hidung Ikan
Wajah Bunda seketika berubah kaget. Ia sedikit mengerutkan kening saat Ayah menyarankanku belajar olahraga bela diri. “Ayah, Uqi kan masih kecil. Belum saatnya belajar begituan,” ucap Bunda, tak sependapat dengan Ayah. Wanita berwajah ayu itu tampak mengerutkan dahi putihnya menatap wajah Ayah.“Nggak kok, Bunda. Sepertinya Uqi sudah siap. Nanti biar Ayah bilang sama Pak Slamet buat ngajarin jurus-jurus yang mudah saja dulu. Uqi mau, 'kan?” ucap Ayah. Ia tetap kekeh dengan keputusan awalnya ingin mulai mengajariku ilmu bela diri. Pria berwajah tegas itu tersenyum seraya menatap wajahku.“Iya, Ayah. Uqi mau belajar bela diri. Uqi pengin jago berantem kayak Ayah dan Mas Fatir,” ucapku penuh semangat.“Hush! Bukan buat berantem, Sayang. Tapi buat melindungi diri sendiri dan orang lain,” ucap Ayah seraya mengelus rambut jambulku.“Ooh, berarti Uqi nggak boleh berantem ya, Yah?” tanyaku. Jujur aku masih merasa bingung dengan perkataan Ayah. Kutatap wajah pria yang
Baca selengkapnya
Friendzone
Beberapa tahun berlalu. Kini, aku dan Bia sudah sama-sama remaja dan menginjak bangku SMA. Selama itu pula, kami tetap bersahabat. Seperti janji kami waktu masih TK. Kami sering melakukan berbagai aktivitas bersama. Sampai-sampai, banyak yang beranggapan kami adalah sepasang kekasih. Apalagi mereka yang tidak benar-benar mengenal kami. Entahlah. Aku juga tak tahu kenapa. Memang apa salahnya hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan? Toh, aku juga punya sahabat laki-laki. Sahabatku tidak hanya Bia. Begitu pula dengan Bia. Ia juga punya sahabat lain selain aku. Memang benar, setiap hari aku dan Bia selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Namun, saat sudah sampai sekolah pun kami akan sibuk dengan teman masing-masing. Seperti pagi ini. Seperti biasa, aku datang ke sekolah dengan memboncengkan Bia. Tampak di depan sana, kawan-kawan mainku sudah menunggu di parkiran sekolah. Kuyakin mereka pasti akan mengolok-olokku lagi.“Ciyee pasangan
Baca selengkapnya
Cowok Nggak Peka
Kriing!Bel istirahat berbunyi. Membuatku bernafas lega. Menyebalkan sekali pagi-pagi seperti ini sudah dijejali pelajaran matematika. Membuat otakku bekerja tujuh kali lebih ekstra dibanding biasanya.  Aku menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Kupejamkan mata sejenak. Menghadapkan wajahku ke langit-langit ruangan. Otakku sepertinya butuh istirahat. Ia sudah terlalu lelah dengan rumus dan angka-angka yang menjejal di kepala.“Qi, pinjem jaket kamu, dong.” Tiba-tiba kudengar suara Bia berbicara kepadaku. Entah kapan datangnya, saat aku membuka mata, gadis berambut pendek itu sudah ada di depan meja. “Aku nanti pelajaran Bahasa Indonesia ada penilaian drama, mau pake jaket kamu buat properti. Boleh, ya?”Aku menatap ke arahnya. “Hmm iya, deh.” Segera kuambil jaket yang memang hanya kuletakkan di atas kursi. “Nih,” ucapku seraya menyerahkan jaket warna navy-ku kepadanya.“Makasih, Uqi. Nanti pulang sekolah biar bawa pulang aku aja, ya. Sekali
Baca selengkapnya
Di Bawah Rintik Hujan
Hari demi hari berlalu. Hubunganku dan Bia masih berjalan normal saja, layaknya seorang sahabat. Kami berangkat sekolah bersama, latihan beladiri bersama, mendaki Puncak Prau bersama, dan masih banyak kegiatan yang sering kami lakukan bersama. Mungkin satu-satunya kegiatan yang tak pernah kulakukan bersama Bia adalah bermain balap motor. Berbeda denganku yang suka dunia motor dan otak-atik mesinnya, Bia sama sekali tak suka dengan hal-hal semacam itu, bahkan sampai sebesar ini pun Bia sama sekali belum bisa mengendarai sepeda motor. Alhasil, hampir setiap hari aku menjadi tukang ojeknya untuk antar jemput berangkat sekolah. Namun, hari ini aku merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tak biasanya ia berangkat sekolah terlebih dahulu meninggalkanku. Padahal biasanya ia selalu setia menungguku menjemputnya di depan rumah, tetapi tidak dengan hari ini. Semuanya berbeda. Apalagi saat bertemu di sekolah. Kedua netraku dibuat terbelalak karena perubahan penampilann
Baca selengkapnya
Kita Bukan Mahram
“Maaf, Qi. Tapi mulai sekarang aku nggak bisa berangkat bareng kamu lagi. Kita nggak bisa boncengan seperti biasanya. Kita bukan mahram, Qi. Nggak sepantasnya kita berdekatan seperti itu.”Aku sedikit menelan saliva mendengar semua penjelasan Bia. Inikah alasan perubahan sikapnya kepadaku? Meskipun aku tak terlalu pandai ilmu agama, sedikitnya aku tahu kami berdua memang tidak ada hubungan mahram. Namun, bukankah interaksi kami selama ini juga biasa saja? Kami tak pernah melakukan hal-hal yang dilarang agama. Kami hanya berinteraksi layaknya seorang sahabat.“Sekali lagi aku minta maaf, Qi. Bukannya aku bermaksud menghindari kamu. Hanya saja, aku pengin kita menjaga jarak, tak seperti biasanya. Aku harap kamu mengerti aku, Qi,” ucapnya lagi. Kali ini nada suara Bia terdengar seperti memohon. Aku tahu, Bia amat serius dengan ucapannya itu.Aku coba mendekat satu langkah ke arahnya. Namun, gadis berkulit putih itu justru refleks memundurkan tubuhnya satu
Baca selengkapnya
Langit Subuh
Sayup-sayup suara kokok ayam membangunkanku dari alam mimpi. Segera aku menuju ke kamar mandi. Cuci muka dan mengambil air wudhu. Sudah menjadi rutinitasku, selalu menunaikan salat malam setiap harinya. Ayah dan bundaku memang selalu mengajari anak-anaknya agar senantiasa menjaga salat malam. Sesibuk apapun, semalas apapun, kami harus tetap melaksanakan salat malam.“Seseorang yang merutinkan salat malam, pasti akan mendapatkan kemuliaan dari Allah. Di saat yang lain terlelap, kita sudah terbangun. Di saat yang lain masih larut di alam mimpi, kita sudah bermunajat, bermesraan dengan Tuhan. Apa tidak hebat namanya? Allah itu sudah menjanjikan ampunan bagi siapa pun yang mendekat kepada-Nya. Siapa pun yang berdoa di sepertiga malam terakhir pasti akan Allah kabulkan. Seluruh penduduk bumi dan langit pun turut serta mengamininya.”Nasihat ayah waktu itu selalu terngiang di kepalaku. Menjadi penyemangat saat aku hendak melaksankan salat malam
Baca selengkapnya
Tak Seperti Biasa
Seperti biasa, sebelum berangkat sekolah, aku selalu memastikan penampilanku harus sesempurna mungkin. Bukan buat pamer. Apalagi cari perhatian. Tujuanku hanya satu. Agar tak ada yang menertawai jika aku berpenampilan aneh saat ke sekolah. Tidak lucu kan jika tiba-tiba di rambutku masih ada bekas sampo, atau dasi yang kupakai tergantung miring, atau bahkan masih ada kotoran di kedua sudut mata. Bisa hilang ketampanan yang ada pada diriku.Setelah semua siap, aku segera berpamitan kepada Ayah dan Bunda, lantas keluar rumah menuju motor kesayanganku. Motor ninja yang Ayah berikan satu tahun lalu, saat aku berhasil menjuarai kompetisi karate tingkat provinsi. Yah, meskipun aku gagal di tingkat nasional.Aku memang sangat suka bermain karate. Sedari kecil aku sudah banyak ikut kompetisi. Namun, sejujurnya aku lebih suka dengan dunia otomotif. Bagiku, sepeda motor dan segala pernak-perniknya sudah menjadi separuh jiwaku. Biarlah orang berpikir aneh, tetapi memang kenyataann
Baca selengkapnya
Bersama Elsa
Bia berjalan melewatiku dan Elsa dengan wajah tertunduk. Jangankan menyapa, menatap wajah pun tak ia lakukan. Ia hanya sempat melirik kami saat masih di depan sana. Sejenak aku menghentikan langkah, menatap Bia yang berlalu melewatiku dan Elsa. Rasanya hampa sekali. Tak ada obrolan atau candaan yang biasa mengalir di antara kami.“Qi?” Suara Elsa tiba-tiba menyadarkanku yang sedari tadi tengah menatap kepergian Bia. “Ada apa?” tanyanya. Elsa sepertinya tampak bingung karena melihatku tiba-tiba berhenti. Ia sedikit mengerutkan kening menatapku. “Eh, nggak papa, El,” sahutku buru-buru. Aku segera mengalihkan pandangan dari Bia.“Kirain ada apa,” ucap Elsa. Aku hanya tersenyum, berusaha mengalihkan pikiranku dari Bia yang tadi hanya berlalu melewatiku, lalu kami pun kembali melangkah bersama menyusuri koridor sekolah.“Bukannya tadi itu Bia temen kamu ya, Qi?” tanya Elsa tiba-tiba
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status