Touch Me if You Dare

Touch Me if You Dare

Oleh:  Cathalea  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
71 Peringkat
76Bab
65.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

21++ Mohon yang masih di bawah umur menjauh dulu, ya. Terimakasih.=========Jane, gadis cantik dan seksi yang memiliki talenta luar biasa dalam hal design. Dia dijuluki 'genius sketcher' saat kuliah. Namun sebuah tragedi membuatnya terpaksa harus mengubur impiannya menjadi seorang designer profesional.Untuk bertahan hidup, dia terpaksa menjadi 'ghost designer', membuat rancangan atas permintaan designer-designer terkenal.Ketika menemui salah satu klien, Jane nyaris dilecehkan. Ia berhasil menyelamatkan diri. Dalam upaya melarikan diri, ia bertemu sosok bermata biru yang 3 tahun lalu pernah menjanjikan mimpi yang indah untuk Jane.Akankah Jane mampu mewujudkan impiannya kembali?

Lihat lebih banyak
Touch Me if You Dare Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
St Hani
saya suka bacanya...simple
2022-09-16 13:00:51
1
user avatar
Kikiw
suka ceritanya. narasi & dialog rapi dan enak dibaca meskipun kadang agak ripuh bedain bahasa baku & formal, tapi mudah dipahami
2022-09-10 00:49:27
1
user avatar
Cathalea
Hai, terimakasih sudah setia mengikuti kisah Jane hingga akhir. Sampai jumpa di karya othor berikutnya, ya. Salam sukses, and keep healthy ya, gais. Love you all .........
2022-02-11 23:42:52
4
user avatar
Safiiaa
Seru nih kak ceritanya,, auto masukin rak dongs..
2021-12-21 23:59:36
0
user avatar
Jinada
Jane nya asik :)
2021-12-21 23:15:58
0
user avatar
Andika
Keren, karakter perempuan memang harus lebih sering diangkat, seru dah .........
2021-12-21 22:57:12
0
user avatar
Laquisha Bay
Ah, syukak! Pas banget buat ngisi waktu luangku. Jaya terus untuk Author.
2021-12-21 19:53:14
0
user avatar
Evi Sophie
Oke banget nih, suka aja sama penokohan Jane.. asik Kak
2021-12-21 19:23:15
0
user avatar
Biru Langit
Ter love deh cerita ini
2021-12-21 16:24:21
0
user avatar
Sesa
uhhhh ceritanya seru Thor sedih lucu sennag mantap
2021-12-05 12:03:10
1
user avatar
Butiran_Debu
baru punya waktu untuk baca 8 bab. keren kak, suka dengan gaya tulisnya.
2021-11-10 16:41:44
1
user avatar
icher
Sukses terus kak, masuk rak baca neh.
2021-11-10 10:34:32
1
user avatar
Monica
ngakak guling-guling, ending extra part 5 itu lho ............
2021-11-06 11:13:44
0
user avatar
Catherine
ya ampun bisa-bisanya si kembar bangun hahaha
2021-10-05 08:50:46
1
user avatar
Monica
Masih pengen baca keuwuan aaron dan jane, kok ga pernah update lagi ya thor? sudah tamat atau belum ya?
2021-09-10 21:53:40
4
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
76 Bab
Prolog
"Lepaskan aku!" perintah Jane dengan suara keras. Tapi pria itu bergeming, justru memperkuat cengkramannya pada pergelangan tangan Jane. ."Berteriaklah sekuatmu, Jane. Jangan berpikir kau bisa pergi dari sini sebelum melayaniku," kata pria itu kemudian. Tatapannya menghujam penuh nafsu, sementara tangannya mulai bergerilya di atas tubuh Jane.."Bajingan! Sudah bosan hidup kau rupanya. Jangan salahkan aku jika 'pentungan'mu itu tidak bisa berfungsi lagi besok pagi," balas Jane tidak kalah sengit.Hitungan detik kemudian, pria itu mengeluarkan jerit yang memilukan. .Tubuhnya meringkuk menahan sakit tak terperi. Ia terus berguling-guling di lantai, sementara kedua tangannya memegangi selangkangannya."Ahh! Sial! Dasar perempuan jalang!" Makinya berapi-api.Jane berhasil mendaratkan kakinya pada organ vital pria itu. Tidak tanggung-tanggung, dua kali tendangan beruntun dalam satu waktu.
Baca selengkapnya
Part 1, Serigala Berbulu Domba
Jane melangkah gontai dengan wajah lesu menuju minimarket. Perutnya sudah berontak minta diisi sejak 2 jam yang lalu, tapi Jane kadung malas untuk bergerak.  Pikirannya sedang galau karena jatuh tempo sewa rumahnya tinggal beberapa hari lagi, tapi uang di tangannya saat ini tersisa hanya untuk biaya makan seminggu saja. Perkerjaannya sebagai ghost designer memang lumayan, hanya saja tidak selalu ada. Jane tetap harus mencari side job lainnya agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Seandainya saja tragedi 3 tahun lalu itu tidak terjadi, Jane yakin keadaannya pasti jauh berbeda. Jane hanya bisa menghela nafas panjang, sambil merapalkan doa di dalam hati, semoga mendapatkan klien dalam waktu dekat. "Semuanya 15 ribu, Kak." Suara kasir membuyarkan lamunan Jane.  Jane segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya. Ponsel di kantung celana Jane berbunyi, tepat ketika Jane hendak keluar minimarket.  Dari
Baca selengkapnya
Part 2, Terjebak Alamat Palsu
Pesan singkat dari Glen masuk satu jam setelah Jane selesai makan siang. Keningnya berkerut ketika membaca alamat yang tertera di layar ponselnya.   "Mrs. Diodra, International Hotel, Room 414, pukul 18 sore? Tidak biasanya klien minta ketemu di kamar hotel," pikir Jane dalam hati. "Ah, mungkin klien tidak punya cukup waktu untuk membuat janji temu di tempat lain," kilah Jane kemudian.    Ia berusaha untuk membangun pikiran positif karena berharap banyak dengan proyek ini.   Pukul 18 kurang sepuluh menit Jane sudah sampai di depan kamar hotel kliennya. Jane mengetuk pintu itu dengan perlahan.    Beberapa saat kemudian Jane mendengar langkah kaki mendekati pintu.   Cklek! Pintu itu terbuka.   Jane menunggu pintu itu terbuka lebih lebar, tapi penghuni kamar itu tidak membukanya lebih lebar.   Jane akhir
Baca selengkapnya
Part 3, Teman Makan Teman
[Flashback: tiga tahun yang lalu]   Dua bulan sebelum upacara kelulusan, universitas menyelenggarakan kompedisi design yang disponsori oleh beberapa perusahaan mode.   Hadiah yang ditawarkan sangat fantastis. Selain uang dan materi lainnya, pemenang akan direkrut sebagai designer tetap di perusahaan mereka. Tentu saja hal itu merupakan hal yang sangat diimpikan oleh semua mahasiswa jurusan design, terutama Jane.   Tidak ingin melewatkan kesempatan yang ada, Jane pun mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi tersebut. Di kepalanya sudah tergambar ide sesuai tema yang diberikan oleh pihak penyelenggara.   Waktu berlalu, batas waktu pengumpulan rancangan tersisa 15 hari  lagi.    Sementara itu Jane masih sibuk menyelesaikan detail rancangannya.   "Hai, Jane. Lagi ngapain?" Tanya Cherry ketika melihat Jane sendirian di ruang kelas. Sementara mahasisw
Baca selengkapnya
Part 4, Tawaran Menggoda
Pria bertubuh tinggi besar itu berjalan dengan cepat, dan tangannya mencengkram tangan Jane dengan kuat. Dalam hitungan detik dia berhasil membawa Jane menjauh dari kerumunan itu. Jane ingin berontak, tapi entah mengapa hati kecilnya memutuskan untuk menuruti pria itu tanpa membantah ataupun bertanya. Langkah mereka baru berhenti ketika berada di lantai atap gedung.   "Kau pikir kekerasan bisa menyelesaikan masalah?" Pria itu memutar tubuhnya, dan langsung mencecar Jane dengan pertanyaan.   "Aku tidak berniat begitu. Tapi kata-kata mereka keterlaluan. Aku tidak pernah melakukan hal senista itu," jelas Jane. Matanya berkaca-kaca menahan emosi.    Pria itu bergeming, mengeluarkan ponsel dari sakunya, kemudian menyerahkannya kepada Jane. Jane meraih ponsel itu dengan perasaan penuh tanda tanya. Jane langsung shock ketika melihat dress yang sama persis dengan desain yang ia kirimkan pada kompetisi.  
Baca selengkapnya
Part 5, Pertemuan Tengah Malam
Jane sampai di tempat janji temu dengan Diodra tepat waktu. Dia bersyukur karena Glen menjadwal ulang pertemuan ini sehingga ia kembali bisa membangun harapan positif. Dengan percaya diri, Jane melangkah memasuki cafe mewah itu.   "Selamat datang, Nona. Apakah Anda sudah reservasi?" Sambut seorang pelayan begitu Jane masuk.   "Saya ada janji temu dengan Mrs. Diodra. Apakah beliau sudah datang?" jawab Jane balik bertanya.   "Oh, Mrs. Diodra. Beliau sudah datang sejak 5 menit yang lalu. Silakan ikut saya, Nona," jawab pelayan itu ramah.   Pelayan itu berjalan lurus menuju sebuah meja. Dari tempatnya berada, Jane bisa melihat seorang wanita duduk membelakanginya.   "Selamat malam, Mrs. Diodra. Tamu Anda sudah datang."    Diodra menoleh, langsung melebarkan senyum ke arah Jane. Dengan sopan dia berdiri menyambut Jane. Mengulurkan tangan, kemudian menyapa Jan
Baca selengkapnya
Part 6, Pelampiasan Hasrat
Tidak lama setelah Jane masuk ke rumahnya, Aaron langsung tertawa terpingkal-pingkal. Lelaki yang selama ini selalu terlihat serius itu benar-benar sulit menahan dirinya kali ini. Ia tertawa sampai air matanya keluar. Ia tidak menyangka Jane akan menemuinya dengan penampilan selucu itu. Terlebih lagi Jane, tidak menyadarinya, dan dengan percaya dirinya ia bersikap canggung di depan Aaron. Begitu juga Chris yang terpaksa bertugas sebagai supir Aaron malam itu. Meski suara tawanya tidak terdengar, tapi bahunya terlihat turun naik menahan tawa. "Bagaimana pendapat kamu tentang gadis itu, Chris?" tanya Aaron setelah puas tertawa. "Dalam pandangan saya, dia gadis yang baik dan juga lugu. Selain itu dia juga terlihat sangat waspada, Sir.  Maaf, jika pendapat saya lancang. Sepertinya dia tipikal perempuan yang sulit untuk didekati," jawab Chris sambil terus mengemudi.  "Kau benar. Dia memang tidak mudah didekati. Tapi, bukannya tidak mungkin. Hanya
Baca selengkapnya
Part 7, Tertangkap Basah
"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Cherry. Suaranya tercekat ditenggorokan, sementara jantungnya berdetak kencang. Cherry tidak menyangka sama sekali kalau akan bertemu Glen dalam kondisi dirinya masih mengenakan handuk mandi, di kamar hotel, bersama dengan pria lain, pada waktu dini hari pula. "Justru aku yang seharusnya bertanya, Cher. Apa yang kau lakukan di sini? Dini hari begini? Bersama pria brengsek ini?" Cecar Glen dengan emosi.  Dia mendorong Cherry dengan beringas, membuat Cherry kehilangan keseimbangan, hingga terjatuh. Bobby yang tidak menyangka akan kedatangan Glen masih diam terpaku di tempatnya berdiri. Sungguh ia tidak siap menghadapi Glen yang sedang murka. Semua orang di kota ini tahu siapa Glen. Mantan atlit taekwondo, dengan rekor tak terkalahkan. "Kau salah paham, Sayang. Aku bisa jelaskan, tolong tahan dulu amarahmu," ujar Cherry seraya bangkit. Ia berjalan mendekati Glen, berusaha meredakan amarahnya dengan
Baca selengkapnya
Part 8, Bujuk Rayu
Diodra melangkah dengan perasaan berdebar menuju lift. Ketua tim desain baru saja memberitahukan bahwa CEO meminta Diodra untuk datang ke ruangannya. Selama di dalam lift Diodra tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya. Dia meyakini akan mendapatkan apresiasi yang melimpah dari bosnya berkat desain untuk koleksi musim panas yang ia berikan kali ini. Setelah lima tahun berkerja di perusahaan Caldwell Company, ini adalah pertama kalinya Diodra dipanggil keruangan bos besarnya itu. Selama ini ia hanya bisa mengagumi sosok tampan CEO itu lewat rekaman video yang diputar saat meeting. Diodra menghela nafas panjang begitu sampai di depan pintu kaca yang tingginya mencapai lima meter. Ruangan CEO memang dirancang khusus memiliki ruangan yang luas dan langit-langit yang tinggi, sehingga meskipun diisi oleh banyak orang ruangan itu tidak akan terasa panas. "Masuk!" suara bariton terdengar sesaat setelah Diodra mengetuk pintu.  Diodra membuka pint
Baca selengkapnya
Part 9, Penculikan
Malam itu, langit tampak cerah dihiasi ribuan bintang. Angin sepoi-sepoi pun berhembus, menghadirkan udara yang sejuk sehingga membuat orang-orang tidak ingin berdiam diri di rumah. Mereka ingin menghabiskan malam itu dengan berjalan-jalan atau hangout dengan orang-orang terkasih. Pukul 8 kurang 5 menit, Aaron tiba di galeri kota. Rona wajahnya tampak sangat bahagia. Dia menyempatkan diri untuk berkaca, sekedar merapikan rambut sebelum turun dari mobil. Dengan langkah berwibawa, Aaron melangkah menuju galeri. Sambil menunggu Jane, ia putuskan untuk berjalan-jalan di sekitar lobby yang memajang beberapa benda seni. Selang beberapa menit, ia menoleh ke pintu, berharap orang yang ia tunggu-tunggu datang. Namun ia harus menahan kecewa karena Jane yang ia tunggu masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Aaron melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya, jarum panjamg telah mengarah ke angka tiga, itu berarti hampir 15 menit Jane terlambat da
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status