Istri Kedua

Istri Kedua

Oleh:  Miftahul Jannah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.6
5 Peringkat
50Bab
8.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Wati yang harus kehilangan keperawanannya terpaksa menghindari dari laki-laki yang disukainya. Hingga akhirnya dia menikah dengan orang yang salah dan mengalami KDRT, kemudian bercerai. Jaka adalah laki-laki yang disukai Wati. Jaka sangat ingin menikahi Wati. Namun, akhirnya harus menikahi perempuan yang menjebaknya. Saat waktu mempertemukan mereka kembali, Jaka tidak bisa membendung perasaannya pada Wati, dan tanpa pikir panjang melamar Wati untuk dijadikan istri kedua. Bagaimana kah kehidupan Wati dan Jaka? Selamat membaca. Terima Kasih.

Lihat lebih banyak
Istri Kedua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
sejuk
love love love
2021-08-31 18:18:55
1
user avatar
Miftahul Jannah
terima kasih
2021-08-23 14:40:40
1
user avatar
Mini Yuet
Rasanya menjadi istri kedua pasti tidak enak. Semangat thor..
2021-07-03 05:20:52
1
user avatar
Ootbaho
Baru baca bab 1, tapi udah bisa tebak perjuangan Jaka dan Wati. Semangat updatenya kakakkk,😘😘😘😘
2021-07-02 22:06:51
1
user avatar
Putra Bagan
jangan lama2 ya lagi seru2 nya semoga cepat kelar bab selanjutnya .biar ngak penasaran dengan ending nya good jobs
2021-08-10 01:05:47
2
50 Bab
Part 1
"Abang, Ibu katanya kangen Wati. Apa Wati boleh pulang Bang?" Tanya Wati kepada Jaka, usai dia menutup telepon dari ibunya.  "Sayang, ibu aja ya yang disuruh ke sini. Kamu kan lagi hamil anak Abang." "Tapi perjalanan ke sini kan jauh Bang kalau naik bis. Kalau naik pesawat kan mahal, Bang." "Pakai aja uang tabungan kita untuk ibumu naik pesawat. Sepertinya cukup untuk dua orang, biar ada yang jagain ibumu. Ibu suruh tinggal di sini aja kalau mau. Kan bentar lagi Kamu lahiran, Sayang." "Tabungannya kan buat lahiran, Bang." "Sudah, ngga apa-apa, Sayang. Nanti Abang cari sampingan lagi." Jaka mengecup kening Wati. Air mata Wati menetes. "Kenapa menangis?"  "Wati bersyukur punya suami seperti Abang." "Abang lebih bersyukur punya istri seperti Kamu." Dikecupnya lagi kening Wat
Baca selengkapnya
Part 2
Ibu melihat ke sekeliling rumah kontrakan Wati dan Jaka. Ada dua kamar berukuran 3x3. Satu kamar Wati, Jaka dan Aditya, satu kamar tamu. Walau pun sederhana dan kecil tapi rumah berwarna putih itu terlihat apik dengan interior berwarna-warni nuansa pastel. Tanaman-tanaman hijau dan bunga-bunga mawar, aster, dan anggrek di halaman. Hari ini warung makan tetap buka. Wati memiliki dua karyawan. Ibu tersenyum melihat warung makan Wati yang penuh pelanggan. "Tutup jam berapa, Nak?" Tanya Ibu. "Kalau sudah habis, Bu. Biasanya jam 2 siang juga sudah habis. Ini saja sudah tinggal sedikit, Bu." Jawab Wati. Waktu menunjukkan pukul 13.00. "Wati sudah nyiapin menu kesukaan ibu. Soto Lamongan. Ayo Bu kita makan!" "Ibu ganti baju dulu ya, Wati." ***** Jaka menangis di pangkuan Wati. Air matanya tak henti-henti mengalir. Dia
Baca selengkapnya
Part 3
Jaka baru saja tiba di terminal. Di lihatnya istrinya sudah menunggunya. Jaka menarik nafas panjang, mencoba menata hatinya. "Ayah ...!!!" Istrinya langsung memeluknya. "Bunda rindu sekali dengan Ayah." Jaka membalas pelukan istrinya. Istrinya perempuan yang manja, sangat berbeda dengan Wati. "Humaira dititip sama ibu ya, Bunda?" Tanya Jaka. "Iya Ayah. Humaira sudah kangen sekali dengan Ayah." Mereka pun menuju arah pulang dengan menggunakan motor matic. Jaka membawa banyak barang bawaan. Tidak lupa dia membawa mainan untuk Humaira. Mainan yang dipilihkan Wati dan ada mainan yang dibelikan Wati khusus untuk Humaira putri Jaka yang berusia lima tahun. ***** "Ayah ...!!!" Humaira langsung memeluk ayahnya. "Ayah kenapa lama sekali baru pulang?" "Kan Ayah kerja, Sayang. Ayah punya sesu
Baca selengkapnya
Part 4
Ibu Jaka memeluk erat Wati saat tiba di kontrakan Jaka dan Wati. Padahal ibu Jaka tidak begitu kenal dengan Wati. Beliau hanya mendengar tentang Wati dari Jaka anaknya. Beliau percaya kali ini anaknya tidak akan salah memilih istri. Wati tidak pernah berani menghubungi ibu Jaka, karena dia takut ibu Jaka sedang bersama istri pertama Jaka. Jaka pernah bilang ibu Jaka sering bersama istri pertamanya. "Ibu senang akhirnya bisa tiba di sini." Ibu terlihat sangat bahagia. Jaka tersenyum melihat ibunya. Sudah lama dia tidak melihat ibunya seperti itu. "Ibu pasti capek. Ibu istirahat saja dulu!" Ajak Wati, setelah mencium tangan ibu mertuanya itu. "Tidak... Tidak... Ibu mau ngobrol banyak denganmu dan ibumu. Ibu sudah terlalu banyak tidur di bis." Ibu kemudian duduk di sofa. Wati masuk ke dapur dan kembali dengan teh hangat dan sepiring cake marmer buatannya. Jam menunjukan pukul 10.00 pagi. "Lastri, a
Baca selengkapnya
Part 5
"Abang... Wati keluar air terus Bang." Beritahu Wati ke Jaka yang baru pulang dari Masjid untuk shalat subuh. "Maksudnya?" Jaka terkejut. "Mau lahiran Bang." "Ya sudah, ayo berangkat." Jaka langsung menggandeng Wati menuju mobil. "Abang, tunggu dulu!" "Ada apa lagi sayang?" Jaka terlihat panik. "Ibu dan Adit. Tas juga Bang." "Iya... Iya... Kamu masuk mobil aja dulu!" Wati pun menuruti perintah Jaka. Jaka kebingungan apa yang mau dia lakukan. Dia mondar-mandir di depan mobil. "Abang!!! Abang kok malah mondar-mandir?" Jaka tidak menoleh sedikit pun. Wati akhirnya keluar dari mobil. Dia berdiri tepat di hadapan Jaka. "Abang...!!!" "Ma'af... Ma'af... Abang bingung Wati." "Ya sudah, Abang tunggu di si
Baca selengkapnya
Part 6
Tangis si kecil membuat ramai suasana di rumah Wati dan Jaka. Sampai-sampai Jaka enggan pulang ke rumah istri pertamanya, begitu pula ibunya. "Abang ngga boleh begitu! Abang harus pulang! Sudah waktunya Abang bersama istri pertama Abang." Ucap Wati. Jaka memeluk Wati dari belakang. Wati sedang menyusui si kecil. "Abang... Abang harus bersikap adil." "Abang akan sangat merindukan kamu dan anak-anak kita. Abang masih ingin di samping Habibi." Jaka mengecup pipi Habibi, anaknya yang baru berusia dua bulan. "Abang... Abang perginya cuma sepuluh hari." "Abang akan sangat merindukan kalian." Jaka mengecup kening Wati. ***** Jaka gelisah, tidak bisa tidur. Jam dinding menunjukkan pukul empat dini hari. Ini hari pertama dia bersama istri pertamanya. Seharian pikirannya disita oleh Habibi anak laki-lakinya.
Baca selengkapnya
Part 7
Humaira tertidur di dalam pelukan Jaka. Diletakkannya Humaira di atas kasur dalam kamar bu Ratna. Di tatapnya gadis kecil itu. Gadis kecil yang tidak berdosa. Air mata Jaka jatuh. "Jaka, apa yang terjadi?" Ibu Ratna mengagetkan Jaka. Buru-buru Jaka mengusap air matanya. "Bagaimana bisa Humaira kamu bawa ke sini?" "Jaka ribut sama Lintang Bu." "Tapi, apa harus kamu memisahkan Humaira dengan ibunya? Walau bagaimana Lintang itu ibunya, yang melahirkannya. Apa kamu tidak kasian pada Lintang dan Humaira?" "Jaka tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Lintang Bu. Jaka lelah Bu." Jaka memeluk erat kaki ibunya. Tangisnya pecah. "Humaira akan kebingungan saat dia terbangun nanti Jaka. Akan ada banyak pertanyaan dipikirannya. Anak sekecil ini tidak seharusnya merasakan kebingungan Jaka." "Jaka minta maaf atas sikap Li
Baca selengkapnya
Part 8
"Ibu, Siapa perempuan yang tinggal dengan Mas Jaka di sana?" Tanya Lintang ke ibu Ratna. "Tentu saja istri sahnya." Jawab bu Ratna sedikit emosi. "Apa maksud Ibu? Jadi selama ini mas Jaka membohongi aku? Selama ini dia punya istri selain aku? Sejak kapan Bu? Sejak kapan?" Lintang sangat marah. "Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Jaka?" "Aku tidak mau ribut di telepon dengan mas Jaka. Tolong jawab aku Bu!!!" "Jaka menikah lagi dua tahun yang lalu." "Jadi Ibu merestui anak Ibu selingkuh dari aku?" "Seandainya aku bisa menyuruh Jaka menceraikanmu, aku akan menyuruhnya menceraikanmu Lintang." Jawab bu Ratna kesal. "Aku tau, dari awal Jaka mengenalkanku pada Ibu dan Bapak, Kalian tidak suka padaku. Aku tau rumah yang aku tempati itu Jaka bangun untuk Wa
Baca selengkapnya
Part 9
Lintang gelisah menunggu Dito di Cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Bolak-balik dilihatnya layar di Handphone IPhone 11 Pro berwarna putih miliknya, menunggu pesan dari Dito, karena tidak biasanya Dito terlambat. "Kemana mas Dito? Tidak biasanya dia membuat aku menunggu selama ini." Batin Lintang. "Sayang, maaf aku datang terlambat." Suara Dito mengagetkan Lintang. Laki-laki berkulit kuning langsat, berwajah tampan, dengan tinggi 175 cm dan berat 75 kg. Dito mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua dan celana berbahan jeans berwarna biru muda. "Kenapa lama sekali?" Rengek Lintang. "Macet sayang. Kan ini malam Minggu." "Iya... Iya..." Jawab Lintang merajuk. "Kamu juga ngga kaya biasanya pake ngga mau dijemput segala." "Kan Lintang sudah jelaskan ke mas alasannya."
Baca selengkapnya
Part 10
Lintang uring-uringan di dalam kamarnya. Dia kesal karena Dito tidak membalas pesannya, bahkan telepon darinya pun tidak diangkat. "Apa sih maunya mas Dito? Apa dia benar-benar mau melepasku? Mau hidup pakai apa dia kalau tidak dapat uang dari aku?" Kesal Lintang. "Bunda... " Teriak Humaira mendekati Lintang yang sedang kesal. "Mau apa ke sini?" Tanya Lintang kesal. "Bunda kenapa marah?" Wajah Humaira yang tadinya ceria berubah jadi sedih. "Keluar sana, jangan ganggu Bunda!!!" Teriak Lintang. Humaira langsung berlari keluar, dia sesenggukan. "Ada apa sayang?" Tanya bu Gita neneknya. "Bunda... Marahin Humaira nek... padahal Humaira... Humaira... Humaira ngga tau salah apa." Jawabnya terputus-putus sembari terus menangis sesenggukan. "Jangan nangis lagi y
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status