Takdir Cinta Kita

Takdir Cinta Kita

Oleh:  Pena_Malam71  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cinta itu tidak ada tahu kapan dimulainya, namun dapat dirasakan kedatangan cinta itu semakin lama semakin bersemi. Namun begitu pedih bila rasanya yang dicintai itu tiba-tiba hilang ingatan dan melupak kisah cinta yang pernah terjadi. "Mas, kapan kamu ingat aku?"

Lihat lebih banyak
Takdir Cinta Kita Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
6 Bab
Layaknya Bidadari
 "Assalamu'alaikum, Mas."Suara lembut itu tiba-tiba terdengar di telinga Hasan."Siapa pemilik suara itu? Aku belum pernah mengenalnya, apa orang lain? Tidak mungkin kalau itu suara Ibu, bukankah suara Ibu tidak seperti itu?" Hasan beranjak. Sekaligus Ia mengehentikan kedua tangannya, yang tengah menyapu teras rumahnya yang berserak dedaunan di antara tiang-tiang kokoh yang mengapit rumah. Nampaklah sosok gadis cantik berwajah seri, dengan riasan ala pengantin Kota Yaman melangkah di antara hembusan angin lalu."Subhanallah ... gadis itu begitu cantik. Namun aku tiada pernah mengenalnya."Cahaya mentari siang itu, sebagian membias wajah gadis cantik itu. Seakan gadis cantik itu, menguasai sinar yang jatuh menerpanya.Seketika Hasan tiada bisa berpaling. Justru Ia tidak akan pernah menghentikan tatapannya. Karena di balik tatapan itu, seperti tersembunyi suatu kesyahduan
Baca selengkapnya
Tasbih Yang Sama
 ***Langit nampak dipenuhi awan pekat. Sinar mentari perlahan meredup seketika. Menghapus bayangan benda yang terpapang di atas tanah.Sudah dua hari hujan deras di sekitar sore membasahi Kota Yaman tanpa henti. Tidak hanya hujan saja, angin kencang pendatang khawatir  juga menyerta. Di kamar, Hasan sibuk dengan bajunya yang harus satu persatu Ia setrika. Panas yang jarang  membuat cuciannya harus berlama-lama dijemur dan membuatnya harus menyetrika bagian-bagian yang belum kering dan kusut.“Kamu diniah?” tanya Syahrir sambil berjalan menghampiri Hasan.Syahrir masih lengkap memakai almater kampusnya yang berwarna kebiruan itu, mungkin Ia tidak sempat mengganti dulu selekas pulang dan sekiranya langsung datang untuk menemui Hasan.“Diniah ... kenapa nanyain itu?”Hasan tidak menoleh sedikitpun wajah Syahrir yang ada di sampingnya, mungkin karena Ia mengingat waktu yang
Baca selengkapnya
Tentang Cinta
 Hanyalah ada cahaya kilat yang memancarkan kekhawatiran, menyambar kesegala arah dari atas langit yang kali ini dilihat Laila."Hai ... hujan ... hujan deras, cepat masuk aula!" teriak santriwati yang kerap tertimbun kerisauan.Laila setengah berlari kecil, meninggalkan cara berjalannya yang begitu pelan. Demi mempercepat langkah, Seakan Laila mendadak di kejar-kejar oleh derasnya air hujan yang ingin menuju ke arahnya dari arah belakang."Alhamdulilah, sekiranya allah menyelamatkannku dari derasnya hujan. Bila tidak, mungkin seragam diniahku akan basah kuyup saat memasuki aula."Nafas Laila seperti tersengal-sengal dan ada juga beribu kelegahan. Laila terdiam sejenak. Menghentikan langkah untuk segera mengambil posisi duduk.Ia berdiri membelakangi pintu, di samping pula gorden jendela aula yang masih terikat. Tiada kaca putih ataupun hitam yang mampu menutupi lukisan-lukisan alam tiga dimensi itu.Jendela hijau itu, han
Baca selengkapnya
Nada Hujan
  Sebenarnya Hasan agak penasaran dengan nama gadis yang Ismail cintai itu, namun Ismail tidak mengatakan siapakah nama gadis itu. Saat Hasan tanya selalu hanya menginisialkan namanya. Semoga saja gadis yang Ia cintai memiliki perasaan yang sama seperti Ismail. Harapan Hasan cukup itu saja."Tidak ah, hawa dingin membuatku masih ingin berteduh, hujan masih deras. Angin juga masih terlalu kencang rasanya malas menerobos rasa dingin, kalau mau ke pondok, pergi saja dulu, nanti ujung-ujungnya aku akan nyusul!"Tatapannya seakan tiada berpalingnya melihat gemericik air yang menyentuh tanah itu, Ia pun tidak membalas tatapan mata Hasan, bahkan tidak menolehkan wajahnya.Mungkin mata berselaput hitamnya ingin mengamati angin kencang yang masih berkali-kali menggugurkan daun dan Ia masih ingin merasakan, antara pahit dan manis segala kerinduannya yang terkapar."Assalamu'alaikum."Separuh rasa kesal agak m
Baca selengkapnya
Gadis Itu?
 Tentunya tanpa adanya Mbak Harvey dirasa Laila tidak cukup seru. Karena yang biasanya diajak cerita Laila, hanya Mbak Havey itu.Sebenaranya Laila ingin sekali gabung dengan teman lainnya, namun Laila rasa bila awalnya Ia sudah tidak dekat rasanya cangguh dan bisa-bisa di ujung Ia bicara sudah dianggurin.Tidak hanya itu, terkadang Laila juga kurang berbicara, bisanya diam seusai cerita di bagian awal. Banyaknya santri yang tidak masuk, menjadikan alasan jalan yang dilalui Laila sepi kunjungan. Sehingga tidak sedikit Laila temukan, suara perbincangan dan tawa santriwati yang membuat keramaian di sepanjang jalan ataupun hanya saja sekedar suara kehadiran seseorang dengan gesekan sandal polos yang dipakainya. Semua hal itu, membuat dua telinga Laila harus selalu mendengar hujan deras yang kerap tanpa ada jeda dan hentinya. Memang ada sebagian anak pondok Laila yang ikut diniah juga hadir, namun mereka suka
Baca selengkapnya
Pemilik Suara
 Hembusan angin seakan menyentuhkan nafas Laila secara langsung dengan pemilik suara itu. 'Apakah ini mimpi?'Laila memperhatikan wajah kuning langsat pemilik suara itu yang terkena air, peci hitam yang masih menetap dikepalanya. Kemeja birunya yang basah kuyub, bahkan cara pemilk suara itu memandangnya dengan senyum ramahnya.Semua begitu terekam jelas dibenak Laila. Namun Tidak terhitung beberapa selang detik iman Laila mengingatkan. Bahwa apa yang ditatapnya adalah seseorang lawan jenisnya.'Seharusnya aku tidak menatapmu begitu dalam. Sehingga aku tidak menaruh sedikit rasa padamu. Namun sejujurnya aku mulai mengagumimu, entah kenapa? aku benar-benar tidak tahu.'"Pergilah ... semoga allah selalu melindungimu di setiap langkah dan setiap detik selangnya waktu!" Laila menganggap pemilik suara itu adalah seorang lelaki yang mengerti tentang cara mengahargai seseorang. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status