Janda Laila

Janda Laila

Oleh:  Syatizha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.7
37 Peringkat
103Bab
144.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Laila menggugat cerai suaminya sebab Suami beserta mertuanya menyuruh ia untuk rela dipoligami. Lantaran Laila tak juga memberi keturunan. Bukan hanya disuruh merelakan sang suami menikah lagi, ternyata Haris yang tak lain nama suami Laila telah berselingkuh dengan banyak wanita. Laila sangat muak dan kecewa mengetahui perselingkuhan suaminya, oleh karena itu ia memilih bercerai hingga menyandang status Janda. Namun, cinta Laila tidak berhenti di situ, ada lelaki tampan dan usianya jauh lebih muda dari Laila yang telah lama jatuh hati pada wanita keturunan Arab tersebut. Akankah Laila menikah lagi setelah bercerai dengan suaminya? Ataukah, memilih menyandang status sebagai Janda Laila selamanya?

Lihat lebih banyak
Janda Laila Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Syatizha
Hai salam kenal. saya penulis cerita ini. Sebelumnya maaf ada kesalahan di salah satu bab. sekarang sudah sy revisi. enjoy and happy reading.
2023-09-09 08:21:48
0
user avatar
Me Nana
ceritanya best.. selamet bt damar dan laila.. akhirnya happy ending jgk .
2023-08-24 22:32:37
1
user avatar
Nurlaela
menegangkan, alur yang bagus, menghibur, lucu
2023-08-24 17:30:31
1
user avatar
Amol Jhee
bagus banget
2022-07-15 00:49:22
2
user avatar
dtyas
yuk mampir Jerat Cinta Duda Bucin
2022-03-14 20:06:08
0
user avatar
Nisa Nurpasa
Mampir juga yuk ke novel 'Menikahi Gadis Desa' ... Sarah Larasati, terpaksa menerima perjodohan dengan seorang pria kota bernama Fabian Aditama. Bukan tanpa alasan ia menerima perjodohan ini, hutang sang ayah lah yang menjadi alasannya. Akankah Sarah bahagia bersama pasangannya kelak? Atau hanya p
2022-03-12 20:20:10
1
user avatar
Asa
baru baca beberapa bab awal bagus ceritanya... & total babnya jg dikit cm 100an... siiip deh ga kaya novel2 lainnya yg diatas 500an bab blm tamat jg...
2022-03-10 15:11:40
2
user avatar
rabbit
yuk baca pemuda yang tidak terduga
2022-03-06 19:51:07
0
user avatar
rabbit
ceritanya menarik
2022-03-06 19:50:50
0
user avatar
Bruce Stelle lee
pemuda yang tidak terduga
2022-03-06 18:52:50
0
user avatar
Masandra
mampir yuk pria tampan terdahsyat yang legendaris pemuda yang tidak terduga arti sebuah perbedaan
2022-03-06 18:06:07
0
user avatar
Elang
sip pemuda yang tidak terduga
2022-03-06 16:53:29
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-29 08:10:47
1
default avatar
Atan Aceh
Ceritanya menarik
2022-01-26 09:38:01
0
user avatar
Syatizha
terma kasih sy ucapkan yang udh komentar, kash ulasan dan vote. smga dilimpahkan rejeki. aamiin
2022-01-23 04:44:54
0
  • 1
  • 2
  • 3
103 Bab
Cerai atau Poligami?
“Kau pilih cerai atau ijinkan Haris menikah lagi?!” tanya Ibu mertua tiba-tiba. Jantungku seperti mau copot mendengarnya. Tidak ada angin, tidak ada hujan, kenapa Ibu mertua yang selama ini aku anggap seperti ibu kandung sendiri bertanya demikian?Aku mendongak sambil mencengkram sepatu high heels yang baru saja kulepas. Andai saja bukan orang tua, sudah kusumpal mulutnya dengan sepatu ini.  Tidak punya perasaan bertanya seperti itu. Pada menantunya pula!“Maksud Ibu apa?” Aku berdiri menghadap Ibu mertua. Raut wajahnya tidak seperti biasa, nampak tak bersahabat. Sepersekian menit ia tetap bungkam, enggan menjawab.Aku mengembuskan napas.Sudah letih pulang kerja, sampai rumah ditodong pertanyaan macam itu. Kulirik Bang Haris. Wajahnya tenang sekali. Bahkan kedua matanya tak ingin menoleh. Memilih asyik nonton televisi. Aku mengembuskan napas panjang.“Kenapa tiba-tiba Ibu nanya kayak gitu? Masih kurang uang bulanan
Baca selengkapnya
Sahabatku Siska
Tiba di ruang meeting, semua mata menatapku. Mungkin merasa aneh, kenapa kali ini aku telat. Biasanya datang lebih dulu atau tepat waktu. Semua ini gara-gara membahas omongan ibu mertua semalam.  Aku mengatur napas, mengembuskan, lalu berdehem.“Maaf saya terlambat tujuh menit. Silakan meetingnya dimulai,” ucapku melirik arloji. Menyimpan tas, Kemudian duduk.Seperti biasa, Siska mengawali pembahasan. Wanita seumuran denganku itu menceritakan tentang pertemuannya kemarin dengan salah satu pengusaha pabrik Mie Instan untuk mengiklankan produknya. Alhamdulillah, perusahaan itu mempercayakan produknya pada perusahaan Advertising kami.Aku mendirikan perusahaan Advertising atau periklanan bekerja sama dengan Siska. Dia adalah sahabat karib sejak sekolah menengah dahulu. Sampai kuliah kami tetap bersama. “Masalahnya kita belum punya pengganti Merry yang cuti melahirkan. Jadi, siapa yang akan gantiin Merry di bidang kreatif?”
Baca selengkapnya
Informasi Penting
Rasanya baru kali ini malas pulang rumah. Ibu pasti akan membahas hal yang sama. Apalagi tadi pagi aku sudah bilang, membahasnya nanti malam selepas pulang kerja. Kuhembuskan napas. Membuka ponsel. Barang kali Bang Haris masih memberiku perhatian seperti dua minggu lalu. Astaghfirullah ... Aku baru sadar, ternyata dia sudah jarang mengirim pesan whatsApp atau menelpon. Banyaknya pekerjaan membuatku lupa urusan pribadi. Kurapikan berkas-berkas, memasukan ponsel ke dalam tas, kemudian keluar ruangan. “Bu Laila!” Suara laki-laki memanggil. Aku menoleh. Ternyata Adam, karyawan yang bekerja di bagian Eksekusi Iklan. “Iya, ada apa?” “Cuma mau bilang, gambar untuk iklan yang tadi pagi kita bahas sudah ada.” “Lho kok bisa? Bukannya harus nunggu kreatifnya dulu?” “Harusnya
Baca selengkapnya
Karyawan Baru
Tiba di ruang meeting, semua mata menatapku. Mungkin merasa aneh, kenapa kali ini aku telat. Biasanya datang lebih dulu atau tepat waktu. Semua ini gara-gara membahas omongan ibu mertua semalam.  Aku mengatur napas, mengembuskan, lalu berdehem.“Maaf saya terlambat tujuh menit. Silakan meetingnya dimulai,” ucapku melirik arloji. Menyimpan tas, Kemudian duduk.Seperti biasa, Siska mengawali pembahasan. Wanita seumuran denganku itu menceritakan tentang pertemuannya kemarin dengan salah satu pengusaha pabrik Mie Instan untuk mengiklankan produknya. Alhamdulillah, perusahaan itu mempercayakan produknya pada perusahaan Advertising kami.Aku mendirikan perusahaan Advertising atau periklanan bekerja sama dengan Siska. Dia adalah sahabat karib sejak sekolah menengah dahulu. Sampai kuliah kami tetap bersama. “Masalahnya kita belum punya pengganti Merry yang cuti melahirkan. Jadi, siapa yang akan gantiin Merry di bidang kreatif?”
Baca selengkapnya
Pencuri di Kamarku
Aku menunggu Damar yang sedang serius di depan laptop selama lima belas menit. Menghela napas, beranjak menuju jendela kaca. Melihat panorama jalan raya di pagi hari. Pikiranku tiba-tiba mengawang pada pertemuan pertama dengan Bang Haris. Bugh!! Saat itu, tanpa sengaja menabrak tubuh Bang Haris di koridor kampus. Tidak ada kemarahan dari wajahnya. Ia justru tersenyum dan membantuku berdiri serta mengambil buku-buku yang berserakan. “Maaf,” ucapku membungkuk. Lagi, laki-laki berkulit putih yang berdiri di hadapanku tersenyum. “Gak apa-apa,” sahutnya. Kemudian ia berlalu. Aku pun melanjutkan langkah menuju ke perpustakaan. Tak disangka, di perpusatakaan bertemu kembali dengannya. Di sana, kami pun berkenalan. Sejak kejadian itu, aku mengetahui siapa Bang Haris. Ternyata Bang Haris kakak tingkat.
Baca selengkapnya
Di Bawah Kasur
Ibu menatapku dengan bengis. Kedua matanya memerah, menahan amarah. “Lepasin tangan, Ibu! Lepasin!”“Oke!”Aku masih tetap siaga, kalau-kalau Ibu melayangkan tangannya kembali. “Mantu kurang ajar! Gak punya sopan santun!” Aku tersenyum sinis.“Aku kayak gini karena sikap Ibu. Mertua matre, gak tau diri, kasar!”Gigi Ibu bergemelutuk. Kedua tangannya mengepal. “Benar kan?” tanyaku.“Awas kamu! Ibu aduin ke Haris. Udah berani ngelawan!”“Sana aduin. Laila gak takut.” Jawabku enteng.Ibu keluar kamar. Langkah kakinya terhenti saat melihat Bi Inah sedang berdiri di sisi pintu.“Oooh ... Ibu tau ... Pasti Pembantu ini kan yang ngadu sama kamu?”Astaghfirullah ... Masih saja ngeselin. Aku menoleh. “Eh, jangan pernah ikut campur urusan kami. Ngerti? Dasar Babu!!” Maki
Baca selengkapnya
Perkenalan
#POV_Ibu_Mertua Namaku Sarnih, berasal dari kampung pinggiran kota. Perkampungan kumuh tepatnya. Tapi itu beberapa tahun silam. Sekarang aku sudah berganti nama menjadi Sahrini. Biar lebih keren. Karena aku bukan lagi Sarnih si penjual gorengan keliling, melainkan wanita sosialita. Memiliki teman arisan, dan pengoleksi perhiasan. Kastaku terangakat berkat kepiawaian anak semata wayangku dalam menaklukan Laila anak tunggal pemilik perkebunan teh terbesar di Negara ini. Yang aku dengar, teh yang dihasilkan dari perkebunan keluarga Laila akan diimpor ke luar negeri. Aduhaaaii ... bahasaku keren sekali. Udah kayak orang kaya sungguhan. Kasta, sosialita, impor, bahasa asing yang dulu tak pernah aku ucapkan. Sebenarnya Haris tipikal laki-laki playboy. Dulunya kerap kali bergonta ganti pacar. Kenapa aku bisa tahu? Ya karena aku ibunya. Haris selalu bercerita tentang wanita-wanita yang ia dekati. Tentu bukan karena cinta. Semua itu karena harta. 
Baca selengkapnya
Benda Aneh
 Benda apa itu? Kok seperti gulungan rambut? Kayaknya benar rambut. Kucoba menelisik benda persegi empat yang dibalut oleh helaian-helaian rambut yang sangat tebal.“Bi, coba ambil yang itu.” Perintahku, Bi Inah mengangguk. Mengambil benda persegi panjang tersebut.Bi Inah dan Mang Karman meneliti. Mengorek benda apa sebenarnya di balik balutan rambut. “Ini gepokan uang, Non!” seru Mang Karman. Gulungan rambut disingkirkan. Terpampang jelas setumpuk uang seratus ribu. Aku heran, kenapa uang sebanyak itu dililit dengan rambut sangat tebal?“Kok dililit sama rambut? Buat apa?” tanyaku heran. Menatap suami istri yang berdiri di depanku bergantian. Sejenak kami diam.“Bibi tau, Non.” Celetuk Bi Inah. Memecah keheningan. Aku dan Mang Karman menatap Bi inah seksama. Menunggu kelanjutan ucapannya. “Katanya, kalau uang kita dililit dengan rambut. Tuyul, babi ngepet, atau
Baca selengkapnya
Keputusanku
 “Jangan ngomong sembarangan, Laila!” Gertak Bang Haris. Ibu memegang lengan anaknya. Menenangkan. Aku sendiri bersikap tak peduli. Acuh tak acuh. Kenapa mesti takut dengan mereka? Wong ini rumahku sendiri.“Aku serius!” jawabku menatap mereka nyalang. Enak saja, mereka memberiku pilihan. Pilihan yang jsutru sangat merugikanku. Benar kata Siska, mereka berdua memang parasit!“Ya sudah kalau itu emang maumu. Tapi kamu yang harus biayai perceraiannya!” Ibu menyela. Sudah kuduga, pasti Ibu tidak mau rugi.“Gak masalah. Yang penting sekarang kalian keluar dari rumah ini!” ucapku tegas. Jari telunjuk menjuntai ke pintu luar. Mereka pikir aku akan mengemis untuk tidak ditinggalkan? Ah, no!! Meskipun sekarang kedua orang tuaku telah tiada, tapi aku masih punya orang-orang yang peduli. Orang-orang yang sayang padaku dengan tulus.“Oh gak bisa. Sebelum ketuk palu, kami masih berhak tinggal di sini.
Baca selengkapnya
Wanita Lain
 “Ini kopinya,” Damar datang membawa kopi pesananku. “Makasih,” jawabku singkat. “Eh, ngapain duduk di sini?” Laki-laki itu tanpa permisi duduk di kursi samping kiri.“Temenin lo lah.” Kedua bola mata Damar menatapku intens. Aku salah tingkah. Membenarkan posisi duduk.“Gak perlu. Aku pengen sendiri.” Tolakku ketus. Lagian jadi orang sok akrab banget. Kenal juga baru tadi siang. Udah sok peduli. Aku melirik ke arahnya. Damar masih saja menatapku.“Eh! Jangan liatin aku kayak gitu!!” Aku melotot Jengah! Tapi Damar bergeming. Pandangannya tak beralih.“Lo lagi ada masalah?” tanyanya. Aku memalingkan muka.Kali ini aku pilih diam. Meniup uap kopi, lalu menyesapnya perlahan. Damar masih menunggu jawaban.“Ya elah, ditanya diam aja.” Aku tak peduli. Memainkan ponsel, membuka sosial media.“Oh iya, gue u
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status