Jodoh Pilihan Ayah

Jodoh Pilihan Ayah

By:  Mochallate  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings
36Chapters
4.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Adinda Gautama: - 21 tahun - Mahasiswi IKJ Semester 7 - Sopan, Santun, Polos Damian Brata Wijaya - 27 tahun - Artis - Berengsek, Posesif, Emosional °°° Adinda dan Damian terpaksa harus menikah karena dijodohkan kedua orang tuanya. Dua sifat yang berbeda disatukan dalam ikatan bernama pernikahan. Adinda yang polos harus menghadapi suaminya yang isi otaknya hanya dada dan selangkangan. Banyak sekali cobaan yang Adinda terima semenjak menjadi istri Damian. Akankah Adinda bertahan dengan pernikahannya atau memilih mundur dari segala rencana? Temukan semuanya di sini, eksklusif hanya di GoodNovel!

View More
Jodoh Pilihan Ayah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mochallate
Bagus! Harus baca!
2021-08-31 09:42:23
0
user avatar
Andini
enak kali ceritanya ...
2021-08-23 00:08:16
0
user avatar
Mochallate
bagus! kudu baca nih kalian semua!
2021-08-22 21:21:33
0
user avatar
Cheezyweeze
Seru nih baca blurbnya, duh actorny pgn aku sentil ...
2021-08-18 21:27:48
0
36 Chapters
001 | Kesepakatan
"Dasar laki-laki, pikirannya cuma dada sama selangkangan!"  °°° "Ahh...." Damian langsung menyingkir dari atas wanita yang baru selesai dipakainya untuk memenuhi kebutuhan biologis. Pria itu melepas karet pembungkus senjatanya, membuangnya ke tong sampah terdekat sembari beranjak.  Memungut kembali celana jins yang dipakainya kemudian merapikan baju yang tadi sempat ditarik-tarik oleh wanita sewaannya.  Senyumnya tertarik sedikit saat melihat betapa kacaunya penampilan wanita dibalik selimut itu. Wanita itu juga memandangi Damian, pria yang bercinta dengan memakai topeng di kepalanya. Wanita itu penasaran pria seperti apa yang baru saja menggagahinya dengan liar. Kalau dilihat bentuk badannya sangat bagus, tapi wanita itu tidak bisa menebak bagaimana rupanya. Apakah tampan atau tidak. Tapi, terlepas dari itu yang terpenting dia puas, apalagi uang yang d
Read more
002 | Konflik Batin
"Di satu sisi ingin menolak, sisi yang lain memaksa untuk menerima."  °°° "Berisik banget sih lo semua!" pekik Angel di tengah kantin kampus yang memang tidak pernah hening.  Pekikannya hanya sebagai pelampiasan atas kekesalan yang dialaminya. Ia pikir setelah mengikuti magang masalah hidupnya akan sedikit berkurang, tapi ternyata tidak semudah itu. Banyak sekali output tambahan yang diminta dosen pembimbing lapangan pada kelompok mereka.  Angel kembali mengerang sebelum menjatuhkan wajahnya ke atas meja kantin, menghentak-hentakkan kakinya kesal.  Adinda menatapnya khawatir, takut temannya gila hanya karena disuruh mengerjakan output dari dosen pembimbing lapangannya. Angel itu sulit sekali menahan emosinya, dia bisa memaki secara gamblang. Tidak pandang bulu siapa yang sedang dimaki atau diumpatinya.  "Temenmu 'kan tetap
Read more
003 | Menata Ulang
"Garis takdir memang tidak pernah bisa ditebak, sebagai manusia biasa kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik." °°° Adinda tersenyum ketika melihat Bunda Amira—ibu Damian—masuk bersama Mama ke ruang inap Papa. Dia mendekati wanita itu dan Mama kemudian menyalim tangannya.  Sementara Mama mendekati Papa dan bertanya keperluan suaminya, Adinda dan Amira memilih sofa panjang di dekat pintu masuk. Keduanya diam dalam kebisuan. Adinda yang masih memperhatikan interaksi kedua orang tuanya, sedangkan Amira melihat wajah gadis yang digadang-gadang akan menjadi menantunya itu.  "Gimana pertemuan kamu sama Damian kemarin?" tanya Bunda Amira yang kalau dihitung menjadi pertanyaan ketiga yang ditanyakan orang berbeda hari ini.  Adinda memilin ujung kemeja tuniknya, sedang memilih jawaban yang kira-kira tidak membuat senyum di wajah Bunda Amira luntur.
Read more
004 | Bertemu Lagi
"Meskipun bukan pertama kali bertemu tapi tatapannya tetap membuat salah tingkah." °°° Awalnya Damian menolak ketika disuruh Gilsa-manajernya-untuk ikut bersama Dedi Kuncoro-sutradara film terbarunya-mengisi kelas sebagai dosen tamu, tapi begitu Gilsa menyebutkan nama Universitas tujuan mereka jawabannya langsung berubah. IKJ, tempat Adinda menimba ilmu.  Mungkinkah dia akan bertemu dengan gadis itu? Kira-kira bagaimana reaksinya saat melihat Damian? Terkejutkah atau senang? "Lo kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Dedi kepada artisnya itu.  Damian diam seketika, senyum yang semula terkulum tipis mendadak lenyap tak berjejak. Masalahnya dia tidak mungkin mengatakan bahwa ada gadis yang ingin dijumpainya. Mau ditaruh kemana wajah tampannya jika orang lain tahu Damian sedang tergila-gila pada seorang gadis. Gadis yang bahkan jauh sekali dari kriteria idama
Read more
005 | Pembicaraan
"Kadang bukan cewek doang yang susah ditebak, cowok juga bisa punya sifat kayak gitu." °°° Adinda berpamitan terlebih dahulu meninggalkan kantin, dia tidak tahan kalau harus berlama-lama di sana. Dedi mengiyakan, lagipula sejak tadi Adinda memang lebih banyak diam dan terlihat tidak nyaman, jadi daripada menahan-nahan gadis itu, Dedi memilih membiarkannya pergi.   Dia melangkah agak tergesa menuju parkiran mobil, hari ini Papa mengizinkannya membawa mobil dengan alasan dirinya harus membawa beberapa barang untuk kegiatan pelantikan kepengurusan BEM baru.  Pintu mobil yang sudah dibuka kembali tertutup saat lengan kokoh seseorang menahannya. Adinda berbalik untuk melihat siapa yang berani melakukan hal kurang ajar tersebut. Napasnya tercekat saat matanya berhadapan dengan dada seseorang yang terlapisi kaus warna putih.  Dia ... Damian. 
Read more
006 | Memikirkan
"Haruskah menyetujui opini yang tidak kita sukai?" °°° Damian senyum-senyum sendiri sejak tadi, membuat beberapa orang di sekitarnya bergidik ngeri. Bertanya-tanya alasan yang membuat pria itu tidak berhenti melengkungkan garis di bibirnya.  Adriana—salah satu rekan artis—menyenggol lengan Damian, gadis itu mengambil duduk di kursinya sendiri. "Lo kenapa nyengir-nyengir mulu dari tadi? Kerasukan?" tanyanya kepo. "Enak aja!" bantah Damian tidak terima. Dia sedang merasakan senang, bukan kerasukan. "Gue lagi bahagia, enak aja dibilang kerasukan!" sengitnya.  Gadis itu semakin kepo saat mendengar jawaban Damian, pria yang selalu cuek menanggapi rumor baik itu merasakan bahagia? Memang hal apa yang mampu membuat Damian seolah berubah jadi sosok lain? Dapat proyek besar? Keluar negeri? Atau orang tuanya bagi-bagi warisan? Adriana
Read more
007 | Tersipu Malu
"Bisa tidak sih pinjam kantong Doraemon supaya mengecil atau bahkan lenyap sejenak dari bumi?" °°° Adinda membantu Papa untuk turun dari ranjang dan beralih pada kursi roda yang diberikan. Hari ini beliau sudah membaik, Mama meminta pada pihak rumah sakit untuk mengizinkan Papa pulang untuk dirawat di rumah.  "Hati-hati, Pa." Adinda kembali memperingati Papanya yang bergerak terlalu cepat. Dia khawatir Papanya akan terjatuh karena Adinda tidak bisa menahan seluruh berat badannya.  "Iya, Sayang." Mama masih membereskan baju-baju Papa di dekat lemari. Adinda memilih duduk di sofa menunggunya, membuka ponsel untuk memastikan jika hari ini dosennya tidak meminta kuliah dadakan.  Setelah Mama selesai membereskan baju-baju Papa, Adinda mendorong kursi roda Papa keluar dari ruang inapnya. Mereka berjalan beriringan menuju lobby rumah sakit
Read more
008 | Persiapan
"Katanya aku hanya perlu menjalani tanpa melakukan persiapan, dia yang akan mengurus sehalanya. Tapi, nyatanya setiap menit bertanya ini dan itu." °°° Tanggal pernikahan sudah ditetapkan, Damian berinisiatif untuk mengurus segala keperluan karena tahu kesibukan Adinda belakangan ini. Gadis itu harus mengurus pelantikan pengurus baru BEM di kampusnya.  Adinda berpikir semua urusan akan terselesaikan dengan mudah, Damian akan menyewa WO dan semua ditangani oleh WO sampai hari H nanti. Namun, dugaannya salah. Damian seolah-olah membuat ini adalah pernikahan yang selama ini diinginkannya, seolah dia akan menikahi kekasih yang paling dicintai.  Meskipun sudah menyewa WO ternama, pria itu tetap saja ikut mengontrol segala persiapannya. Mulai dari gedung, catering, sampai butik gaun pengantin yang akan membuatkan baju Adinda pun ia pantau sendiri.  Awalnya Adi
Read more
009 | Pernikahan
"Menghalalkanmu bukan mimpi masa kecilku, tapi membahagiakanmu menjadi salah satu tujuanku saat ini."   °°°   Setelah hampir tiga bulan bersusah ria mengurus pernikahan, akhirnya hari itu tiba. Hari yang Damian persiapkan dengan matang, segala sesuatunya harus terlihat sempurna.    Tangannya terulur menjabat penghulu, sementara di samping bapak penghulu itu ada Gautama—calon mertuanya, di sisi kanan Damian ada pendamping yang tidak lain adalah ayahnya. Dua saksi di kanan kiri yang merupakan ustaz di tempat pengajian calon ibu mertuanya.    "Wah, saksinya aja ustaz, InsyaAllah pernikahannya diridhai oleh-Nya!" ujar si bapak penghulu dengan leluconnya, menghilangkan sejenak aura tegang yang melingkupi.    Tepat pukul delapan pagi di hari Jum'at minggu ketiga bulan November, Damian menjabat tangan penghulu di depannya, menyebutkan nama seorang gadis yang akan dihalalk
Read more
010 | Pagi Pertama
"Mengejutkan. Aku tidak terbiasa dengan kehadiran seseorang di pagi hari."   °°°   Damian merasakan sinar lampu menyoroti wajahnya dari atap-atap kamar. Ia meraba sekitar, mencari guling untuk menutupi mata. Berdecak sebal saat tidak mendapati apa yang diinginkannya.    Pria itu membuka sebelah matanya, mengintip keberadaan gulingnya. Namun, tersentak kaget saat mendapati wajah seseorang persis di hadapannya. Dia langsung bangkit duduk, matanya terbuka lebar—melotot—saat melihat ada orang lain di kamar, dialihkannya perhatian pada sekitar, yang ternyata bukan kamarnya.    "Mas Damian kenapa? Kok kayak ngeliat hantu?"    Dia merutuki kebodohannya. Memaki dirinya sendiri karena lupa sudah melakukan sesuatu bersejarah kemarin, menikah dengan gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya.    "Enggak. Kaget gue. Lo ngapain sih dekat-dekat kayak tadi?
Read more
DMCA.com Protection Status