Second Marriage

Second Marriage

Oleh:  Indri Antika  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Peringkat
9Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nadin Maharani terpaksa harus menikah dengan Raka Argantara yang adalah kakak iparnya usai insiden yang merenggut nyawa suaminya Rafa Argantara kala dirinya sedang mengandung anak pertama yang baru menginjak usia 2 bulan. Detik terkahir sebelum suaminya memejamkan mata untuk selamanya—Rafa meminta kepada Raka untuk menikahi istrinya bahkan dalam keadaan Raka sudah beristri sekalipun. Pilu yang dirasakan kala menjadi istri kedua dari seorang laki-laki yang masih sangat mencintai istrinya. Namun meskipun seperti itu, Nadin telah berjanji kepada mendiang suaminya untuk menerima Raka dan mencoba untuk membuka hatinya untuk kakak ipar yang berganti status sebagai suaminya. Lantas, apakah Raka bisa melakukan hal yang sama kepada Nadin? Apakah Raka bisa menerima Nadin sepenuhnya? Mencintai wanita itu layaknya ia mencintai istri pertamanya dan layaknya ia Rafa mencintai Nadin? Atau justru Raka menyiksa Nadin dalam pernikahan yang sudah melukai istri pertamanya?

Lihat lebih banyak
Second Marriage Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Myths from Alpha and Luna

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Elang
.... pemuda yang tidak terduga
2022-03-01 23:31:44
0
user avatar
AANGROWL
cerita tentang 2 istri Heheh, lanjut Thor. Semangat berkarya~
2021-09-06 20:06:24
0
user avatar
Aurelia Rara
crmangattt ontyy, ayoo dilanjut lagiii...
2021-08-17 06:30:02
0
user avatar
Azled
Aduh Rafa:( next kak
2021-08-11 21:55:14
0
user avatar
Amelia Anggi
Next thor-!!
2021-08-11 21:27:13
0
user avatar
Ele Storie
Semangat terus kk, lanjut ...
2021-08-10 20:58:40
0
user avatar
Fraghesia
Wah ceritanya bagus kak, semangat up nyaaa
2021-08-09 21:07:12
0
9 Bab
01. PROLOG
Suara guntur bersahutan, bertalu-talu memekikkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Angin berehmbus kencang mengombang ambingkan pepohonan di tepi jalan. Hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan kota malam ini.Sebuah mobil sedan berwarna mewah nampak melaju dengan kecepatan sedang, membalah jalanan malam yang sepi nan sunyi di bawah lebatnya hujan. Di dalamnya, terdapat dua orang lelaki yang berharap akan segera tiba di rumahnya dengan keadaan baik-baik saja.“Tuan, apa tidak sebaiknya kita mencari penginapan di sekitar sini saja? Hujannya kian lebat tidak aman jika kita memaksakan perjalanan pulang,” seorang supir dengan pakian serba hitam itu bersuara. Kini, hatinya diliputi perasaan yang buruk merasa tidak aman jika perjalanan tetap dipaksakan.“Tidak! Aku sudah berjanji kepada istriku akan tiba malam ini. Jika aku sampai menginkarinya maka ia akan kecewa,” balasnya dengan nada dingin sedingin suasana mala ini. Dari jawabannya
Baca selengkapnya
02. Kenyataan Pahit
Nadin berjongkok di depan pemakaman suaminya dengan tangan yang terus menabur kelopak mawar. Tangisnya masih tidak kunjung reda.“Kenapa harus secepat ini?” batin Nadin bertanya. Lidahnya terlampau kelu untuk mengeluarkan suara.“Maaf mas, kalau saja aku tidak egois dan mencegahmu untuk kembali malam itu pasti ini semua tidak akan terjadi.”“Dirimu ini pasti sekarang sedang berada di sisiku dan kita saling melepaskan rindu.”“Jujur, hatiku sakit melepas mu, bagaimana bisa kamu meninggalkan ku?”Isakan Nadin semakin terdengar kencang hingga sesegukan. Ia benar-benar merasakan kehancuran. Keluarga kecil yang baru saja dibangunnya hancur dalam sekejap mata.Raka yang berada disebelah Nadin menarik bahu perempuan itu untuk menyandar pada bahunya. “Rafa akan sangat sedih melihat kamu seperti ini,” bisiknya lembut berharap hal itu bisa sedikit melegakan hati Nadin dan mengikhlaskan suamin
Baca selengkapnya
03. Canggung
Nadin memasuki rumah Raka yang sekarang menjadi rumah barunya. Sekarang ini statusnya sudah sah menjadi nyonya Raka Argantara maka dari itu ia harus mengikuti kemana suaminya akan membawanya termasuk ke rumahnya dan tinggal satu atap bersama dengan Aurel—kakak ipar yang menjadi madunya. “Selamat datang, Nyonya,” seorang pelayan menyapa hangat kehadiran Nadin—nyonya barunya yang tentu saja sudah mereka kenal sebelumnya. Nadin tersenyum tipis lantaran mengangguk. “Mas,” panggil Nadin kepada Raka yang berjalan di depannya. “Ada apa?” Raka mengentikan langkahnya, memutar tubuhnya menatap Nadin yang sekarang mengatainya. “Nadin mau ketemu sama mbak Aurel, apakah boleh?” katanya bertanya guba meminta ijin. Bagaimanapun juga ia harus meminta maaf kepada istri pertama suaminya itu. Raka sejenak terdiam. “Mungkin sekarang dia berada di dalam kamarnya,” balas Raka akhirnya. Nadin mengangguk. “Aku akan merapikan pakaianku nanti. Sekarang aku ingi
Baca selengkapnya
04. Pengalihan Nama
Raka terlihat berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada Aurel yang terlihat sedang menyuapi putranya, Reiki. “Pagi,” sapa Raka sepert biasanya. Ia mencium singkat puncak kepala Aurel seperti pagi-pagi yang sudah berlalu. Tatapan Raka kemudian tertuju pada Reiki yang sedang tiduran di atas trolinya. “Pagi jagoan papa,” serunya kepada putranya kecilnya. “Pagi, papa,” balas Reiki dengan suara cadelnya. Raka kemudian mendudukan dirinya di kursi utama yang biasa menjadi singgasananya membuat Aurel sejenak mengentikan aktivitasnya. “Mas mau sarapan pakai nasi goreng atau roti?” katanya bertanya. “Roti saja,” balas Raka. Aurel mengangguk, perempuan itu kemudian mulai mengambil roti dan memberinya nutela seperti biasanya. Di tengah-tengan aktivitasnya, Nadin tiba sudah rapi dan tampak lebih segar. “Selamat pagi,” sapa Nadin kepada Aurel dan Raka. Sejujurnya ia masih merasa sangat canggung dengan keadaan ini. “Pagi,” hanya Raka yang
Baca selengkapnya
05. Merasa Gagal
Nadin menyusuri seluruh ruangan yang ada di rumahnya dan mendiang suaminya Rafa. Usai menandatangi surat pengalihan nama tadi, dirinya memutuskan untuk menjenguk rumah lamanya yang baru ditinggalkan dua hari ini. Semua masih sama, tidak ada yang berubah meskipun rumah ini sudah tidak lagi ia huni. Yang membedakan adalah jika dulu rumah ini berisikan cintanya dengan Rafa maka sekarang rumah ini sepi menyisakan sunyi dan kenangan yang ababila diingat terasa menyesakkan. “Nyonya, apakah anda mau saya seduhkan teh?” Rika—yang merupakan maid disana menyapa majikan untuk menawarkan minum. Nadin menggeleng sebagai jawaban. “Aku kesini hanya sedang rindu sama mas Rafa, bik. Hanya sebentar karena sekarang sudah sore dan sebentar lagi suami Mas Raka akan pulang dari kantor jadi aku harus segera pulang,” tutur Nadin seraya menatap maid di rumahnya itu. Rika bisa melihat sorot kesedihan di mata majikannya itu. Pasti majikannya itu merindukan hati-hari dimana ia menyambut
Baca selengkapnya
06. Perasaan Bersalah
Sejak insiden sore tadi, Nadin lebih memilih untuk mengurung diri di dalam kamarnya, ia tidak memiliki nyali untuk keluar dan bertatap muka dengan Aurel. Dirinya merasa bersalah dan menyesali pernikahan keduanya ini tapi semua sudah terjadi. Nadin meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, ia lapar karena sejak tadi siang belum makan tapi rasa laparnya itu seakan dikalahkan oleh rasa bersalah yang besar.Suara pintu terbuka membuat Nadin buru-buru memejamkan matanya, mencoba menipu Raka dengan berpura-pura tidur. Ia tidak sanggup jika harus bersitatap dengan suaminya itu.“Kenapa tidak turun untuk makan malam?” suara dingin nan datar Eaka menyentak telinga Nadin membuat jantungnya berdetak kencang tiba-tiba.Nadin tidak merespon, ia semakin mengeratkan memejam eratkan matanya mencoba menormalkan detak jantungnya namun yang ia rasa sebaliknya. Jantungnya itu semakin berdetak kencang kala Nadin merasa Raka mendekatinya.DegMendadak
Baca selengkapnya
07. Bertemu Teman
“Tante Nadin!” pekik Reiki dengan suara cadelnya. Lelaki berumur 2 tahun itu berlari menghampiri Nadin yang sedang menuruni anak tangga.“Jangan lari-larian, Reiki, nanti jatuh,” seru Nadin seraya kala Reiki sudah memeluk erat pinggangnya menggunakan tangan kecilnya.“Reiki, sarapan dulu, nak!” seru Aurel yang terlihat mengejar Reiki dengan sebuah mangkuk plastik ditangannya.Nadin mengangkat wajahnya, menatap Aurel yang sekarang melangkah lambat ke arahnya. “Pagi, mbak Aurel,” sapa Nadin. Ia mengembangkan senyum manisnya menatap Aurel yang hanya meleparkan tatapan datar ke arahnya. “Pagi,” balas Aurel dingin.“Tante sekarang tinggal sama di rumah Reiki ya?” kata Reiki bertanya. Suara khas balitanya dengan pipi gembulnya membuat Nadin tidak tahan untuk tidak mencubit gemas pipi balita itu.“Iya, tante sekarang tinggal disini sama Reiki, sama mama dan sama papa,” ter
Baca selengkapnya
08. Perhatian
Senyum Nadin memudar melihat sosok yang baru saja datang. Ia mengalihkan atensinya menatap Serra tetapi perempuan itu hanya mengerlingkan mata.“Duduk, Lex,” ujar Serra mempersilahkan.Lelaki yang disapa Lex a.k.a Alex mengangguk lantaran mendudukkan dirinya diikuti dengan Nadin.“Kalian udah lama datengnya?” kata Alex bertanya.“Gue lumayan sih, kalau Nadin baru,” jelas Serra yang dibalas anggukan oleh Alex. Lelaki itu kemudian beralih untuk menatap Nadin yang terus memalingkan muka darinya.“Nad,” panggil Alex.“Eh, guys gue ka toilet bentar, ya,” Serra bangkit dari kursi yang didudukinya, tanpa mendengarkan jawaban persetujuan dari Nadin perempuan itu berlalu begitu saja.“Gue turut berdukacita ya atas musibah yang sekarang menimpa lo.”Kali ini, Nadin mengalihkan atensinya untuk menatap Alex yang berada di seberangnya. Senyum tipis terukir di kedua sudu
Baca selengkapnya
09. Menghadiri Pesta
Aurel menutup koper miliknya usai membereskan baju-baju miliknya. Perempuan itu lantas mendudukan dirinya pada tepi tempat tidur, ia tiba-tiba teringat akan suami dan anaknya.   “Ekhem,” suara deheman terdengar. Devi—mama Aurel itu terlihat berjalan menghampiri anak perempuannya lantaran mendudukkan dirinya tepat di sebelah Aurel.   “Kenapa kamu biarin suami kamu di rumah sama Nadin?” cetus Devi mengintrogasi.   Aurel menghela nafas, Ia kemudian menatap penuh sang mama. “Mas Raka masih ada urusan yang harus dikerjakan, Ma. Besok dia ke sini, kok,” balasnya.   Devi menghela nafas berat, ia tidak habis fikir dengan putrinya yang bodoh itu. “Harusnya kamu nggak usah ikut mama ke sini hari ini. Harusnya kamu datang bareng suami kamu aja besok, sekarang kamu malah membiarkan mereka berduaan di rumah sana!” marahnya.   Aurel tidak merespon, ia teringat jika malam ini Raka akan menghadi
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status