JUST WANNA BE WITH YOU

JUST WANNA BE WITH YOU

Oleh:  Dina Dwi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Helena Davies, memiliki rambut cokelat gelap dan mata biru terang. Wajah imutnya yang tidak sesuai umur bersanding dengan tubuhnya yang proporsional. Bekerja sebagai pelukis dan memiliki galerinya sendiri di usianya yang masih muda. Helena menerima tawaran untuk bertunangan yang membuatnya mendapat banyak masalah karena Steve yang tidak menerimanya sebagai pasangan. Seakan itu belum cukup, Helena harus menghadapi Dave, sepupu Steve yang tidak mudah ditebak. Meski mereka membuatnya tertekan, Helena tidak memungkiri bahwa Steve adalah pria yang baik dan Dave adalah orang yang peduli dan perhatian. Namun karena itulah, keadaaan semakin rumit saat Helena harus terjebak diantara mereka.

Lihat lebih banyak
JUST WANNA BE WITH YOU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
25 Bab
Bab 1
"Mom," pria itu merengek, sangat tidak cocok dengan sikap kaku-nya yang biasa dia perlihatkan. Aku baru tahu, ternyata dia anak yang bisa menjadi orang yang berbeda seperti ini hanya karena sedang berhadapan dengan ibunya. Aku tidak tahu harus merasa seperti apa karena bisa melihat hal yang langka itu. Sepertinya dia memang anak yang baik, terutama pada ibunya. Pria itu tidak membentak dan terlihat hanya seperti merengek. "Dengar penjelasan Mom dulu," kata wanita paruh baya di sampingku membalas ucapan pria itu. Pandanganku beralih dari pria di depanku ke ibunya. "Mom ingin kamu sama Helen menjalin hubungan baik. Soalnya kamu masih tidak punya kekasih sampai sekarang, dan dengan pertunangan ini kamu bisa mengenal Helen dengan lebih baik. Helen itu perempuan yang baik." Aku hanya diam saat namaku disebut kesekian kalinya, kalimatnya tidak lepas dari kata 'baik'. Lagi pula akan sangat tidak sopan jika aku bicara saat
Baca selengkapnya
Bab 2
  “Mom ingin kamu membiarkan Helen tinggal di apartemenmu, perlakukan dia dengan baik,” kata ibu Steve seraya menatap Steve dengan tegas. Steve hendak mengatakan sesuatu karena mulutnya tampak terbuka tapi dihentikan ibunya yang berbicara padaku.   “Helen.” Ibunya memanggilku,  mengambil perhatianku yang sebelumnya terarah pada Steve.   “Iya, Mrs. Felton?” balasku sopan.   “Kamu boleh panggil Mom, seperti Steve. Kamu 'kan seperti anak Mom juga.” Ibu Steve tersenyum lembut padaku. Aku membalasnya dengan senyum kaku karena merasa canggung dengan keinginannya.   Tapi aku menuruti keinginannya, “Iya, Mom.” Aku mengangguk. Sempat melihat Steve memutar bola matanya.   “Aduh, Helen. Sebenarnya siapa yang paling pantas jadi anak Mom di sini? Kamu lebih
Baca selengkapnya
Bab 3
  Aku membuka mata tiba-tiba, merasa kaget karena sebuah bunyi nyaring. Segera aku tolehkan kepalaku untuk mencari sumber bunyi tersebut.  Mataku menemukan ponsel milikku sendiri berkedip-kedip dan berdering. Ah, mataku berkedip beberapa kali. Aku ingat kalau aku menyalakan alarm di ponsel. Tanganku akhirnya menggapai ponsel yang berada di meja lalu mematikan alarmnya. Aku tadi tertidur di kasur setelah lelah membersihkan kamar.  Aku juga hanya sempat mengatur sebagian barang-barangku, belum semuanya. Awal kedatanganku di apartemen ini adalah tadi pagi, dan sekarang sudah sore. Steve sepertinya sedang tidak di apartemen, sejak aku menyuruhnya melanjutkan pekerjaannya. Aku tahu dia berencana libur sehari karena diminta oleh ibunya, tapi aku rasa sebenarnya ia masih punya pekerjaan untuk dilakukan meski seharusnya terpaksa ditunda, dan ternyata benar. Aku membuatnya batal libur dan melanjutkan pekerjaannya, &
Baca selengkapnya
Bab 4
 Alisku menekuk, aku benar-benar merasa tidak senang sekarang.   “Dengar, ya. Aku tidak tahu kenapa kau bersikeras seperti ini, memangnya kau siapa? Dan kalau aku punya nomornya pun kau tidak bisa memaksaku jika aku tidak mau. Kau tidak punya hak untuk itu,” kataku dengan raut wajah berkerut. Aku berusaha untuk tidak membentaknya. Aku sudah tidak lagi berbicara formal padanya.   Tak disangka, dia mendengkus. Dia bahkan tersenyum meremehkan sekarang. Aku benar-benar tidak mengerti.   “Kau penasaran aku siapa?” tanyanya mendekatiku, spontan membuatku melangkah mundur. Aku terkejut dengan tindakannya. Oh, jangan lupakan dia juga tidak berbicara formal lagi. Seperti aku. Apa dia juga merasa kesal? Tapi siapa yang membuat orang kesal duluan?    Karena perbedaan
Baca selengkapnya
Bab 5
 Aku tidak pernah berharap perasaanku untuk dibalas, tapi aku juga tidak berpikir untuk melupakan Steve. Dia adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk dilupakan. Ini memang bodoh, tapi perasaan ini jugalah yang membuatku terjaga dari para lelaki yang mendekatiku, apa lagi yang hanya mencari kesenangan.    Aku hanya berharap, siapa pun itu, selama dia pria yang benar-benar baik dan bukan pria sembarangan, aku akan memberinya kesempatan. Tapi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.     Steve terkenal karena ketampanan dan kekayaan yang dia miliki. Tapi dia bahkan tidak pernah digosipkan pernah dekat dengan satu pun wanita, yang ternyata karena dia setia pada kekasihnya. Padahal jarak diantara mereka sangat jauh.    Sampai-sampai aku berpikir, sebenarnya sehebat apa wanita ya
Baca selengkapnya
Bab 6
  Aku tahu masalah semalam pasti akan diungkit, entah untuk membicarakan tentang rencana pembatalan pertunangan atau membicarakan hal yang lainnya. Aku hanya tidak menyangka jika Dave akan meminta maaf.         “Tidak masalah,” jawabku bohong tanpa melihat ke arahnya. Tentu saja masalah, tapi Dave tidak perlu tahu. Tanganku kembali melanjutkan kegiatan untuk menata sarapan. “Aku mengerti," lanjutku.         “Aku sadar semalam sudah menyinggungmu dan menyalahkanmu berlebihan. Hanya saja aku sangat geram dengan masalah Steve.”         Aku berdeham lalu membalas tanpa melihatnya lagi, “Yeah. Aku tahu.”         Akhirnya makanan untuk sarapan dan piring yang akan dipakai untuk makan sudah tertata semuanya di atas meja bar dapur. &n
Baca selengkapnya
Bab 7
  Aku tidak ingin membayangkan bagaimana perasaan atau ekspresi Steve saat mendengar aku sempat menolak dari perkataan Dave, seolah aku sangat ingin bersama Steve atau memaksa bersama Steve. Padahal aku tidak menolak sama sekali. “Perasaan aku tidak pernah bilang kalau aku menolak,” balasku pada Dave. Memberikan tatapan lurus-lurus padanya. Dave mengerut, lagi. Mungkin dia sedang berpikir kenapa aku membalasnya karena merasa ucapannya tidak ada yang salah. “Kau menolak, itu pasti. Kau memang tidak mengatakannya tapi kau menggeleng saat pertama kali kusuruh. Dan saat kedua kalinya barulah kau menurut dan setuju,” ungkap Dave. Aku menggeleng, dan semakin berusaha mengabaikan Steve, apalagi saat aku akan menyebut ibunya lagi.  “Aku menggeleng karena ber
Baca selengkapnya
Bab 8
“Mom yang menyetir?” tanyaku ragu jika harus membiarkan wanita paruh baya yang beberapa tahun lagi berumur setengah abad untuk mengendarai mobilku. Dia tidak menjawab dan hanya membalas, “Ayo.” Kami sudah berjalan keluar dari kediamannya, dimana aku ikut berjalan di belakang Mrs. Felton. Dia tidak membawa apa pun dan aku hanya membawa satu tas tangan.  “Sebenarnya kita akan ke mana, Mom?” tanyaku saat sudah masuk ke dalam mobil. “Kalau kita pergi dengan sopir Mom atau bawa mobil Mom sendiri, kamu harus balik ke sini lagi untuk mengambil mobilmu, karena kamu perginya harus sama Mom.” Ibu Steve menyalakan mesin mobil. Jadi Mrs. Felton harus pergi bersamaku tanpa meninggalkan mobilku agar aku tidak kembali ke kediamannya untuk mengambil mobilku. Aku sadar ibu Steve tidak menjawab de
Baca selengkapnya
Bab 9
Aku semakin takut saat Mrs. Felton membuka pintu sebuah ruangan tanpa mengetuknya. Tapi kemudian aku bernapas lega saat pintu terbuka menampilkan sebuah ruangan yang aku tebak sebagai kantor tempat kerja Steve. Di sana tidak ada Steve. Ruangan itu kosong. Tidak ada siapa-siapa. Yeah, aku lega meski aku tahu apa pun yang terjadi Mrs. Felton akan menemui Steve. Dan Steve juga akan berhadapan dengan ibunya. Lega ini hanya sementara, aku tahu itu. Yang bisa aku lakukan, akan aku lakukan. Seperti berusaha membuat Mrs. Felton tidak memarahi Steve. Aku ingin membuatnya merasa lebih tenang. Tapi ketika aku berniat melakukan itu, karena mengira Mrs. Felton akan menunggu Steve di ruangan ini, Mrs. Felton malah segera keluar dari ruangan. Aku yang tidak ingin ketinggalan segera mengikutinya. Aku juga tidak berani bertanya kenapa be
Baca selengkapnya
Bab 10
    Jadi ceritanya adalah, Mrs. Felton hendak melayangkan tangannya pada Steve seperti hendak menamparnya.         Lalu aku segera menghalangi itu dengan menggunakan tubuhku sebagai tameng. Karena tangan Mrs. Felton yang melayang pada Steve yang tubuhnya di belakangku, maka aku bukan terkena telapak Mrs. Felton tapi terkena pukulan lengan bawahnya di kepalaku.         Jika aku jauh beberapa centi dari tempatku sekarang mungkin Steve sudah kena tampar karena aku terlambat.         Kepalaku yang terpukul seperti mau di pisahkan dari lehernya. Karena itu leherku juga ikut sakit. Tapi aku yakin tangan Mrs. Felton juga sakit.         "Hah." helaan napas berat terdengar jelas di telingaku karena Mrs. Felton yang menge
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status