Bagi Carla rumah tidak jauh berbeda dengan neraka. Mengerikan. Itu alasan utama dia memutuskan kuliah ke luar kota, jauh dari rumah. Perlahan gadis itu mampu membangun kembali hidupnya dibantu Misel, si pemilik flat yang ditumpanginya. Ketenangan itu hancur sedetik setelah kedatangan Savian. Sepupu Misel itu hadir tanpa diundang. Memaksa Carla agar bersedia berbagi flat yang ditumpanginya. Terpaksa, Carla setuju tetapi hanya selama sebulan dengan ratusan peraturan yang harus dituruti oleh Savian. Carla yang memiliki masalah dengan pria dan Savian yang playboy, apa yang akan terjadi di flat kecil itu? Apakah mereka hanya akan berbagi flat atau...lebih dari itu?
View MoreKahfi mengelus bibirnya dengan kedua mata tertuju pada ponsel digenggaman. Biasanya di jam-jam segini pria itu sibuk dengan laptop dan pekerjaan, meskipun pekerjaannya sudah selesai tapi dia pasti selalu bertanya ke Sekretarisnya apakah ada pekerjaan yang bisa dia selesaikan saat itu. Namun untuk kali ini Kahfi memilih untuk korupsi waktu, entah kenapa dia lebih memilih untuk berperang dengan isi kepalanya sendiri daripada menandatangi berkas-berkas.Pria dengan kemeja abu-abu itu merenggangkan dasinya. Tangan kanan Kahfi memegang ponsel yang hanya dia tatapi sejak setengah jam lalu, sementara tangan lainnya memutar-mutar bolpoint. Nama sang istri yang asik berlarian di kepalanya menjadi alasan kenapa pria itu asik dengan dunianya sendiri. Kahfi melirik arloji dipergelangan tangannya, jam satu siang. Kalau dia telepon Keina dan bertanya apakah istrinya itu sudah sholat dzuhur dan makan siang, apa Keina akan merasa terganggu? Mengingat bagaimana respon Keina saat ia telepon tadi pagi,
Mas Kahfi: Assamu'alaikum, Na... Selamat pagi.Mas Kahfi: Hari ini kesiangan enggak sholat subuhnya? Oh iya, jangan telat sarapan, ya.Keina yang baru membuka kedua matanya dan tak sengaja mendapati pop-up pesan dari Kahfi lantas berdecih. Entah kenapa pesan manis itu terlihat menjijikan untuknya. Typing Kahfi benar-benar menggambarkan sosok bapak-bapak yang sudah tua, sangat berbeda dengan Keina yang terbiasa menerima pesan dengan typing gaul dari teman-teman sepantarannya.Tanpa berniat membalas pesan dari suaminya itu, Keina lantas meletakan kembali ponselnya ke atas nakas. Sejenak dia merenggangkan otot-otot badannya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Gadis dengan setelan piyama biru muda itu berjalan menuju jendela kamarnya, membuka ventilasi udara dan menghirup banyak-banyak udara yang belum terkontaminasi polusi.Kepala Keina menoleh ke belakang, melirik jam dinding. Ternya masih pukul enam pagi. Sejujurnya, ini momen langka karena Keina bisa bangun disaat matahar
Menepati janjinya, selepas sholat dzuhur Kahfi membawa Keina ke rumah Galih untuk silahturahmi sekaligus mengenalkan istri cantiknya itu. Tentu saja, Galih dan istrinya menyambut dengan baik kedatangan keduanya. Ya, meski gagal menjadikan Kahfi sebagai menantu mereka, tapi hubungan keluarga Galih dengan Kahfi tetap baik. Mereka juga banyak memuji Keina yang katanya cantik. Usai berbincang kecil selama kurang lebih setengah jam, Kahfi dan Keina harus pamit karena mereka harus pergi mengejar jam penerbangan pesawat ke Jakarta yang sudah mereka pesan siang ini. Ya, hari ini Keina akan kembali ke Jakarta, jika gadis itu menepati janjinya, maka dia akan kembali lagi bulan depan untuk menetap selamanya bersama Kahfi di kota ini."Sudah dicek lagi barang-barang kamu? Ada yang ketinggalan enggak?" tanya Kahfi seraya mengambil alih tas besar yang sedang Keina bawa. Lantas dia menaruhnya ke dalam bagasi mobil."Enggak ada, Kak," jawab Keina.Kahfi mengangguk, dia lantas membukakan pintu penump
"Mas Kahfi, tumben sudah dua hari saya enggak lihat mas Kahfi jamaah di sini,"Kahfi yang baru saja melangkah keluar dari pintu masjid langsung menghentikan tungkainya, dia berbalik badan dan mendapati Pak Galih yang melempar pertanyaan kepadanya.Sebelum menjawab, Kahfi lebih dulu menyalami tangan pria paruhbaya itu. Dia cukup dekat dengan Pak Galih selaku ketua RT dikompleknya. Apalagi mereka sama-sama jamaah tetap di masjid, jadi setiap hari pasti bertemu."Iya, Pak, kemarin saya habis dari Jakarta," jawab Kahfi dengan senyuman di wajah teduhnya. "Oh iya, Pak, rencananya pagi ini saya mau ke rumah bapak," imbuh Kahfi sambil melangkah menuju halaman masjid. Tentu saja, tungkai Galih juga mengiringi."Ada apa, mas?" Galih bertanya sambil memakai sandal jepitnya.Kahfi menahan senyum, sebenarnya dia tidak ingin berbicara dengan situasi seperti ini, dijalan menuju arah pulang. Meskipun jalanan sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang juga baru keluar dari masjid selepas sholat sub
"Mau kemana, Na?" Kahfi bertanya saat berbalik badan dan mendapati istrinya itu sudah berdiri dan hendak membuka mukena. Mereka baru saja selesai melaksanakan sholat maghrib."Rebahan. Emang mau ngapain lagi?" Keina balik bertanya dengan wajah kebingungan.Hembusan napas pelan Kahfi keluarkan, dia menggerakan tangannya, memberi sinyal agar istrinya itu duduk kembali, "Kita ngaji dulu. Tolong ambilkan Al-Qur'an," perintahnya seraya menunjuk kitab suci yang terletak di atas nakas.Keina terdiam sejenak dengan kedua alis yang terangkat, dia mengurungkan niatnya untuk melepas mukena yang menutupi tubuhnya. Tungkainya lantas berjalan menuju nakas, mengambil Al-Qur'an dan memberikannya ke Kahfi."Sini duduk," ucap Kahfi sebab Keina masih setia memandangnya sambil berdiri.Keina menggaruk tengkuk, dia mengindahkan perintah sang suaminya dan segera duduk. Gadis itu masih terdiam memandang Kahfi yang membalik selembar demi selembar kitab suci itu."Kamu bisa baca Al-Qur'an, kan?" tanya Kahfi d
Hari pertama menjadi suami istri, Kahfi sudah memiliki rencana apa yang akan dia lakukan dengan Keina hari ini. Bukan jalan-jalan atau semacamnya, malah kemungkinan besar mereka akan menghabiskan waktu seharian di dalam rumah, banyak yang akan Kahfi bicarakan dengan Keina. Salah satunya, membicarakan masa depan mereka. Walaupun pernikahan mereka terjadi tanpa perencanaa yang matang, tanpa rasa cinta, atau bisa disebut posisi yang Kahfi dapatkan hanyalah sebagai pengganti pria lain yang seharusnya menjadi suami Keina. Tapi Kahfi tak ambil pusing, dia percaya semua terjadi karena takdir yang sudah Tuhan tetapkan. Kahfi tekankan sekali lagi, dia sudah siap bertanggungjawab dengan keputusan yang diambil. Usia Kahfi memang tak lagi muda, sudah lama dia kepikiran untuk menikah. Tak disangka-sangka, Tuhan kirimkan jodoh untuknya lewat kejadian yang tak pernah Kahfi duga. Sejak kecil dia mengenal Keina, tapi beranjak dewasa mereka memiliki jalan masing-masing dan jarang bertemu. Kahfi sama
Keina melenguh pelan, lambat laun manik cantiknya yang dinaungi bulu mata lentik itu terbuka. Sesaat dia celingukan, mencari keberadaan sang suami yang tak terlihat di sebelahnya. Kemana perginya Kahfi? Bunyi decitan pintu yang terbuka spontan membuat Keina menoleh ke sumber suara, gadis itu langsung menegakan badannya saat mendapati Kahfi yang keluar dari toilet. Pria itu mengusap wajahnya yang menitikan air ke lantai, tak hanya wajahnya yang basah, namun rambutnya juga. Apa yang habis suaminya itu lakukan di dalam sana? "Kak Kahfi habis mandi?" tanya Keina lalu menoleh ke jam dinding. Ini baru jam tiga dini hari, apa Kahfi habis mandi?Kahfi berjalan menuju lemari, dia mengeluarkan perlengkapan sholatnya dari mulai sarung sampai sejadah. "Saya mau sholat tahajud, kamu mau ikut sholat berjamaah sama saya?" tanya Kahfi sambil mengacingkan baju kokohnya usai memakai sarung dengan rapi.Keina menggaruk tengkuk, agak terkesima saat Kahfi memakai peci di kepalanya, membuat jidat paripur
Kahfi menghembuskan napas panjang melihat istrinya yang sedang memainkan sebuah drama. Ya, saat ini Keina tengah bersimpuh di kaki mamanya sambil menangis sendu. Alasannya jelas karena gadis itu tak mau diboyong oleh Kahfi keluar kota dan menetap di sana. Tapi Kahfi tahu kalau itu semua hanya air mata buaya dan kepura-puraan Keina saja.Kahfi masih ingat jelas dulu Keina pernah mengatakan bahwa mimpi terbesarnya adalah keluar dari rumah saang mama. Dan hari ini Kahfi akan mewujudkan mimpi itu. Hanya saja bukan dirinya yang diharapkan Keina untuk bisa membawanya pergi dari sini. Makanya gadis itu bersikeras membujuk mamanya untuk melarang Kahfi yang ingin membawanya pergi.“Sudah sepantasnya kamu ikut Kahfi, Na. Seorang istri harus patuh sama suami.” Untung saja Dinne paham betul dengan kewajiban seorang istri. Walaupun dia gagal mempertahankan rumah tangganya, tapi Dinne pernah berusaha untuk jadi istri yang terbaik untuk suaminya.Keina menggeleng, dia memeluk kaki mamanya erat-erat
"Kamu yakin, Bang?" Savian bertanya dengan gurat serius. Saat ini dia sedang bicara empat mata dengan Kahfi tatkala anaknya itu mengatakan keinginannya untuk menjadi pengantin pengganti untuk Keina. Savian paham betul kalau anaknya itu sudah cukup umur untuk membangun bahtera rumah tangga, secara mental dan finansial juga sudah mampu. Savian juga tidak masalah jika memang Keina yang akan menjadi menantunya. Yang membuat Savian ragu, Savian tidak yakin mereka saling mencintai. "Aku yakin, Pa." jawab Kahfi dengan tegas dan kepala terangkat yakin. Savian menghembuskan napas panjang, "Kamu mengenal Keina, kan? Kamu yakin kalau kamu sanggup membimbing dia? Papa enggak masalah jika memang Keina pilihan kamu, tapi kamu tahu latar belakang dia seperti apa?" Savian sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan Keina yang berlatar belakang dari keluarga broken home, dia mengenal baik keluarga gadis itu, makanya Savian ingin meyakinkan anaknya kalau tanggungjawab Kahfi akan sangat besar jika
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.