Dahaga Cinta

Dahaga Cinta

By:  An Nisa  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings
8Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tidak ada kata cinta dalam kamus hidupnya. Tidak ada kasih sayang yang mengalir dalam darahnya. la bukan gadis lembut bak putri raja, la tak punya cinta sebagaimana para wanita, la juga tak punya orang tua untuk menceritakan kesehariannya. Bisakah seorang gadis yang tak memercayai cinta dapat menikmati apa itu cinta layaknya manusia lain?. Atau dia akan terus terjebak pada hati yang telah lama membatu tanpa terselip kata cinta di dalamnya. Inilah kisah hidup Elia ...

View More
Dahaga Cinta Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cheezyweeze
Blurbnya udh bkin penasaran. Apalagi isi ceritanya. Rekomen dah
2021-11-05 23:46:26
0
user avatar
Jessie White
Lanjutkan thor!
2021-11-05 22:51:20
0
user avatar
Yourbaescorpio
Baru baca blurbnya aja aku dah suka <3 Semangat update babnya kak!
2021-11-05 18:49:36
0
user avatar
Clarisa Hujaifa Aukasa
panasaran.
2024-03-22 04:35:52
0
8 Chapters
Rumah Sakit
Seorang gadis tengah berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Lirih, terdengar umpatan keluar dari bibir gadis itu.  Sudah sepuluh menit ia berjalan, namun tak menemukan letak ruangan yang ia cari. Langkah kakinya bergerak pelan saat matanya menemukan ruangan yang sedari tadi membuatnya pusing. Gadis itu mendorong pintu agar terbuka. Dan mata hazelnya menemukan seseorang tengah terbaring pada salah satu ranjang yang ada di sana. Gadis itu berdecak kesal. Kenapa harus ruangan yang berisi lebih dari tiga orang. Dan lagi, ruangan itu saat ini lumayan ramai, karena ada satu pasien yang tengah dibesuk oleh sanak saudaranya. "Bagaimana bisa kau masuk ke tempat seperti ini." Gadis itu mendengus sembari menarik satu kursi dan mendudukinya. "Kenapa kau kemari, El?" Bukannya menjawab, pasien itu malah melemparkan pertanyaan yang membuat gadis itu semakin kesal. "Aku akan meminta
Read more
Dokter aneh
"Apa teman anda tidak bisa dipindahkan saja ke ruangan yang tadi?" Gadis itu mencoba untuk menegosiasi. Tapi ia harus menelan rasa kecewa saat Elia menggelengkan kepalanya. "Nona, aku sadar aku sangat salah dan aku akan bertanggung jawab. Tapi jika kau menggunakan ruangan ini aku tidak bisa menjamin bisa membayarnya." Gadis itu memelas berharap hati Elia tergerak dan mau memindahkan ruangan pria itu. "Begini saja ..." Elia meyilangkan kakinya. "Kau tidak perlu membayar biaya rumah sakit. Tapi, kau harus mau merawat temanku itu sampai dokter mengizinkannya pulang. Bagaimana?" Gadis itu menatap Elia dengan tatapan tak percaya. "Kau tidak bercanda, Nona?" tanyanya dengan wajah polosnya. Elia memiringkan kepalanya. "Apa wajahku terlihat seperti bercanda?" tanyanya dengan raut muka datar seperti biasa. "Tidak, tapi..." "Oh atau kau memilih untuk membayar biaya rum
Read more
Hayden
Seluruh pegawai rumah sakit menyapa seorang dokter yang baru saja berjalan melewati mereka. Beberapa dari perawat wanita langsung membuat sebuah lingkaran untuk membicarakan dokter tersebut. Pujian demi pujian keluar dari bibir mereka tanpa henti seperti biasa. Mengagumi setiap apa yang ada pada tubuh dan hati pria itu. Dokter tersebut tersenyum miring melihatnya. Dengan sengaja ia mengedipkan sebelah mata pada sekumpulan para perawat wanita tadi dan membuat mereka heboh, la tersenyum geli melihatnya. "Pagi dokter," sapa salah seorang resepsionis rumah sakit. "Pagi," balasnya dengan satu senyuman yang begitu memabukkan. "Hayden!" Suara seorang wanita yang begitu ia kenal menyuruh dirinya untuk berhenti dan berbalik menghadap wanita itu. la tersenyum mendapati sahabat wanitanya yang sudah beberapa hari ini tak terlihat. "Hai, Jen!" Mereka berpelukan. "Kau sudah pulang rupanya," ka
Read more
Cinta?
Pagi hari menyapa seorang gadis yang masih terlelap. Waktu sudah hampir beranjak siang, namun gadis itu masih enggan membuka matanya.  Elia baru menyelami mimpi selama tiga jam.  Semalam ia menyusun dan mengoreksi kembali skripsi yang akan ia serahkan pada dosen pembimbing nanti. Pada pukul tiga, Elia baru bisa menutup laptop beserta matanya dan beristirahat. Tapi, hal seperti itu sudah biasa baginya.  Rasa malas menjalar pada setiap sendinya. Tapi, mau tak mau Elia tetap bangun dan memulai harinya. Ia beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Selesai dengan urusan berdandan Elia turun untuk sarapan.  Sunyi. Rumah besar yang ia huni tak menampakkan keramaian sama sekali. Jika dipagi hari beberapa orang wanita sibuk mengurus anak dan suaminya, jangan harap dapat melihat hal seperti itu di rumah Elia.  Elia melihat meja makan kosong. Bukan tidak a
Read more
Dilema
"Kau menyukainya Hayden?" Pertanyaan itu lolos seketika dari bibir Jen.  Hayden berdecak. "Tentu saja, Jen. Dia gadis yang cantik. Siapa yang tidak menyukainya?" jawab Hayden jengah. Mendengar jawaban Hayden membuat Jen kecewa. Bagaimana bisa gadis yang hanya ditemui Hayden satu kali membuat sahabatnya segila itu.  "Ya, semoga saja gadis itu belum menikah," ucap Jen kemudian berlalu meninggalkan Hayden.  Hayden menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa ia salah ucap? Kenapa Jen jadi seperti itu?, atau dia sedang ada masalah?. Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Hayden mengejar langkah kaki Jen yang sudah tak terlihat.  *** Sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumah. Pengemudi itu tampak mengernyitkan kening, melihat ada mobil lain yang tak ia kenali berada di halaman rumahnya. Untuk memecahkan rasa penasaran, ia turun dari mobil dan b
Read more
Tidak tertarik
 "Tidak, Kek. Sampai kapanpun aku tidak akan setuju dengan rencana kakek!" Penolakan yang kesekian kalinya telah Hayden lontarkan pada kakeknya. Ia lantas beranjak dari duduknya, meninggalkan seluruh keluarganya yang masih setia duduk di tempat mereka. Pria itu menggerutu sembari menaiki tangga menuju kamarnya. Tapi, ketika berada pada tangga ke-lima ia berbalik dan kembali untuk turun.  "Bagaimana kau berubah pikiran?" tanya Gustaf melihat cucunya kembali.  "Tidak akan pernah. Aku hanya ingin mengambil ponselku saja." Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Kemudian kembali berjalan menuju kamarnya.  "Bagaimana ini, Ayah? anak nakal itu tetap menolak. Apa yang harus kita katakan pada paman Abraham?" Ayah Hayden–Jordan, tampak sangat khawatir. Keluarga mereka memiliki hutang budi kepada Abraham, sahabat Gustaf. Sangat memalukan jika mereka menolak permin
Read more
Akan menolak
"Hayden, apa kamu bisa mengantarkan El pulang? Ada beberapa hal yang harus aku urus malam ini." Hayden tersenyum senang. Matanya melirik gadis cantik yang baru ia tahu namanya. Kepalanya mengangguk lembut, meskipun dalam hatinya ia bersorak gembira. "Tentu saja, Kek. Dengan senang hati aku akan mengantar cucu cantik Anda dengan selamat." Abraham tertawa, disusul yang lain. "Kamu memang perayu seperti kakekmu," ucap Abraham. Ia sama sekali tak menghiraukan tatapan datar cucunya. Yang ia inginkan sekarang, cucunya dekat dengan dokter muda itu.  "Kek, aku bisa pulang sendiri," bisik Elia pada kakeknya. Abraham hanya melirik saja.  "Kamu ingin pulang sekarang, El? Baiklah, tidak masalah." Menatap Hayden, kemudian berucap, "Hayden, antarkan cucuku pulang, dan tolong jaga dia."  Elia melebarkan matanya tak percaya. Ia sangat yakin pendengaran kakeknya masih berfungsi den
Read more
Melupakan masa lalu
"Bu ... Ibu di mana?" Seorang gadis kecil berlari memasuki rumahnya. Mengelilingi setiap sudut ruangan. Ia baru saja pulang dari sekolah, dan ia harus menemui ibunya untuk meminta tanda tangan.  Gadis itu tak menemukan ibunya di lantai bawah. Dengan tergesa, ia naik ke lantai dua. Tanpa mengetuk pintu gadis kecil itu membuka kamar ibunya. Alangkah terkejutnya gadis itu melihat ibunya telanjang dengan pamannya.  Tak bisa berkutik. Gadis kecil itu hanya menegerjapkan matanya. Ia sama sekali tak mengerti apa yang tengah dua orang itu lakukan tanpa busana.  "Bu," panggil bocah itu lirih.  Ibunya terkesiap. Menatap putrinya berada di depan pintu membuat darahnya mendidih. Buru-buru ia mendorong seseorang yang tengah berada di atasnya. Ia mengenakan jubah mandi dengan tergesa-gesa. Kemudian menghampiri putrinya.  "Kemari kau." Tangannya menyeret tangan kecil pu
Read more
DMCA.com Protection Status