Di Balik Hujan

Di Balik Hujan

By:  A_W  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
24 ratings
19Chapters
5.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Hari ini, adalah hari yang sangat mengharukan. Dimana, tepat ketika tetesan air hujan mulai turun, aku di lahirkan ke dunia ini. Tangis bahagia memecah keheningan malam. Semua orang menyambut hangat kedatanganku. Namun, di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Ayahku mengalami penyakit yang sangat serius pada saat itu. Tepat setelah Ayah mencium keningku yang mungil, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.

View More
Di Balik Hujan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Junatha Rome
mengandung bombay... suka thor ceritanya...
2022-07-20 12:01:36
1
user avatar
Ais Aisih
Hujan memang selalu menarik untuk dikisahkan. Ada banyak cerita dan kenangan di dalamnya.
2022-06-02 18:53:53
1
user avatar
Giovanna Bee
Wah, cerita anak kuliahan nih. Bagus euy ...
2022-06-02 13:41:14
1
user avatar
Laquisha Bay
Bertukar kehidupan. Yang satu lahir, yang satu kembali ke langit. Sedih, euy. Semangat up!
2022-06-02 13:30:23
1
user avatar
Wiselovehope
Kisah yang menarik dan mengharukan. (::^ω^::)
2022-06-02 13:25:27
1
user avatar
Dewa Amour
Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang sangat menyakitkan. So sad aku Thorr. Buruan up lagi..
2022-06-02 13:19:34
1
user avatar
Rachel
Othor yang satu ini selalu the best dan bikin aku mleot karena alur ceritanya. Aku tunggu chapter selanjutnya.. Semangat!
2022-06-02 13:16:59
1
user avatar
Ditarina
baru baca awalnya aja udah... tissue mana tissue?
2021-12-11 14:01:18
1
user avatar
Alfina Damayanti245
sangat menyentuh
2021-12-03 07:24:23
1
default avatar
Ms Huang
Met mlm kk...aku mampir kk...smangattt yaa kk......
2021-12-02 22:18:12
1
user avatar
Yourbaescorpio
Baru baca blurbnya udah suka..semangat updatenya thor <3
2021-12-02 10:32:45
1
user avatar
agneslovely2014
Ceritanya sederhana Kak, tapi enak dibaca ... ternyata hujan pun bisa menjadi inspirasi sebuah novel
2021-12-01 20:38:43
1
user avatar
Cucu Suliani
Syedih, semoga ada kebahagiaan ya setelahnya..
2021-10-21 21:31:01
1
user avatar
Sandra Setiawan
keep writing thot. semangat ya. covernya bagus. saya suka.
2021-10-21 21:20:37
1
user avatar
Safiiaa
Keren Kak ceritanya.. Sayang banget kayaknya si ibunya ini...
2021-10-21 16:49:25
0
  • 1
  • 2
19 Chapters
1. Moment Pertama
Tujuh tahun kemudian setelah hari kelahiran, di luar rumah nampak hujan turun. Bau tanah kering yang tersiram air, menguar tercium, mengusik hidung.“Bu, di luar hujan, ya?” tanyaku pada Ibu.    “Iya, Massika kenapa, mau main keluar?” tanya Ibu.     “Hmm, nggak Bu, aku takut,” jawabku.     Ibu mengernyitkan kening, dia tersenyum lalu mulai menjelaskan sesuatu. Ibu berkata, tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku lahir ketika hujan turun. Itulah sebabnya, mengapa ibu memberikan nama Massika.   “Hujan, ‘kan, hanya air, kamu takut dengan air?” tanya Ibu mengakhiri ceritanya.   “Iya sih, tapi …." Aku menghentikan kalimat, bimbang hendak berkata apa.   “Sudah, ayo kita keluar!" ajak Ibu.   Kemudian ibu membawaku keluar rumah. Sesampainya di depan pintu rumah, langkahku terhenti.
Read more
2. Sekolah
Pagi hari, Ibu mengetuk kamarku sambil memanggil namaku. Hari ini, adalah hari pertamaku masuk sekolah.   “Iya, Bu, sebentar …,” kataku, baru saja terbangun dari tidur karena suara Ibu memanggil namaku dari luar kamar.Kemudian, Aku langsung bangkit dari ranjang tidurku dan langsung berjalan sempoyongan membuka pintu kamarku.   “Huaaahhh … Bu, aku masih mengantuk, nih …,” kataku sambil mengucek mata.   “Hei … hari ini ‘kan, hari pertama kamu masuk sekolah. Semangat, dong …,” kata Ibu.    “Iya, Bu … tapi aku masih mengantuk, nih. Sebentar lagi deh, ya?” tanyaku pada Ibu.    “Eh, tidak bisa, dong … yah sudah, ayo kita mandi dulu,” kata Ibu sambil mengelus rambutku.Mengiyakan perkataan Ibu, lalu Ibu membawaku menuruni tangga dan langsung menuju kamar mandi. Selesai mandi dan
Read more
3. Pergi kamu!
Tampak dari kejauhan, Zahir masih saja menundukkan kepala sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Aku semakin merasa puas melihatnya seperti itu. Tidak ada sedikit pun rasa penyesalan, setelah apa yang ku lakukan pada Zahir.   “Sialan! Berani-beraninya, dia mempermalukanku seperti ini. Awas saja, akan ku balas perbuatanmu!” gumam Zahir, sambil mengepalkan kedua tangannya semakin kuat.Sekarang, pandangan mata tidak lagi terpusat pada Zahir. Melainkan, para murid sekelasku kembali memperhatikan Bu guru yang tengah berdiri di depan kelas. Bu guru berkata, hanya perkenalan saja untuk pertemuan pertama ini. Kemungkinan besok, baru lah pelajaran pertama kami dimulai. Sesaat setelah itu, lonceng sekolah berbunyi.   “Baiklah, perkenalan kita cukup sampai disini dulu, ya … sekarang, kalian boleh pulang,” kata Bu guru.Para murid berbaris dan secara bergantian bersalaman dengan Bu guru. Lalu, para murid berl
Read more
4. Ibu
Aku dan Alya belum juga pulang ke rumah. Kami berdua masih asik bermain di tengah derasnya hujan. Tiba-tiba, Alya menghentikan langkahnya sambil memeluk dirinya sendiri, dengan bibir tampak bergetar dan sedikit pucat. Alya memanggilku dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Namun, sepertinya dia merasa malu untuk mengatakannya. Aku menoleh kearah Alya, dan langsung menghampirinya.   “Kenapa, Al?” tanyaku pada Alya.    “Dingin, hehe … hujan nya semakin deras, nih …,” jawab Alya, menggigil kedinginan.    “Eh, kamu kedinginan, ya? Ah, lemah banget, sih … baru juga sebentar,” kataku.   “Iya, sih … ya, mau bagaimana lagi? Aku sudah menggigil, nih. Kita pulang, yuk …,” ajak Alya, memeluk tubuhnya semakin erat.   “Yah, padahal Aku masih ingin bermain dengan hujan … yah sudah lah.”Merasa kasihan pada
Read more
5. Hening
Kehilangan sosok orang tua, memang sangat lah menyakitkan. Sejak lahir, ayah lebih dulu meninggalkanku. Tidak begitu terasa karena saat itu, aku masih belum bisa melakukan apa-apa. Namun, yang membuatku merasa sangat terpukul adalah, saat kepergian ibuku. Melihatnya terbaring lemah tak berdaya, seakan hatiku hancur. Semua harapan yang ku bangun bersama ibu, kini telah sirna semenjak ibu tak lagi berada di sampingku. Semua terasa hambar sejak dia pergi meninggalkanku. Apalagi, setelah mendengar dari orang-orang yang berada di rumahku, kalau ibu mengalami kecelakan saat mengendarai mobil.   Malam berganti pagi. Suara ibu, tak terdengar lagi di telingaku. Biasanya, ibu selalu memanggil dan mengetuk pintu kamarku setiap pagi. Kini, suara itu telah hilang, berganti dengan suara kokokan ayam, masuk ke telinga dan membangunkan tidurku. Menarik nafas panjang, aku bangkit dari ranjang tidurku dan langsung keluar dari kamar.   “Kak, Alya pergi kemana?
Read more
6. Kasmaran
Dua belas tahun berlalu. Tubuhku yang mungil dan lugu, kini sudah beranjak dewasa. Kak Melly, menikah dengan seorang pria berusia setara dengan nya, dan dikaruniai dua orang anak. Kak Melly, mengajakku pindah ke rumah baru nya bersama suami dan anak-anaknya, ke kota besar yang jauh dari kampung halamanku. Rumah lama peninggalan orangtuaku telah disewakan. Kak Melly, tidak tega kalau harus menjual rumah itu, walaupun dalam keadaan terpaksa sekalipun.Usiaku sudah genap sembilan belas tahun. Aku masuk di salah satu Universitas yang ada di kota Bandung, tak jauh dari rumah milik Kak Melly. Tidak tahu mengapa dia mengusulkan Universitas itu, tapi dari sinilah kisah perjalananku di mulai ….   Brakk!   “Eh, ma-maaf …,” kataku sambil merapihkan buku-buku milikku yang jatuh berserakkan ke lantai.   “Hei! Kalau jalan pakai mata, dong!” bentak seorang pria yang baru saja tertabrak olehku.&nb
Read more
7. Dasar Playboy!
Aku berjalan bersama Alya, berniat ingin pergi ke kantin. Namun, kami tak tahu dimana keberadaan kantin tersebut. Kemudian, seorang wanita berjalan kearahku. Aku memberhentikan langkahnya, dan bertanya,   “Maaf, Kak … kantin sebelah mana, ya?”   “Oh, dari sini, kakak hanya tinggal lurus saja kesana. Nanti, kakak ambil jalan sebelah kiri, lalu menuruni tangga dan nanti ada pintu keluar disana. Nah, dari pintu keluar itu, sudah kelihatan kantinnya,” jelas wanita itu.    “Oh, begitu … terima kasih banyak, Kak,” kataku pada wanita itu.Wanita itu menganggukkan kepala dan mengiyakan perkataanku. Setelah itu, dia pergi dan kami pun langsung melanjutkan perjalanan, mengikuti arah yang dikatakan oleh wanita itu. ‘Disini, belok kiri … lalu ada tangga …, nah, ini tangganya!’ batinku. Aku dan Alya, menemukan tangga sesuai arahan. Lalu, menuruni tangga dan menemuk
Read more
8. Si Culun yang menyeramkan
“Awas, minggir-minggir!”Alex berlari masuk ke dalam kantin sampai mendorong semua Mahasiswa yang menghalangi jalannya. Dia masuk ke dalam ruangan yang ada di dalam kantin, lalu bersembunyi disana.   “Si Alex kenapa, ya?”   “Tidak tahu, di kejar setan mungkin, hahaha …,”   “Samperin sana … siapa tahu, dia membutuhkan bantuan kalian.”Tiga orang pria berpakaian layaknya seorang Mahasiswa, sedang duduk di sudut kantin sambil menikmati makanan. Mereka melihat Alex yang baru saja berlari ketakutan menuju sebuah ruangan yang ada di dalam kantin. Salah seorang pria itu menyuruh kedua pria lainnya untuk menghampiri Alex yang sedang ketakutan itu. Mereka pun menyetujuinya dan berjalan bersama menuju ruangan itu.   Tok … tok … tok …    “Lex, buka pintunya!”    “Woi, buka!”
Read more
9. Bagaimana?
“Sudah lah, Kak, tidak perlu dibahas. Dia juga sudah masuk dan bersembunyi di dalam kantin. Nah, ada keperluan apa kakak datang kesini?” tanyaku pada Kak Melly.   “Hmm …, tidak ada, kakak hanya ingin melihatmu saja. Kakak juga alumni kampus ini, loh. Para Dosen yang mengajar di kampus ini, semuanya mengenal kakak. Jadi, kamu jangan macam-macam disini, apapun yang kamu lakukan, kabar itu akan langsung ke telinga kakak,” jawab Kak Melly.    “Aku bukan anak kecil lagi, Kak. Jadi, kakak tidak perlu mengekangku seperti itu,” kesalku sambil berjalan pada Kak Melly, karena merasa sedikit malu karena kedatangannya di kampus, membuatku menjadi sorotan para Mahasiswa yang berada di sekitar halaman kampus itu.     “Lho, kakak hanya memastikan kamu saja, kok … yah, sekalian menunggu Cindy dan Rani pulang sekolah,” kata Kak Melly padaku.Karena kejadian yang memalukan tadi, a
Read more
10. Manja
Jam dinding kelasku menunjukkan pukul sebelas lebih lima menit. Pelajaran telah usai dan Dosenku berjalan meninggalkan kelas.   “Huaaahhh … selesai juga akhirnya. Setelah ini, aku bisa pulang dan tidur sepuasnya, hore …,” kataku kegirangan sambil menyusun buku-buku milikku dan memasukkannya ke dalam tas.    “Wah, enak banget kamu, ya … selesai kuliah bisa langsung tidur. Sedangkan aku, langsung berangkat kerja demi membayar biaya kuliahku,” sahut Alya yang tengah duduk disampingku.   “Lho, kamu kerja? Dimana, Al?” tanyaku pada Alya.   “Aku bekerja di salah satu toko roti yang tidak jauh dari kampus ini, Massika. Yah, berangkat dengan jalan kaki saja juga sudah sampai, kok,” jawab Alya.   “Wah, enaknya … aku malah ingin bekerja seperti kamu, memiliki penghasilan dan membayar uang kuliah sendiri, tapi …, Kak Melly ti
Read more
DMCA.com Protection Status