PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN

PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN

Oleh:  Evi Supiyah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
34 Peringkat
69Bab
10.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Benarkah anda adalah ayah kandung saya?" Lintang Prameswari terbelalak takjub memandang tak percaya pada Ki Dalang Narendra, sosok mempesona yang terlihat masih berusia sedikit diatasnya. Begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh Mustika Panji Anom yang dimiliki oleh Ki Dalang Narendra. Lelaki tampan yang terlihat masih begitu muda di usianya yang memasuki 40 tahun itu. "Seharusnya kamu tidak mendekati bahaya yang sejak dulu mengintaimu, Nduk! Susah payah aku berusaha menjauhkanmu dari iblis itu. Cukup ibumu, belahan jiwaku yang menjadi korban. Jangan kamu! Karena kamulah pusat kehidupanku, Putriku!" Narendra menatap nanar sosok belia di hadapannya. "Jaga dan lindungi dia, Wage! Kupercayakan keselamatan jiwanya padamu!" Dengan tegas Wage menyanggupi titah guru spiritual sekaligus penyelamat hidupnya itu. "Apapun akan kulakukan untuk memilikimu seutuhnya! Walaupun harus ada pertumpahan darah untuk menyingkirkan semua penghalangku!" Tekad Wulansari seraya memandang wajah suaminya dengan tatapan memuja. "Aku tidak dapat berhenti mencintaimu, Lintang! Tetapi, akupun tak dapat memaksakan perasaanmu padaku. Karena aku sadar akan keadaanku. Cukuplah bagiku untuk selalu menjagamu, selalu berada di dekatmu!" "Kamu adalah malaikat penjagaku. Aku sangat mengasihimu, tapi ada dendam kesumat yang harus aku balaskan demi nyawa ibuku. Demi kebahagiaan yang terenggut paksa dari kehidupanku! Aku tidak bisa menjanjikan apapun padamu! Maafkan aku!" "Maafkan putrimu, Ayah! Aku sengaja datang untuk menuntut balas!"

Lihat lebih banyak
PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Septiana Kurniawat
ga pernah up lagi Thor???? kenapa?????
2022-08-23 04:43:14
1
default avatar
vergin.chandra
ceritanya beda dari yg lain, bagus banget tapi udah lama ga ada lanjutannya, up dong thor, pliss
2022-07-20 18:01:15
1
user avatar
Zhu Phi
Mampir yuk ke Rumah Kosong di Dusun Angker
2022-06-08 17:09:46
0
user avatar
liza sarah
baguuus...... lanjut ya thor.........
2022-04-08 15:32:46
0
user avatar
Ucing Ucay
semangat berkarya kakak...
2022-02-08 12:10:40
0
user avatar
Ai
eh bagus lho
2022-02-08 06:40:03
0
user avatar
Dian Apriria
Bagus, Kak...
2022-02-07 19:48:51
0
user avatar
Paradista
Alur ceritanya tidak biasa, menarik.
2022-02-07 19:36:28
0
user avatar
Pena Ryndu
Tokohnya keren kak. Dan rasa penasarannya dapet bgt..
2022-01-18 20:14:12
0
user avatar
Naily L
ceritanya menarik.........
2021-12-28 00:21:58
0
user avatar
Cathalea
Ceritanya unik, bikin penasaran. Semangat up, kak.
2021-12-22 08:20:41
0
user avatar
Safiiaa
Oh Seminar malang nian nasibmu,,, semangat updatenya thor...
2021-12-22 00:05:39
0
user avatar
Jinada
karma is real wulannnn
2021-12-21 23:21:53
0
user avatar
Andika
Temanya unik.. ngeri juga hwhw.. jagoan deh author nya ...
2021-12-21 23:04:19
0
user avatar
Laquisha Bay
Suka nama-namanya. Kental sama budaya Indo. KEREN.
2021-12-21 19:55:37
0
  • 1
  • 2
  • 3
69 Bab
Bab 1. PEMBUNUHAN KEJI SANG SINDEN
Bab 1. Pembunuhan Keji Sang Sinden   Wanita cantik dengan balutan kebaya sederhana berwarna hijau lumut itu semakin mempercepat langkah kakinya. Jalan kampung yang dilaluinya mulai lengang. Sementara bohlam berwarna kekuningan berwatt kecil, yang di tempatkan sebagian warga yang terbilang cukup berada di jalan depan rumah mereka, berjarak agak berjauhan satu sama lain. Sinarnya yang temaram tak mampu menembus kepekatan malam.    Sore ini ia memang agak terlambat pulang ke rumah setelah menyelesaikan latihannya sebagai sinden untuk persiapan pagelaran wayang kulit yang akan digelar Minggu depan di kediaman Lurah desa tetangga untuk acara bersih desa yang dipimpin Ki dalang Suryo yang juga merupakan mantan ayah mertuanya itu.   Kalau dulu, setiap selesai latihan Narendralah yang akan selalu dengan senang hati mengantarnya pulang, memboncengnya dengan sepeda kumbang atau meminjam motor bebek milik ayahnya dan sengaja m
Baca selengkapnya
Bab 2. AWAL DARI SEGALA BENCANA
Bab 2. Awal dari Segala Bencana   Sembilan bulan sebelumnya ..   Asap setanggi yang membumbung tinggi disertai aroma bebungaan memenuhi ruangan tak terlalu luas tanpa perabot selain bentangan tikar pandan yang tengah dijadikan alas duduk oleh dua orang lelaki beda usia juga tungku pedupaan dan wadah Kuningan yang berisi rendaman kembang setaman.    Narendra duduk bersila dengan takzim di hadapan Ki Sudarma, seorang dalang tua yang terkenal sangat sakti itu. Tujuannya sudah jelas ingin mendapatkan ilmu agar ia juga bisa menjadi seorang dalang terkenal dan laris.   Sebelumnya, ia sudah bertahun-tahun belajar mendalang tapi karena masih muda dan belum terkenal, ia jarang mendapat panggilan mendalang. Padahal dalam darahnya mengalir darah keturunan dalang. Mulai Kakek, Ayah dan sekarang dirinya berprofesi sebagai dalang. Sejak kecil ia sudah dibimbing Ayah dan Kakeknya untuk menjadi seorang dalang.
Baca selengkapnya
Bab 3. MUSTIKA KEABADIAN PANJI ANOM
Bab 3. Mustika Keabadian Panji Anom.   Hari-hari berlalu, Narendra yang dengan kebulatan tekad menjalani ritual demi ritual yang tentu saja tidak bisa dibilang mudah. Begitu besar godaan silih berganti yang datang untuk menggagalkan usahanya, tapi ia tetap menguatkan diri demi apa yang tengah diperjuangkannya. Keteguhan hatinya itu semakin menumbuhkan kekaguman Ki Sudarma.    Hingga tibalah malam terakhir perjuangan dalam ritual puasanya.    Esok paginya, sesaat setelah terdengar Kokok ayam jantan pertama terdengar, Ki Sudarma memasuki gubuk kayu yang sengaja dibangunnya di tempat yang sangat terpencil jauh di dalam hutan. Adalah tempat dimana Narendra menjalankan ritualnya selama lebih dari satu purnama.    Dibukanya gubuk kayu berukuran tak lebih dari tiga kali tiga meter itu. Derit pintu terdengar memecah kesunyian. Fajar belum lagi menyingsing, sementara gubuk tanpa lampu itu terli
Baca selengkapnya
Bab 4. WULANSARI
 Bab 4. WULANSARI     Ki Dalang Suryo, ayah Narendra menatap dengan sorot mata kebingungan saat putranya meminta restu padanya untuk menikahi Wulansari, putri dari Ki Sudarma seorang dalang yang dulu sangat terkenal, namun sudah beberapa tahun terakhir seolah telah mengasingkan diri, karena sudah sangat lama tak lagi terdengar penampilannya membawakan kisah perwayangan.   "Lalu bagaimana dengan Suminar, Ngger? Bukankah dulu, kamu sendiri yang mendatangiku untuk meminta ijin menikahinya? Bagaimana dengan bayi yang baru dilahirkannya?"     "Kami sudah bicara, Pak. Dia wanita yang sangat mengerti kebutuhanku. Dia tidak akan menahan langkahku, toh semua ini kulakukan untuk masa depan kami, masa depan Lintang. Putriku harus mendapatkan yang terbaik. Meskipun ada yang harus dikorbankan di awal, tapi Suminar dapat mengerti." jawab Narendra. "Kami sudah membuat kesepakatan sebelum Minar melepaskan saya!"
Baca selengkapnya
Bab 5. LELAKI YANG SANGAT MENCINTA
 Bab 5. Lelaki Yang Sangat Mencinta     Ki Sudarma menatap tak percaya pada wanita yang tengah tertunduk dengan bahu terguncang oleh Isak tangis yang terdengar memilukan.   "Aku sungguh-sungguh tak percaya kau bisa melakukan perbuatan sekeji itu, Wulan!" Wanita yang bersimpuh di depannya tak menjawab selain isaknya yang kian keras penuh penyesalan.   "Ampuni aku, Bapak! Aku begitu marah saat mengetahui apa yang dilakukannya di belakangku. Ternyata selama ini ia masih sering menemui sinden itu!" isak Wulan mengadu.   "Dia melakukannya atas seijinku. Kamu hanya cemburu padanya. Padahal ia hanya menjalankan kewajibannya yaitu menafkahi anak kandungnya. Seharusnya kamu mempercayainya. Aku yakin dia tidak akan bertindak di luar batas!" bantah Ki Sudarma.   "Aku sangat mencintainya, Bapak! Aku tidak rela jika dia membagi perhatiannya pada wanita lain. Aku hanya i
Baca selengkapnya
Bab 6. APAPUN UNTUK YANG DICINTA
Apapun Untuk Yang Dicinta   "Sudah kulakukan apa yang harus kulakukan. Semuanya hanya untukmu. Untuk masa depan kita!' ujar lelaki itu seraya mengelus perut wanita pujaannya yang terlihat mulai mengembang diusia 4 bulan kehamilannya.       "Ya. Aku sudah mendengarnya. Itu membuatku lebih tenang. Satu batu penghalang sudah disingkirkan. Kita bisa lanjutkan perjalanan dengan lebih nyaman. Meskipun harus lebih sabar karena butuh waktu untuk mencapai tujuan." tutur wanita di depannya dengan suara lembut.   Batu yang didudukinya terasa basah oleh aliran air sungai, tapi ia tak perduli. Pun saat pakaian longgar yang membungkus tubuhnya juga sudah kuyup di bagian bawahnya. Ia hanya sedang menanti saat yang tepat.   "Aku tak perduli, harus berapa lama lagi menunggumu dan bayi kita untuk bersatu! Aku akan selalu setia. Menjagamu dan bayi kita. Aku tidak akan rela membiarkanmu merasa takut dan khawat
Baca selengkapnya
Bab 7. SETELAH SEKIAN LAMA TERPISAH
Bab 7. SETELAH SEKIAN LAMA TERPISAH 17 tahun berlalu... Jelang sore, Seorang gadis berparas cantik dengan masih mengenakan seragam putih abu-abu yang tampak lusuh dipenuhi coretan pilox bahkan tas kain dan sebagian rambut panjangnya juga tak luput dari semprotan pilox warna oranye, tampak berdiri di depan gerbang besi setinggi hampir dua meter di pinggir jalan raya yang selalu tampak ramai lalu lintasnya, karena rumah mewah itu memang berada di tengah-tengah kota Kabupaten.     Dari sela-sela jeruji gerbang ia dapat melihat sebuah bangunan rumah megah bertingkat di dalam pagar yang tampak sepi tak berpenghuni. Di halaman luas ia juga melihat sebuah truk besar dengan gambar gunungan wayang berwarana emas terlukis di bak papan berwarna dasar merah menyala, di sebelah truk, dan sebuah mobil sedan keluaran terbaru berwarna abu-abu metalik. Tepat di luar pagar, sebuah papan nama berukuran lumayan besar dengan tulisa
Baca selengkapnya
Bab 8. PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN
  Lintang terbeliak tak percaya pada apa yang baru saja di dengarnya. Pandangannya seolah melekat pada sosok muda berwibawa dengan setelan resmi yang tengah berkonsentrasi pada ramainya lalu lintas di lajur jalan yang mereka lalui. Ayah kandungnya?? Lelaki yang terlihat masih berusia sekitar 23 - 25 tahun itu mengaku bahwa ia adalah ayah kandungnya. Sementara ia sendiri, beberapa bulan ke depan akan merayakan ulang tahunnya yang ke 18. Telinganya yang salah dengar apa otak lelaki itu yang sinting? Narendra melirik sorot tak percaya sekaligus bingung yang terpancar di mata putrinya yang melotot ke arahnya. Yah tentu saja. Tak ada satupun orang yang akan percaya jika ia mengaku telah berusia 43 tahun. Penampilannya memang terlihat seolah masih berusia 25 tahun.  Tubuhnya seolah berhenti berproses untuk menua seiring usianya semenjak ia menelan mustika Panji Anom yang telah didapatkannya usai
Baca selengkapnya
Bab 9. MENEMUKAN JALAN UNTUK PULANG
 Bab 9. Menemukan Jalan Untuk Pulang. Narendra segera memanggil pelayan rumah makan. Setelah meminta pelayan untuk membungkus semua pesanan yang nyaris tak tersentuh, membayar sekaligus memberi tip pada pelayan itu, Narendra mengajak Lintang keluar.     "Ayo, aku akan mengantarmu pulang, biar kamu tidak terlambat bekerja nanti!" ajak Narendra sebelah tangan menenteng tas berisi aneka makanan yang tadi mereka pesan, sementara tangan yang lain memeluk bahu Lintang, membimbingnya lembut keluar dari rumah makan yang tampak mulai terisi hampir disemua mejanya.     Beberapa pasang mata mengunjung tampak memandang keduanya dengan pandangan ingin tahu dan bisik-bisik antar sesama pengunjung yang datang bersama setelah mereka mengenali sosok sang Dalang.     "Baiklah, kemana aku harus mengantarmu?" tanya Narendra setelah mereka sudah berada dalam mobil dan bersiap untuk menj
Baca selengkapnya
Bab 10. NIGHTCLUBS' STAR
Bab 10. NIGHT CLUBS STAR    Jaya memasuki pelataran parkir sebuah bangunan ruko mewah di sudut kota. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi area parkir yang baru saja mereka masuki justru semakin padat. Beberapa motor dan mobil tampak mulai memadati area parkir.       "Mau ke mana kita, Non?" tanya Jaya bingung saat dilihatnya Gendis sang putri majikan yang sudah bersiap-siap untuk turun dari sedan yang dikemudikannya. Lalu ia tergesa mengikuti langkah Gendis yang melenggang dengan stelan celana capri dan tanktop putih yang dilapisi jaket kulit hitam sepanjang pinggul yang menempel pas di tubuhnya.       "Aku mau masuk ke sana, Jaya! Cuma aku, bukan kita. Kamu, tetap di mobil" perintah Gendis tanpa menoleh, kaki jenjangnya yang terbungkus boots kulit melangkah ringan diatas paving menuju salah satu ruko yang tampak temaram dengan minimnya penerangan. Tapi terlihat ramai oleh pengunjung.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status