Ayah Untuk Danish

Ayah Untuk Danish

Oleh:ย ย Mahfuzah Badrudย ย On going
Bahasa:ย Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
24Bab
4.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:ย ย 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Senja. Keindahan alam yang kehilangan pesonanya karena kesucianya telah dipertanyakan. Gibran, sang suami, mulai membencinya setelah malam pertama mereka. Juga tak mengakui sang buah hati sebagai putra. "Ayah selalu marah saat Danish panggil, Ayah." Danish.

Lihat lebih banyak
Ayah Untuk Danish Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Fiya Yulia
Ceritanya Bagus kak, ko lama ya belum lanjut lagi
2022-09-16 01:50:44
1
user avatar
Si Khoyek
kok lama belum up kak,ditunggu lanjutannya semangat kak...
2022-06-02 00:25:26
0
default avatar
Polin Rodise
Cerita yg sangat menyentuh,semangat untuk lanjutan ceritanya kak
2021-11-27 20:42:19
2
24 Bab
Prolog
Katamu, aku keindahan alam yang bisa kau nikmati setiap waktu. Bukan hanya pada bagian setengah gelap di bumi, ketika matahari mulai beranjak ke peraduan. Tapi, kapanpun kamu mau. Tanpa jeda, tanpa harus terhalang cerah gelapnya planet kehidupan ini. Begitu, katamu. Tentang pesonaku. Siapa yang tak melayang, disanjung lelaki yang iris matanya setajam elang. Apalagi untuk serorang anak panti—yang baru merasakan cinta pertama, sepertiku. Bersamamu.First impression kita begitu mengesankan. Hingga saat ini masih melekat begitu kuat dalam ingatan. Dalam keterdiaman, kuelu-elukan di kau jelmaan pangeran, saat hari di mana kau datang, membawakan banyak makanan, juga mainan untuk adik-adik pantiku. 'Tuhan, semoga jodohku sebaik laki-laki itu,' mohon batinku saat tak sengaja netra kita bertemu. "Ah, siapalah aku." Sadarku di malam-malam sunyi, dalam keterdiaman dan hanya ditemani rerintik hujan. Sekuat tenaga kuhempas jauh, namun, bayangmu
Baca selengkapnya
Bab 1 Dilarang Memanggil Ayah
"Mas Fais, tolong bantu aku, Mas. Danish demamnya tinggi banget. Aku mau membawanya ke rumah sakit, tapi nggak tau mau minta tolong sama siapa," mohon seorang wanita dengan menangkupkan dua tangan di dada, setelah pintu rumah yang di ketuk terbuka. "Senja? Ya ampun, emangnya Gibran ke mana? Nggak pulang?" "Nggak, Mas," geleng Senja lemah. Rasa malu dan bersalah bercampur jadi satu. Menganggu orang lain tengah malam begini, bukan keinginan Senja, melainkan terpaksa.  "Keterlaluan!" Fais mengusap wajahnya kasar membayangkan kelakuan tetangga sekaligus rekan kerjanya, yang tidak pernah peduli pada anak dan istrinya.  "Sebentar, aku keluarin mobilnya." "Iya, Mas. Aku lihat Danishnya dulu."  Fais sempat menoleh ke arah wanita yang setengah berlari untuk kembali ke rumah. Sebelum gegas mengambil kunci mobil dan mengeluarkannya dari garasi.  Tidak tega. Otak Faiz buntu mencerna jalan pikiran suami S
Baca selengkapnya
Bab 2 Panggilan yang Membuat Hati Bergetar
Ada masanya seseorang lelah, dan logika mengirim sinyal pada hati agar lekas menyerah. Sebab merdunya bisikan cinta tak 'kan pernah terdengar, pada sebelah tangan yang bertepuk di udara. .Setelah membeli sarapan untuk Senja dan Danish di kantin rumah sakit, Fais pamit pulang, karena harus ke kantor. Dan berjanji pada bocah kecil itu untuk menjenguknya sepulang kerja.Meski Senja sudah melarang, nurani Fais masih berfungsi dengan baik. Melihat sepasang mata sipit milik Danish yang mulai berkaca, Fais tidak tega."Kenapa Ayah Fais nggak boleh ke sini lagi, Bunda? Apa karena Danish nakal?" "Bukan nggak boleh, Sayang. Tapi, Om Fais, kan sibuk ....""Nggak kok. Ayah nggak sibuk, nanti pulang kerja, Ayah pasti ke sini buat jenguk Danish. Danish anak yang baik, siapa bilang Danish nakal?""Tapi, Ayah Gibran selalu bilang Danish nakal kan, Bunda?" Dalam mobil, Fais tidak mampu menahan kesedihannya. Danish terlalu men
Baca selengkapnya
Bab 3 Pertengkaran Orangtua?
"Sayang, kalau misal kita ... nggak tinggal bareng Ayah lagi, Danish nggak apa-apa?"Deg.Di balik pintu, Fais juga menunggu jawaban bocah kecil itu dengan hati berdebar. Entah kenapa, rasa khawatir tiba-tiba bersarang? Entah atas dasar apa, Fais merasa tidak rela jika Danish memilih bertahan."Bener, nanti kita nggak akan tinggal bareng Ayah lagi, Bun?" tanya bocah kecil itu yang sudah tampak lebih sehat dari sebelumnya. "Ya ... menurut Danish gimana? Pokoknya ya Sayang, apapun keputusan Danish, Bunda ikut aja. Tapi, Danish harus jawab jujur ya, Danish masih mau tinggal bareng Ayah atau enggak?" Senja mengusap tangan putranya sembari tersenyum, seolah memberi tanda, Danish punya hak penuh untuk memutuskan pa yang akan mereka jalani selanjutnya."Eum, itu ... nggak apa-apa, kan Bunda?" tanya Danish sekali lagi sembari berusaha untuk duduk."Sini, Bunda bantu.""Enggak, Sayang. Mulai sekarang, Bunda cuma pengen lihat
Baca selengkapnya
Bab 4 Kapan Kita Menikah?
Ada yang muncul tiba-tiba, sosok yang berusaha membawanya keluar dari semesta yang selalu malam.."Aku jahat kan, Mas?"Wanita itu terus meracau dengan tatapan kosong dan berkaca. Senja seperti kehilangan dirinya. Seperti bukan Senja. Fais yang merasa khawatir, tanpa berpikir panjang langsung meraih wanita itu dalam pelukan. "Hei, tidak Senja. Bukan begitu maksudku. Maaf, aku salah bicara. Kamu ibu yang sangat baik untuk Danish.""Lalu, kenapa Mas Fais menuduhku menghancurkan kebahagiaan Danish? Kenapa?!" Bersamaan dengan isakan yang mulai tumpah, tangan mungil Senja memukul-mukul dada bidang lelaki itu. Sebagai pengganti tetiap kata, sebagai bentuk penjelasan, bahwa Senja bukan ibu seperti yang Fais tuduhkan. "Aku tidak seperti itu," tekan Senja dengan suara yang terdengar parau. "Tentu saja. Maaf. Sungguh aku tidak bermaksud menuduhmu seperti itu. Aku hanya tidak tahan melihatmu dan Danish jadi sasara
Baca selengkapnya
Bab 5 Orang-orang Baik
Pernah ada yang menunggu kepulangan. Dan itu hanya terjadi di masa lalu. Sebab di masa sekarang, ia bukan lagi milikmu. Pada hakikatnya, senja memang tak bisa kau nikmati setiap waktu kau mau. Sementara Senja yang baru keluar dari kamar mandi tampak kaget mendapati Fais bersama seseorang. "Mas Fais, Bu ....""Biar tidak menimbulkan fitnah," ujar Fais tersenyum. Saat melihat Senja yang terkejut dengan keberadaan Bu Maria."Senja, ya ampun, Nak!"Bu Maria berjalan mendekat ke arah wanita cantik yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Sementara Fais, memilih mendekat ke ranjang Danish. Bermaksud memberi ruang pada dua wanita beda generasi itu untuk bercerita. Mungkin."Kenapa kamu nggak ngomong apa-apa sama, Ibu? Ibu pikir kalian ke mana, udah dua hari kamu sama Danish tidak kelihatan.Untung tadi Fais ke rumah kasih tahu Ibu, kalau kalian di rumah sakit," ujar Bu Maria sembari memeluk Senja. Jelas sekali rasa khawatir
Baca selengkapnya
Bab 6 Berhenti Memanggil Ayah
Jika cinta pertama selalu menyakiti, maka ketulusan cinta terakhir akan datang di kemudian hari. Dari tempat singgah itu, kau hanya perlu keberanian untuk melangkah pergi.."Senja, Danish!"  Gibran yang baru keluar dari mobil, menatap orang-orang yang berdiri di depan rumahnya dengan tatapan yang tidak bisa dijabarkan. Sementara Danish yang tadinya anteng, kini malah mengaitkan tangannya ke leher Fais. Menatap tidak suka, pada laki-laki yang melotot ke arah bundanya. Jenis tatapan yang biasa balita itu lihat setiap hari. Pemandangan yang tidak menyenangkan sama sekali.  Laki-laki yang sudah lima tahun lebih menjadi suami Senja, mulai berjalan mendekat mengikis jarak.  "Dari mana saja, kamu, hah? Bagus ya, pergi nggak bilang-bilang. Eh, ternyata pulangnya bareng laki-laki lain!" sergah Gibran setelah berdiri tepat di hadapan mereka. "Lo lagi, bini ora
Baca selengkapnya
Bab 7 Aib yang Tak Seharusnya Dibuka
Tak ada yang sanggup berlama-lama dengan luka yang tercipta tanpa anestesi.."Oh, ini toh orang yang ninggalin noda lipstick di baju suami orang!"  "Sok-sok an nuduh istrinya selingkuh. Padahal, dia sendiri yang ketahuan main perempuan." "Iih, jahat banget sih, jadi lakik! Istrinya sibuk rawat anak di rumah sakit. Dia malah sibuk selingkuh. Pake fitnah Senja, lagi." Mendengar cemohan orang-orang yang masih setia bergerombol di depan rumahnya. Gibran merasa hampir gila. Dalam hati, laki-laki itu merutuki Natasya yang nekat menyusul ke rumahnya segala. "Heh, Gibran. Harusnya kamu itu berterima kasih sama Fais, yang udah mau bantu bawain anak kamu ke rumah sakit, di saat bapaknya sendiri sibuk bermaksiat." "Eh, tau nggak sih, Ibu-ibu. Biasanya orang yang selingkuh, kalau sampe zina bakalan terkena penyakit kelamin. Ih, amit-amit, deh. Kalau aku jadi Senja, sih, u
Baca selengkapnya
Bab 8 Sebuah Keputusan
 Bu Maria segera berlari ke arah Danish, dan membawanya masuk untuk melihat Senja. Disusul, Fais.  "Ya Allah, Senja! Kenapa kamu sampai seperti ini, Nak?!" pekik wanita paruh baya itu panik, kala mendapati Senja terbaring di lantai dalam keadaan tidak sadarkan diri. Di samping jendela.  "Senja," panggil Fais mendekat dan berjongkok di samping Bu Maria. Sementara si kecil Danish, adalah yang paling takut di antara mereka.  "Bundaa ...! Bangun, Bunda. Huhuhu!" "Senja, bangun, Nak." Bu Maria menyentuh pipi dan tangan Senja. Telapak tangan mungilnya terasa basah oleh keringat. Dingin.  'Mungkinkah, Senja mendengar semuanya?' batin Bu Maria.  "Bu, ayo kita pindahin dulu ke sofa!"  "Iya. Awas dulu, Sayang." Wanita paruh baya segera menarik Danish menjauh, agar Fais bisa mengangkat Senja. &
Baca selengkapnya
Bab 9 Dongeng Ayah Fais
 Melihat tingkahmu, membuatku mendadak ingin menjadi orang tua.~Fais.Tok. Tok. Tok."Assalamualaikum!""Waalaikumsalam! Sebentar!" Fais yang masih berada di belakang, berjalan dengan sedikit tergesa ke pintu utama, setelah mendengar ada yang memberi salam. "Danish? Tumben ke sini, malam-malam?" tanya Fais yang baru menyembul dari balik pintu. Bagaimanapun, laki-laki dalam balutan kaos polos dan bawahan jogger pants itu sedikit kaget mendapati bocah yang kini berdiri di depan pintu rumahnya dengan sebuah buku bersampul gambar di tangan. "Jadi, nggak boleh ya, Yah?" tanya Danish polos. Tergambar sedikit kekecewaan. Mungkin, tak pernah mendapat penolakan dari laki-laki yang dipanggil Ayah itu sebelumnya. Bukan penolakan, sebenarnya, hanya pemahaman si kecil Danish masih terlalu polos saja. Sebab ayah kandung selalu merespon dengan penolakan atas usahanya. Ketika ... mencari perha
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status