PURA-PURA BAHAGIA

PURA-PURA BAHAGIA

Oleh:  Rosemala  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
20 Peringkat
116Bab
27.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hanindya terpaksa menikah dengan Aiman, mantan pacar kakaknya, karena Tania sang kakak meninggal menjelang hari pernikahan mereka. Setahun lamanya Hani pura-pura bahagia menjadi istri Aiman. Sebernarnya, sudah berbagai cara ia lakukan untuk menarik perhatian lelaki itu, tapi Aiman tetap mengabaikannya. Hingga Hani lelah dan menyerah. Saat Hani lelah itulah, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Aiman.

Lihat lebih banyak
PURA-PURA BAHAGIA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Noviyadep
Bikin penasarann. Semangat updatenyaaa
2024-01-22 16:08:27
1
user avatar
DLaksana
bagus kak, lanjut
2024-01-20 00:19:53
1
user avatar
Nindya
keren kak. suka...️...️
2023-10-11 20:08:49
1
user avatar
Angela Padang
cinta datang terlambat saat
2023-02-06 19:47:28
1
user avatar
Zubaidah Zubaidah
ini novel keren banget pemirsah...pokokx mah semua karya mak othor Rosemala gak ada yg meragukan kwalitasx dr segala segi..lope2 sekebon cabe sekalian sama sertifikatx dah buat mak thor ya.........
2023-01-02 11:06:37
1
user avatar
Henny Safrini
good story. i read now.
2022-12-20 00:40:12
1
user avatar
Tati Marliah
Bagus ceritanya
2022-09-05 17:25:58
1
user avatar
Yenika Koesrini
semangat ya...
2022-09-01 21:00:46
2
user avatar
Rosemala
terima kasih yang sudah berkenan mampir ke cerita ini.........
2022-06-19 21:03:42
0
default avatar
mareliazahra8
mantaaaaaappppp
2022-04-25 05:29:03
1
user avatar
Sri Muliyani
extra part, mbak....
2022-02-19 02:02:07
1
user avatar
Sri Muliyani
berharap akhir yang bahagia
2022-02-18 02:54:55
3
user avatar
Sri Muliyani
sukses selalu mak e
2022-02-17 22:30:40
2
user avatar
Sri Muliyani
keren, mbak.
2022-02-02 08:28:15
2
user avatar
Helminawati Pandia
Bagus banget alurnya, lanjut ya
2022-01-26 13:24:14
2
  • 1
  • 2
116 Bab
Lelah
Part 1 "Sudah Mas, segera urus perceraian kita secepatnya. Aku sudah lelah. Aku atau kamu yang yang akan menggugat?" kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Hani. Wajahnya sudah memerah dengan mata basah. Beban di dada yang setahun bersemayam rasanya ingin meledak.  Aiman menatap tak percaya. Keterkejutan tergambar jelas di wajahnya.  "Han." Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirnya.  "Aku lelah berpura-pura terus. Lepaskan saja aku agar kamu tidak harus pusing mengurusi perempuan tidak bisa diatur sepertiku." Aiman masih mematung.  "Lelaki seperti kamu hanya pantas hid
Baca selengkapnya
Egois
Part 2 Entah jam berapa ini, Hani merasa sangat haus. Tadi ia kebanyakan menangis, hingga jatuh tertidur, dan terjaga dalam kondisi haus.  Ia membuka pintu, bermaksud ke ruang makan mengambil air minum. Alangkah kagetnya saat pintu terbuka Aiman nampak bangkit dari sofa ruang tengah yang langsung menghadap pintu kamar Hani.  Tanpa mempedulikan Aiman yang memanggilnya, ia langsung ke belakang.  "Han, akhirnya kamu keluar juga. Mas, nungguin dari tadi," katanya sambil mengekori Hani. Sepertinya laki-laki itu memang belum tidur.  Hani diam saja. Rasanya malas untuk sekedar menjawab pertanyaan laki-laki itu. Biar dia tahu bagaimana rasanya d
Baca selengkapnya
Sandiwara
Part 3 Hani meneguk habis air dalam gelas. Matanya melirik meja makan yang menghidangkan sepiring nasi goreng di atasnya. Ada secarik kertas diselipkan di bawah piring. Namun, ia tidak berminat membacanya sama sekali, terlebih memakan nasinya.  Aiman sudah berangkat ke kantor. Hani memang sengaja pulang joging agak siang agar tak perlu bertemu lagi dengan lelaki itu pagi ini.  Setelah mengembus napas kasar, ia berlalu ke kamar, mengambil ponselnya di meja, memutus sambungan ke kabel chargernya.  Saat membuka pesan di aplikasi hijau, sederet pesan Aiman muncul di sana.  [Han, nanti nasi gorengnya dimakan ya!] 
Baca selengkapnya
Licik
Pagi ini, Hani sengaja tak keluar kamar. Rasanya malas harus bertemu laki-laki itu. Ia baru keluar, saat mobil Aiman terdengar meninggalkan halaman. Hani melirik meja makan, sudah ada sarapan lagi yang disiapkan Aiman untuknya, kali ini, sandwich isi telur dan sayuran. Secarik kertas terselip lagi di bawah piring.  Penasaran, ia tarik sedikit kertas itu yang hanya ada satu kata di atasnya. MAAF.  Ia kembalikan lagi kertas itu ke posisi semula, tanpa menyentuh sarapan yang disediakan Aiman. Malah merebus mie instant untuk sarapan.  Saat sedang menikmati mie buatannya, ponselnya berdering. Nama Aiman terpampang di sana. Hani pastikan lelaki itu baru saja sampai di kantor.  
Baca selengkapnya
Bogem mentah
Hani gegas menuju lemari, ia ingin segera mandi dan beristirahat. Dibukanya lemari besar itu, baju-bajunya tertata rapi di sana, seperti setahun belakangan. Aiman menatanya lagi, persis sama dengan cara Hani. Hanya satu yang aneh, ia tidak menemukan pakaian dalamnya.  Bolak-balik dicarinya dari tahapan teratas sampai bawah tetap tidak ditemukan. Kekesalannya membuncah lagi, di mana Aiman menyimpan pakaian dalamnya?  Ia juga marah membayangkan lelaki itu dengan lancang menyentuh barang yang sangat pribadinya itu.  Hani berbalik menghadap Aiman yang ternyata sedang memperhatikannya. Namun, pura-pura memainkan lagi laptopnya saat kepergok.  "Mas!" panggilnya dengan menekan amarah. "Di mana pakaian d
Baca selengkapnya
Bubur ayam
Hani terbangun saat merasakan tubuhnya tidak bisa bergerak. Sesuatu terasa menghimpitnya. Matanya perlahan terbuka dan ia mendapati sebuah tangan melingkari perutnya.  Hani terlonjak, dengan cepat ia melepaskan tangan lalu mendorong tubuh pemiliknya. Wajahnya merah menahan marah.  Aiman yang kaget, mengerjap bingung. Tubuhnya disentakkan begitu saja. "Kenapa, Han?" tanyanya serak.  "Kenapa kamu bilang? Kamu sudah mencuri-curi kesempatan memelukku," tudingnya marah.  "Cuma meluk aja...." jawabnya pelan.  "Cuma katamu? Jadi kamu sengaja menyuruhku tidur di sini, biar kamu bis
Baca selengkapnya
Tendangan
Hari ini terpaksa Hani menjalani hari yang membosankan. Karena ia menolak diajak jalan-jalan, jadi harus pasrah melihat Aiman berkeliaran di depan matanya seharian.  Hani lupa ini hari sabtu, jadi harus libur bareng dengannya. Kalau saja ia ingat, pasti minta tuker off ke hari senin, agar tidak perlu melihat wajah itu seharian.  "Han, kita beresin kamar buat ibu, yuk!" ajak Aiman bersemangat.  "Males," hanya itu jawab Hani sambil terus memainkan ponsel.  Akhirnya, seharian ini ia hanya duduk dan bermain ponsel saja. Mau keluar pun, kunci motornya disembunyikan. Ia malas harus memohon dan mengiba minta kunci dikembalikan. Aiman cerdik, laki-laki itu tahu pasti, Hani akan pergi keluar, kalau kunci
Baca selengkapnya
Ibu datang
Dengan dada berdebar, Hani berjalan menuju pintu. Sementara Aiman memperhatikannya masih dengan meringis.  Terlihat wanita itu menarik napas panjang dulu sebelum membuka pintu. Lalu memejamkan matanya beberapa saat.  "Waalaikumsalam…." ucapnya seraya membuka pintu dengan pelan.  "Halo menantu ibu yang cantik, apa kabar sayang? Kamu sehat, kan? Tambah cantik aja kamu, Han." Perempuan paruh baya itu langsung memeluk dan menciumi Hani dengan hangat.  Hani hanya mengangguk dengan senyum dipaksakan. Ia meraih tangan keriput itu untuk dicium. Ibu mertuanya memang begitu menyayanginya, bahkan terlihat lebih sayang kepadanya daripada Aiman sendiri.  
Baca selengkapnya
Kucing
Ibu berlalu menuju kamar yang sudah disiapkan Aiman, tetap menutupi wajahnya dengan jari-jari yang renggang.  Sementara Aiman dan Hani masih di posisinya. Dengan tubuh Aiman telentang, dan Hani di atasnya. Mereka menatap tubuh ibu sampai menghilang di balik pintu kamar.  Aiman tersenyum penuh kemenangan seraya tetap mengeratkan dekapannya. Seketika Hani tersadar, ia meronta sekuat tenaga, menjauhkan tubuhnya, mendorong dada Aiman dengan kuat hingga dekapan itu terlepas.  "Jangan coba-coba cari kesempatan, ya!" tudingnya marah ke arah wajah Aiman yang masih tersenyum jahil.  Hani sudah berhasil duduk di samping lelaki itu. Rambutnya tampak acak-acakkan akibat aksi pemberontakannya barusan. Di mata
Baca selengkapnya
Hak
Hani duduk termenung di sisi tempat tidur, memikirkan obrolan dengan ibu mertua, saat mereka makan malam tadi. Selain terus menuntut hadirnya cucu, ada undangan juga dari kerabat ibu.  Itu yang Hani malas sejak dulu, menghadiri acara keluarga besar. Saat semua keluarga berkumpul, telinga akan panas karena pertanyaan, kapan punya anak?  Dapat dipastikan ia akan menjalani hari yang membosankan, karena harus berpura-pura bahagia selama acara berlangsung. Hal yang memuakkan, Aiman akan terus berakting seolah suami romantis, suami sempurna.  Puncak masalah mereka pun kemarin, terjadi setelah pulang dari acara keluarga. Hingga berujung Hani memutuskan pisah kamar.  Awalnya sepele, Hani yang bosan mengh
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status