KALI KEDUA

KALI KEDUA

Oleh:  Sann dyy  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
141Bab
31.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Byanca tak pernah menyangka atas layangan cerai yang diajukan Bian. Pasalnya selama ini hubungan keduanya berjalan dengan baik dan romantis. Rumah tangga yang selalu diisi dengan keharmonisan berujung kepahitan. Belum lagi Bian secara terang-terangan menyampaikan kepada publik bahwa ia dan Byanca resmi bercerai dan ia kini memiliki pasangan baru, yang tak lain adalah artis pendatang baru. Sanggupkah Byanca menerima semua kenyataan ini? Akankah Byanca hanya diam atau justru balas dendam? Temukan jawabannya hanya di Novel "Kali Kedua"

Lihat lebih banyak
KALI KEDUA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
yenyen
endingnya seperti diburu buru ya?
2023-03-22 01:40:30
0
user avatar
Indri saputra
ceritanya serunya sedikit niih Thor......... kayak belum tuntas gto ceritanya ......
2022-10-23 23:36:24
0
user avatar
Wahyuni
halooo ini rajin up ngga tiap hari?
2022-04-27 23:19:01
1
user avatar
de sandi
Semangat author
2022-03-04 12:21:43
0
141 Bab
Senja Tak Lagi Jingga
Semburat senja menetap pada langit. Warnanya jingga melukiskan keindahan dan kedamaian yang tak bisa diragukan. Senja pertanda mentari akan pamit dan berganti rembulan. Tak ada iringan hujan menemani perpisahan kali ini dan tak ada pula suara rengekan langit yang berkilat listrik. Semua terasa damai. Sepertinya semesta memang mengikhlaskan kepergian mentari.  Memang apa yang perlu diratapi dari perpisahan kecil ini? Mentari memang pergi, namun ia juga berjanji akan kembali esok hari. Mentari hanya pergi sementara bukan untuk selamanya. Mentari berjanji karena sangat mencintai bumi.  Jika dalam ranah dua anak manusia yang saling mencintai. Ketika sang pria harus pergi dan menjanjikan kepulangan dengan segera, maka sang wanita tidak akan sengsara bila itu terealisasi. Betapa indahnya menanti, kita bisa memupuk rasa agar mekar ketika bersama. Berdamai dengan semesta di tengah suara-suara kerinduan saling berbisikan.  
Baca selengkapnya
Tak Lagi Rumah
Yang paling berpotensi menyakiti, ternyata adalah yang paling dicinta. Seseorang yang biasa menjadi tempat berbagi kisah, kini berubah menjadi tempat yang memberi luka.  Semenyedihkan itu jika jatuh cinta pada seseorang yang tidak tepat. Tapi, bagaimana kita bisa tahu bahwa orang itu tepat atau tidak. Jika diawal ia selalu bersikap manis dan perhatian. Menjadikanmu ratu diatas ratu. Menyanjung dengan segala pujian hingga terbang. Lalu kini, ia berbelok dari kesetiaan. Haruskah kita melakukan tes seperti masuk ke perguruan tinggi atau seperti tes menjadi pegawai negeri agar mengetahui kelayakannya.  Bergulat dengan pemikiran tentang Bian dan perceraian. Tak terasa, Byanca sudah berada di depan rumah. Ia telah menempuh jalan panjang dari kantor dengan basah berlinang air mata dan dimandikan hujan. Sebelum memasuki rumah, sekali lagi Byanca menenangkan suasana hatinya. Ia ingin mendapatkan kedamaian di rumah ini. Bagaimana pun ia dan
Baca selengkapnya
Merengkuh Luka
Byanca gelisah. Dahinya basah. Matanya terbuka lebar. Ini sudah tengah malam tapi wanita itu tak bisa tidur.  Kemana kamu, Bi? Kenapa belum pulang juga? Byanca melepaskan Ken yang memeluknya dengan erat. Wanita itu menggeser pelan tubuh Ken agar tak terjaga. Setelah berhasil, ia bergegas menelepon Bian. Ia khawatir pada Bian. Apakah pria itu tidur nyaman? Apa ia sudah makan?  Biasanya Bian selalu merengek jika tidur tak dipeluk Byanca. Bian juga tak nyaman bila tidur tanpa Byanca. Pernah sewaktu Bian dalam perjalanan bisnis ke Belanda. Ia tak tahan walau hanya 2 hari saja. Bian buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang dan menemui Byanca. Byanca tak bisa ikut seperti biasa karena ia sedang hamil besar dan dokter melarangnya. Jadilah, Bian dilanda frustrasi dan pulang-pulang dengan kantong mata seperti panda.  Lantas bagaimana dengan hari ini? Akankah Bian juga tak
Baca selengkapnya
(Berpura-pura) Tegar
 “Kenapa antara kamu dan Bian?” Byanca hanya diam. Dia sudah bisa menebak akan pertanyaan ini yang dilontarkan Clara—sahabatnya. Pertanyaan itu mengundang memori-memori kejahatan Bian. Byanca sendiri tak sanggup untuk membagikannya.  “Kalau mau nangis, nangis aja! Jangan ditahan.” Clara memeluk Byanca dan menepuk pundak sahabatnya itu. Saat ini mereka sedang berada dalam mobil Clara. Tadi, ia sempat bertengkar pada ibu-ibu yang bergosip di belakang Byanca.  “By… jangan ngerasa sendiri. Ada aku yang siap menerima ceritamu. Kapan pun itu dan apapun itu. Berbagilah!”  Byanca membanjiri kemeja Clara dengan air mata. Meski ia tak meraung, tapi tangisnya pecah tanpa bisa dicegah. Clara memang bisa menyimpan rahasia tapi Byanca tetap merasa ini bukan konsumsi Clara jika tentang masalah rumah tangganya. Baginya, hanya dia dan Bian lah yang
Baca selengkapnya
Merawat Kenangan
Sang mentari dengan gagahnya menyinari bumi. Tak ada keraguan teriknya menyengat setiap jiwa, namun tak membuat Byanca, Clara, Ken dan Rayya patah semangat untuk menunggangi kuda. Lorenzo dan Gypsy—sang kuda sudah siap menunggu mereka. “Mi, kita naik Lorenzo saja!” Ken menarik tangan Byanca. “Hai, Lorenzo,” sapanya begitu manis. Sementara Clara dan Rayya mulai mendekati Gypsy. “Ayo kita kalahkan Ken, Tante…” Rayya mengulurkan lidahnya ke arah Ken. Pelatih—yang sengaja dipanggil Byanca memberi instruksi kemudian mengajak mereka beserta Lorenzo dan Gypsy untuk mengelilingi lapangan terlebih dahulu. Setelah itu barulah mereka menunggangi kuda. Sepanjang permainan yang ada dalam bayangan Byanca adalah kenangan ia bersama Bian. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana Bian begitu antusias mengajarinya menunggangi kuda. Sebenarnya Byanca sudah pernah
Baca selengkapnya
Kembali Sepi Menyapa
Rayya kecil melambaikan tangan. Mobil jemputannya sudah tiba. Mungkin Mama Rayya sudah merindukan sang putri. Langit pun sudah merindukan mentari, kini ia ingin membawa mentari pulang dan berganti dengan rembulan. “Ada yang sedih ni.” “Siapa yang sedih?” Clara hanya mengangkat bahunya kemudian ia merosotkan tubuh ke atas sofa. “Rayya pulang, sepi pun datang.” Ken mencebikkan bibirnya. Dia tak setuju jika Rayya tiada maka rumah akan sepi. Memang gadis itu bisa apa selain menangis. Bahkan Ken masih mengingat, Rayya yang tiba-tiba menangis usai makan siang tadi. Ia terus memanggil mamanya. Untung saja Tante Clara menyimpan nomor telepon Tante Amira—Mama Rayya, jika tidak, bisa dipastikan rumah Ken banjir air mata. “Mikirin apa, Nak?” Byanca mengelus surai hitam Ken. Ia mengangkat tubuh Ken ke atas pangkuannya. Byanca sangat suka
Baca selengkapnya
Keharmonisan Sebuah Ikatan
“Daddy tadi Tante Cla menunggangi Gypsy. Tidak apa ‘kan, Dad?” Ken meletakkan ponselnya bersandar di punggung ranjang, sementara ia sedang tengkurap dengan menopang kedua tangan di dagu. Clara melirik pada Ken. Penasaran apa kiranya aduan bocah kecil ini pada ayahnya. Ia juga memerhatikan wajah Byanca yang terlihat sendu sebelum masuk ke kamar mandi. Pasti ia merindukan Bian. “Tante Cla?” Ken dengan cepat mengangguk. Ia menatap Tante Cla—meminta persetujuan agar kamera ponselnya mengarah pada Clara. Tapi, Clara menolak. Yang benar saja, ia ingin melihat wajah Bian. Memikirkannya saja Clara jadi kesal. “Oh, tidak apa dong,” segera Bian berkata karena melihat wajah putranya sendu. “Pasti seru banget main kudanya. Gypsy atau Lorenzo tidak ada yang nakal kan?” Ken menggeleng lemah. “Tidak, Dad. Hanya saja…&rdquo
Baca selengkapnya
Adonan Rahasia
“By…tepungnya yang mana?” Clara mengangkat dua buah stoples berisi tepung. Dari warnanya yang putih, Clara sangat susah membedakan antara tepung tapioka dan tepung terigu. Sejak subuh tadi, keduanya memutuskan berkolaborasi di dapur. Membuat sesuatu yang baru untuk menu sarapan. Setelah percakapan pada pukul dua dini hari, Byanca memutuskan untuk bercerita semuanya kepada Clara. Ia merincikan setiap kejadian antara dia dan Bian. Byanca juga mengaku bahwa saat ini ia sedang tidak baik-baik saja. Ada rasa sedih, kesal dan amarah yang tak tersalurkan, namun harus Byanca biarkan mengendap dalam hati saja. Kini, tak ada lagi rahasia, Byanca yakin jika Clara mampu menjaga ceritanya. Alhasil, mereka tak tidur lagi dan berakhir dengan aksi memasak. Clara bukanlah seorang wanita yang akrab dengan segala tetek bengek penghuni dapur, hanya saja ketika bersama Byanca entah mengapa ia sangat antusias memasak. Ia sangat suka melihat tan
Baca selengkapnya
Pengakuan Palsu
Byanca tak berselera untuk bekerja. Ia menitipkan segala urusan perusahaan pada Nirina, asistennya. Ini baru kali pertama ia lakukan, biasanya sesibuk apapun atau secapek apapun Byanca tetap profesional. Berdiri dan menaungi perusahaan yang ia rintis sejak usia 20 tahun itu dengan senang hati. Namun, tidak dengan sekarang. Semangatnya hilang bersama angan. Ombak menenggelamkannya ke dasar laut. Menemani Ken seperti candu baginya. Berapa waktu yang ia gunakan untuk bekerja hingga tidak memperhatikan perkembangan putra semata wayangnya. Lihatlah, sekarang Ken sudah pandai berenang. Ia tak takut lagi dan terlihat lihai. Entah sejak kapan itu terjadi, Byanca tak tahu dan ia menyesal membiarkan waktu berjalan sesuka hatinya. “Ken pintar banget. Masih umur empat tahun udah jago ini itu.” Clara datang dengan membawa dua minuman kaleng untuk mereka. Clara pun sama dengan Byanca—tak berselera kerja. Clara memang
Baca selengkapnya
Tergantikan oleh Waktu
‘Abian, anak pasangan musisi David Backson dan Rentina Sarasti mengaku sudah bercerai dengan istrinya, Byanca’ ‘Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba saja Bian mengumumkan sudah bercerai dengan istrinya dan akan segera melangsungkan pernikahan dengan Indira Baskoro’ Tepat pada pukul sepuluh pagi, Bian menghadiri sebuah konferensi pers. Dimana ia mengakui bahwa sedang berkencan dengan Indira dan juga mengakui telah resmi menyandang status duda. Sekitar tiga bulan mendatang, mereka akan menggelar sebuah resepsi pernikahan. Tak ada raut sendu di wajah Bian, justru ia terlihat santai dan tenang. Seakan yang diaktakannya adalah sebuah kenyataan. Tidak, itu sama sekali tidak benar. Ia dan Byanca belum resmi bercerai. Bian hanya melayangkan talak lewat telepon. Byanca ingin memaki di depan Bian, setengah mati ia menahan rasa yang seenaknya dihancurkan begitu saja tanpa sisa. Bian jahat, Bian bukan Bian
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status