Cintaku Terhalang Status

Cintaku Terhalang Status

Oleh:  Teha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
42 Peringkat
90Bab
9.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Haruskah status menghalangi seseorang untuk mendapatkan cinta dan kebahagiaan? Ini adalah kisah Velove, gadis yatim-piatu yang terperangkap dalam cinta tanpa restu dari orang tua sang suami. Perceraian tak terelakkan, ia pun harus membesarkan anaknya yang berkebutuhan khusus seorang diri. Kepedihan seolah tak lekang dari hidupnya, namun ada orang-orang baik yang muncul memberikan dukungan, bak mentari yang muncul dari balik awan mendung, membawa kasih dan secercah harapan untuknya. Cerita mengharukan berbumbu baper ini akan mengajak Anda menelusuri liku-liku kehidupan Velove yang penuh perjuangan untuk mendapatkan cinta sejati dan kebahagiaan. Dan jangan lupa, ciri khas author, novel ini tetap ada unsur humornya, lho.^^

Lihat lebih banyak
Cintaku Terhalang Status Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Teha
terima kasih kepada pembaca yg telah mampir ke cerita ini, apalagi rela merogoh kantong utk membeli koin. semoga cerita ini menghibur Anda. jika berkenan berikan komentar, krisan ttg cerita ini, ya, agar saya tahu cerita seperti apa yg disukai pembaca. makasih.
2023-04-02 07:04:36
5
user avatar
Teha
halo, pembaca. novel ketiga saya di goodnovel sudah tayang, judulnya Suami Pelarian. cek di bio author utk membacanya, ya. terima kasih.
2022-12-30 18:14:42
12
user avatar
Little Casper
awal baca udah dibikin gemas dan ikut emosi. tapi seketika dibikin mesem karena lucu. apik banget author.
2022-11-17 20:03:10
7
user avatar
Ayunina Sharlyn
enak bacanya ya, author. santai dan lucu lucu gimana gitu. asyik laa ......
2022-11-17 15:00:52
8
user avatar
keyrara
penasaran tp siap uas kubaca ya, sabar velove...
2022-06-24 16:46:45
7
user avatar
my heart
kadang butuh waktu untuk meyakinkan diri atas perasaan sendiri, ketimbang tergesa dan cuma bermodal perasaan
2022-06-04 17:10:14
10
user avatar
septiyana
aq tim mas 203 tanpa kompromi gaspol
2022-05-28 07:24:18
10
user avatar
anything
cemburu menguras hati
2022-05-19 12:00:10
11
user avatar
septiyana
semangat, velove!
2022-05-19 07:33:05
11
user avatar
my heart
kisahnya gak melulu sedih, ada perjuangan, juga kisah lawak di dalamnya.hehe good job, author!
2022-05-19 07:09:31
10
user avatar
Teha
Pembaca Yth, novel ini sudah tamat ya, tinggal menunggu status diubah oleh editor. terima kasih sudah berkenan mampir ke mari.
2022-04-14 16:41:40
11
user avatar
Teha
Dear kakak pembaca, cerita velove hampir tamat ya, kurang dikiiiit lagi.hehe pantengin terus pokoknya sampai tamat, jangan lupa ulasan dan vote-nya ya, biar pembaca baru gak ragu untuk membaca juga. terima kasih.
2022-03-30 05:39:23
11
user avatar
LaLovi
Ceritanya simpel tapi ‘ngena’ banget di kehidupan sehari hari, gak yang muluk2 terlalu halu. Suka banget karena ceritanya gak melulu sedih tapi humor recehnya juga dapet. Semangat author ...️
2022-03-24 08:42:16
11
user avatar
HENY PU
velove, penuh cinta ini hidupnya
2022-03-16 11:28:14
11
user avatar
septiyana
seru ceritanya, emosi campur aduk. semangat nulis kak author
2022-03-07 12:25:29
9
  • 1
  • 2
  • 3
90 Bab
01. Pelukan Gratis
"Maafkan aku, Love. Aku memang salah. Aku menyesal." Suara Erick terdengar begitu pilu, ia mengiba, memohon-mohon, bahkan berlutut di hadapanku. Raut wajahnya menggambarkan penyesalan yang dalam. "Aku sudah memaafkan kamu." Aku menanggapinya setengah hati, berharap kalimat yang ku ucapkan itu segera mengusirnya dari sini. Tergambar perasaan lega dan senang di wajah tampan yang pernah membuatku tergila-gila itu. "Terima kasih, Cinta. Aku berjanji ...." "Aku memaafkan kamu, bukan menerimamu kembali," tukasku dengan nada yang semakin dingin. Erick tampak kecewa. Wajah yang sempat ceria kini mendung lagi. "Aku tahu aku salah, tapi waktu itu aku terpaksa ...." "Terpaksa??? Dengan penuh gairah kau mencumbu wanita itu di depan mataku, kau bilang itu terpaksa?" seruku gusar. "Aku masih mengingat dengan jelas hari itu. Perlu kamu ketahui, aku belum dementia." Aku berupaya untuk tidak murka, apalagi menangis di hadapan Erick. 'Waktu untuk menangis dan berkabung atas pengkhianatanmu sudah
Baca selengkapnya
02. Pandangan Pertama
[Lima tahun sebelumnya] "Guys, tahu nggak tadi aku sempat lihat ada murid baru, cowok, di ruang guru gitu, gantengnya ngalahin Aliando Syarief. Terus usut punya usut nih, Detektif Nina dapat info kalau itu cowok cakep bakalan masuk ke kelas kita." Suasana kelas pagi ini hingar bingar bersaing dengan ramainya terminal angkot yang ada di seberang sekolahan. Maklum sekarang sudah jam pelajaran, namun Bu Cicil, guru bahasa Inggris sekaligus wali kelas kami, yang mengajar di jam pertama ini belum hadir. Dan Nina si tukang gosip telah memulai acara gibahannya. "Beneran ada cogan gituh?" Sandra yang duduk di samping Nina terpekik girang. Mereka berdua kompak cekikikan, dan melakukan toss dengan dua tangan berkali-kali. "Salah dengar kali loe, Nin. Masa iya ada murid baru pindah ke kelas tiga? Tanggung banget, udah jalan dua bulan pula kita di tahun ajaran ini," tukasku mencoba menyadarkan mereka dari mabuk cowok. "Idih, dibilangin juga kagak percaya lo," sungut Nina. "Entar kalau elo u
Baca selengkapnya
03. Bukan Permainan
Sejak hari itu Erick mulai mendekati aku. Lelaki itu tidak melewatkan satu kesempatan pun untuk menggangguku, entah melalui senyuman, perkataan hingga perhatian. Aku yang awalnya menilai dia sebagai tukang tebar pesona, tiba-tiba menjadi bodoh dan membiarkannya. Entahlah, senyuman dan tatapannya yang membius itu seolah sudah melumpuhkan akal sehatku. Ada-ada saja kelakuannya. Saat aku sedang fokus belajar, dia meletakkan kepalanya di meja dengan posisi miring menghadap aku. Lantas dia akan memandangiku sambil senyum-senyum nggak jelas. Aku jadi salah tingkah. Kalau kutanya, "Ngapain sih ngelihatin aku terus?" dia akan menjawab, "Karena kamu cantik, Love." Lalu aku tersipu dan semakin salah tingkah. Gila saja, aku yang selalu menjaga diri agar tidak dekat dengan cowok manapun, bahkan sering bersikap ketus jika ada yang mendekati, justru sekarang seperti terkena hipnotis Erick, dan tak mampu menolak rayuannya.Saat awal perkenalan dia memanggilku 'Love', bagian dari namaku itulah yan
Baca selengkapnya
04. Kisah Erick
"Aku antar kamu pulang," pemuda itu berucap tegas."Tapi ...." "Nggak ada tapi-tapian. Kamu mau ketemu preman lagi kayak tadi?" Kali ini ia menatapku tajam, tak ingin perintahnya ditolak.Ini jelas bukan sebuah permintaan atau penawaran, tapi perintah. Entah bagaimana ceritanya Erick bisa datang menyelamatkanku. Eloknya lagi dia bisa membawa serta dua orang pemuda gagah berseragam tentara bersamanya. Terang saja ketiga preman tadi tidak mampu berkutik. Mereka cuma bisa cengengesan dan menjauh satu langkah dariku."Eh, sorry ye, Tong. Tadi kite cuma ngobrol bentar ame cewek loe, kagak kite apa-apain bener, masih utuh. Hehe," ucap si kepala preman sambil cengengesan. Lalu mereka mundur teratur meninggalkan kami.Erick bisa seheroik itu ternyata. Rasanya kayak aku jadi seorang puteri yang diculik penjahat, terus diselamatkan oleh pangeran tampan berkuda putih. So sweet banget 'kan? Tapi sayangnya aku masih kesal sama dia, jadinya so sweet-nya dianulir saja. Sikapnya menyebalkan: melam
Baca selengkapnya
05. "Mulai hari ini kita jadian."
Motor Erick melaju dengan kecepatan sedang membawa kami kembali ke jalanan Jakarta yang ramai. Lenganku memeluk pinggangnya dengan malu-malu. Senyum bahagia merekah di bibirku. Masih ku ingat momen ketika cowok yang telah mencuri hatiku itu menyatakan perasaannya, menceritakan bagaimana ia jatuh hati padaku. Harapan yang sempat kupupus kembali bersemi di hati, merekahkan bunga-bunga cinta dengan begitu indahnya.Erick menatapku dalam, sedangkan aku hanya sanggup berpaling dan menatap gelas berisi air teh di hadapanku. Teh yang tadinya panas sudah mulai mendingin, gantian wajahku yang memanas. "Waktu Bu Cicil bilang aku mesti duduk di sebelah kamu terus aku lihat raut wajahmu yang syok, aku bertekad untuk menjadikan kamu 'target' berikutnya. Lalu aku pasang senyuman mautku dan mengajak kamu berkenalan, berharap kamu akan takluk. Namun setelah aku menatapmu, ternyata aku yang takluk," seringai Erick.Kudengar suara tawanya yang renyah, entah dia menertawakan dirinya sendiri, atau dirik
Baca selengkapnya
06. Terhina
"Wuhuuuu...! Velove memang paling bisa diandalkan dalam urusan menyanyi, Sodara-sodara." "Yo'i, Nin! Isyana-nya SMA 88 gitu loh!" Kedua sahabatku kompak menyemangati dan memuji penampilanku. Mereka bahkan membawa pom-pom cheerleader, dan berteriak-teriak ketika aku berada di panggung. "Apaan sih, kalian ini?" Aku tersipu mendengar pujian dari mereka berdua. Masa aku disamain sama Isyana Sarasvati yang punya suara merdu nan melengking indah itu? Kan malu kalau sampai ketahuan aku besar kepala. Eh? Teman-teman sekelas yang lain pun ikut menyalamiku. Hari ini hari kelulusan kami. Setiap kelas diminta mengirimkan satu talenta untuk memeriahkan acara, dan aku yang dipilih oleh teman-teman untuk mewakili kelas kami. Mereka masih heboh berceloteh tentang ini itu, tapi satu sosok yang aku cari tidak ada di antara mereka. Mataku mencari di setiap sudut, tetapi tak tampak batang hidungnya. "Ngapain, Vel? Nyariin Jarjit ya?" tanya Sandra yang sudah ikut-ikutan menyematkan nama Jarjit pada p
Baca selengkapnya
07. Nelangsa
"Love...." "Erick sayang, di sini saja." "Erick, tetap di sini! Turuti kata Papa!" Suara-suara itu masih sempat kudengar tatkala aku keluar dari rumah mewah milik keluarga Erick, bersaut-sautan memenuhi indra pendengaranku. Sepertinya pacarku ingin mengejarku, tapi sudah jelas cewek yang sedari tadi menempel di lengannya seperti ulat bulu itu tidak membiarkannya. Seruan Om Johan bahkan lebih keras lagi. Akan tetapi aku masih berharap Erick akan menyusulku, karena aku percaya ia mencintai aku. Dengan wajah bersimbah air mata aku berjalan tak tentu arah. Hatiku sakit tak terkira. "Kenapa, Non, kok nangis?" "Disakiti pacarnya ya, Mbak?" Beberapa orang yang berpapasan denganku tampak menunjukkan perhatian dan keprihatinan saat melihat penampakanku yang berjalan gontai dengan muka amburadul. Kebanyakan hanya menatapku aneh, namun ada sebagian yang bertanya. Saat merasa kelelahan, aku memilih untuk duduk di dekat trotoar. Kaki lelah berjalan, tetapi hatiku lebih lelah lagi. Meskip
Baca selengkapnya
08. Manis Sesaat?
"Ekheeem!" Suara dehaman yang cukup keras itu sontak membawa aku dan Erick ke dunia nyata. "Maaf mengganggu, Mbak, tapi saya mau bayar nih, bukan mau nonton drakor," cakap seorang wanita dengan senyuman menggoda. Di tangannya ada keranjang dengan cukup banyak barang belanjaan di dalamnya. "Eh, maaf, Bu," ucapku sambil menunduk. Dengan perasaan malu, aku melepaskan diri dari pelukan Erick. Duh, untung ada ibu itu yang mau beli, kalau nggak pasti sudah ada adegan drakor beneran antara aku dan Erick. Tahu 'kan maksud saya? "Sekali lagi maaf, ya, Bu." Aku merasa tidak enak kepada pembeli itu, sampai aku jadi salah tingkah dan kebingungan sendiri sewaktu kami telah berhadapan di depan meja kasir. "Tenang saja, Mbak, pacarnya masih di situ tuh," ujar si ibu menunjuk ke arah rak-rak yang berisi makanan. Aku melihat Erick yang sempat mengintip sambil senyum-senyum kepadaku. "Eh, iya, Bu," sahutku cepat. Duh, gawat! 'Konsentrasi, Velove, konsentrasi!' batinku memarahiku. "Semuanya lima
Baca selengkapnya
09. Melarikan Diri
"Love! Tunggu!" "Erick, jangan pergi!" Bagaikan mimpi buruk, suara-suara itu kembali memutar memori pedih, ketika aku datang ke rumah Erick dan papanya merendahkan aku. Ada Erick, dan ada mantan kekasihnya. Erick ingin mengejarku, namun wanita penggoda itu menahannya. Dan Erick tidak akan menyusulku. Bedanya kali ini tidak ada Om Johan. Hanya Awan mendung dan tiupan angin menjelang hujan yang menggantikannya. Tanpa memedulikan gerimis yang mulai turun, aku terus melangkahkan kaki. Aku tak tahu arah tujuanku, kakiku hanya tidak bisa berhenti. Kembali ke toko? Bu Iin pasti sudah pergi. Datang ke panti? Aku malu. Entah apa yang akan Bu Wiwin katakan jika mengetahui masalah ini. Pulang ke kontrakan? Oh, aku sungguh tidak sanggup bertemu muka dengan Erick, apalagi Stella mungkin masih ada di sana. Aku tak punya tempat untuk berlindung, itulah sebabnya aku hanya bisa pergi. Hujan yang semakin lebat sama sekali tak membuatku ingin menepi dan berteduh. Aku terus berjalan. Walaupun pa
Baca selengkapnya
10. Bu Berta
Wanita dengan payung hijau itu adalah sosok pertama yang aku lihat ketika aku tersadar. "Kamu sudah bangun, Nak? Saya Bu Berta yang membawa kamu ke rumah sakit. Namamu Velove?" tanya wanita berbadan tinggi besar itu. Ia tampak lega melihatku akhirnya siuman. Mungkin Bu Berta telah melihat kartu identitasku sehingga ia tahu namaku. Aku tersenyum dan mencoba bangun, namun rasanya kepalaku masih berat. Aku melihat jarum dan selang infus terpasang di lenganku. Sepertinya kemarin aku sekarat. "Tiduran saja dulu. Kamu tidak sadarkan diri selama tiga hari. Badanmu demam tinggi. Syukurlah sekarang kamu sudah sadar dan tidak demam lagi," ucap Bu Berta dengan lembut. Aku tidak sadarkan diri selama tiga hari? Dan selama itu hanya mimpi buruk yang aku temui. Erick mengejarku. "Love, jangan pergi," ucapnya seraya membawaku ke dalam pelukannya. Ia mendekapku erat, seolah tak ingin aku pergi lagi. "Erick...." Aku sangat bahagia. Aku membalas pelukannya erat, tak ingin aku lepaskan. Dekapan Eri
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status