GODAAN PRA NIKAH

GODAAN PRA NIKAH

By:  Riyatun jannah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
59Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pernikahan adalah sebuah impian bagi setiap pasangan. Seakan pencapaian dari sebuah hubungan akan segera terwujud. Tapi, ternyata kenyataan tak semudah niatan. Orang-orang dari masalalu satu persatu kembali. Mengusik kisah lama yang telah jauh terkubur. Masalah dari kedua belah pihak, serta ego yang masih besar turut andil menyumbangkan konflik sebelum pernikahan itu terwujud. Aku, Nayra. Yang sebentar lagi akan mengubah status menjadi seorang isteri. Betapa bahagia membayangkan hari itu. Sebelum dia kembali datang. Mengusik hubunganku dengan mas Radit, calon suamiku. Akankah aku bertahan? Atau goyah oleh perasaan masalaluku?

View More
GODAAN PRA NIKAH Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
SUPRIYADI Krajan
lanjut thor
2022-05-30 12:07:39
0
user avatar
SUPRIYADI Krajan
Ceritanya bikin nagih pengen baca lagi.....keren......
2022-02-01 14:42:59
1
user avatar
Riyatun jannah
semangat ...
2022-01-29 16:44:30
1
59 Chapters
Kembali mengingat
Matahari telah meredup, cahaya jingganya telah bergeser ke barat. Angin sore menambah syahdu suasana. Aku tengah menyender pada sofa panjang di ruang keluarga rumahku. Sembari sesekali menyeruput kopi yang sedari tadi tergeletak di meja. Jemariku asik menggeser layar ponsel membuka tutup aplikasi berwarna biru. Sebenarnya tak banyak yang kulakukan pada benda itu. Aku hanya membuka kunci layar, menatapnya sebentar lalu menguncinya kembali. Begitu seterusnya. Pikiranku bercampur. Antara sedih, senang atau apa, semua membaur menciptakan kebingungan. Ekspresi apa yang harus aku tampakkan."Kenapa dia tiba tiba muncul?" Gumamku.Aku kembali membuka aplikasi biru. Kutelusuri pesan didalammya. Jemariku terhenti pada satu nama.Hendi pradipta  Laki-laki yang sempat menjalin hubungan denganku di masa sekolah dulu. Sejak lulus SMA aku tak tau kabarnya. Lebih tepatnya, aku tak ingin tau kabarnya. Entah mengapa
Read more
Empat bulan saja
Enam tahun lalu,,,,"Sudah tidur nona cantik?"Sebuah pesan membuatku tersipu sendiri, pipiku merona."Belum Hen, masih belum ngantuk" jawabku singkatSetelahnya Hendi selalu menelponku. Entah apa yang kami bicarakan hingga tak cukup 2 jam kami mengobrol. Banyak tawa di sela perbincangan, sangat menyenangkan.Kadang sambungan telephon masih tersambung saat kami sudah sama-sama terlelap. Sampai layar tak lagi menyala, baterai habis."Gimana Nay? Sudah ada jawaban" Hendi selalu menanyakan hal itu di sela perbincangan.Sudah beberapa kali Hendi mengutarakan perasaannya, jelas aku sangat senang. Jantungku seakan ingin keluar dari tempatnya, tapi aku masih tertahan. Ada sesuatu yang memberatkan jawabanku."Tapi Hen, gimana Mey? Aku nggak enak" jawabku" Nay, aku dan Mey sudah tak punya hubungan. Dia yang mutusin aku" jelasnya"Tapi Hen..." potongku"Heemmss terserah lah Nay. Apapun itu aku, aku bakal nungg
Read more
Aku menjauh
Beberapa hari setelah pulang dari Rumah sakit, aku mulai melakukan aktifitas seperti biasa. Aku mulai sekolah seperti biasa. Entah kenapa terasa beda, aku seperti orang asing di depan Mey dan Dini. Biarlah, aku masih punya ilma.Kali ini Hendi benar-benar menjauh. Ia tak lagi mengirimiku pesan, tak ada lagi tanda hati ataupun jempol darinya dipostinganku. Ini yang terbaik daripada aku kehilangan teman temanku.Kali ini guru bahasa Indonesia menyuruh kami memeperagakan percakapan sebuah drama. "Nayra, kamu maju peragakan sebagai peran utamanya" tunjuk guru wanita"T-ta-ta-pi bu" aku tergagap tak siapAnak-anak lain hening, cukup lama mereka menungguku"Biar saya saja bu" potong Hendi cepatAku gugup, jantungku tak karuan. Bagaimana bisa aku memperagakan adegan drama dengan Hendi di depan kelas. Sementara Mey duduk persis di hadapan kami. Wajahku memucat,"Ayo Mey maju" sela HendiMei tersenyum bungah, mendekat pada
Read more
Salah paham
Sore itu, mendung menaungi langit. Mengibaskan desir angin yang menambah dingin suasana. Aku duduk di sebuah taman kecil di kotaku. Aku menunggu Rifki. Hampir setiap sore kami disini, membicarakan banyak hal. Entah apa sebutannya, kami tidak terikat hubungan tapi kedekatan kami melebihi teman.Sudah hampir satu jam tapi dia belum datang. “Mungkin dia nggak dateng, pulang ajalah” gumamkuBelum sempat aku melangkah tiba seseorang datang,“Udah lama ya Nay?” Tanyanya“Hendi? Ngapain kamu kesini?” Tanyaku heran“Loh kan kamu yang katanya pengin ketemu” jawabnya sumringah Aku terheran, karena aku tak merasa mengatakan seperti yang dia katakan. Aku belum sempat menjawab apapun. Aku masih mematung sampai seorang lainnya datang. Dan...PLaaaakkkk !!!Seseorang menamparku. Lalu menarik rambutku saat aku masih meringis memegang pipi.“Penghianaatt!!! Tema
Read more
Hendi dan pesannya
Hari ini adalah hari yang kutunggu. Seperti para calon pengantin kebanyakan, pasti akan antusias jika mulai mencoba dan memilih pakaian yang akan dipakai saat hari bahagia. Kebaya putih dengan payet silver tengah ku kenakan. Dipadukan dengan kain jarik coklat lengkap dengan selop yang menambah elok. Aku berdiri sembari sesekali membalikkan badan. Dari pantulan cermin mas Radit nampak tersenyum. Tangannya sibuk memegangi ponsel yang sedari tadi digunakannya untuk memotretku.  "Gimana mas?" Tanyaku setengah tersipu "Cantik" ucap singkat mas Radit tanpa mengedip“Calon isteriku selalu cantik” ucapnya lagi   Aku tersipu, pipiku merona. Mas Radit selalu pandai membuatku senang walau hanya dengan kata kata sederhananya.  “Berarti sudah cocok yang ini aja ya kebayanya? Tanya mba Reni , seorang pengelola WO yang dipercaya ibu untuk mengurus
Read more
Hujan Romantis
Sepulang dari butik mbak Reni, kami memutuskan untuk terlebih dulu singgah di sebuah cafe untuk sekedar duduk berbincang sembari menikmati kudapan khas di tempat itu.  "Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang pelayan "Emm" aku berpikir sejenak "Teh tawar sama choco brown cake mozarella" jawab mas Radit cekatan pas dengan yang hendak ku katakan. Mas Radit tau persis kesukaanku. Pelayan laki-laki di depan kami mencatat pesanan mas Radit dan kemudian berlalu setelah meminta kami menunggu pesanan.  Kami tak banyak bicara saat itu. Kami sibuk dengan hidangan yang tengah dinikmati. Hanya saja, mas Radit terlihat sering sekali melirik ke arahku. Aku melihatnya dari balik pantulan gelas di meja. Sikapnya membuatku salah tingkah. Wajah gugupku tak dapat ku tutupi. "Udah makannya Nay?" Tanya mas Radit "Udah mas" jawabku singkat "Kita langsung pulang saja ya. Sudah mendung soalnya." Lanjutnya Aku mengangguk. Kakiku se
Read more
Cemburu...
Aku berlari menuju kamar mandi yang sebenarnya bukan tujuanku. Aku hanya salah tingkah dengan kenyataan aku mendapat kiriman paket dari Hendi. Setengah hati aku senang. Selebihnya aku takut mas Radit salah paham. Beberapa menit aku berdiam, sampai akhirnya memberanikan diri kembali duduk dengan ibu dan mas Radit.   **** Di ruang tengah ibu terlihat memilah beberapa undangan. Mengumpulkannya berdasarkan alamat. Tapi tak terlihat mas Radit bersamanya. "Mas Radit mana bu?" Tanyaku "Ada di teras Nay, katanya mau cari angin" jawab ibu dengan senyum Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih sibuk. Ku lihat mas Radit duduk di lantai dengan kaki menyilang. Di depannya nampak bungkusan plastik hitam. "Ah aku lupa dengan paket itu" gumamku "Lagi ngapain mas?" Tanyaku basa-basi "Lagi nunggu kamu buka ini. Aku penasaran apa yang dikirimkan seorang laki-laki pada mantan kekasihnya" terangnya dengan wajah masam
Read more
Di pusat perbelanjaan
Aku menuju ruang tamu. Kudapati seorang pria dengan kemeja kotak-kotak tengah duduk di sana. Pandangannya tertuju pada beberapa gambar yang tertempel di dinding. Aku duduk di sofa tepat di hadapannya. Tatapanku sangat teliti pada penampilannya. Dari atas kepala hingga ujung kaki kuperhatikan. Pria itu membalas tatapanku "Rifkiiii" teriakku "Apakabar Nay? Sepertinya sangat sehat?" Sapanya usil melihat aku yang sekarang sudah tak sekurus dulu. "Aku mengembang bersama usia ki" jawabku dengan tawa "Kapan kamu pulang ki? Udah mau wisuda ya?" Sambungku "Aku udah lulus dari beberapa tahun lalu Nay, ini udah enam tahun loh masa kamu masih mikir aku belum lulus" jawabnya cemberut "Hehehe kali aja. Oh iya, jadi kamu sekarang kegiatannya ngapain? Kerja atau lanjut S2?" Tanyaku "Lagi mengunjungi calon isteri Nay" jawabnya "Calon isteri? Siapa? Kenalin dong?" Aku penasaran Dia tak menjawab. Ia menatapku dalam
Read more
Permintaan maaf Mei
Mencari tau tentang Nayra adalah kebahagiaan tersendiri bagi Hendi. Baginya ada sesuatu yang belum selesai diantara mereka. Mereka terpisah saat kita masih sama-sama suka. Tapi bagi Hendi biarlah seperti ini saja, asal Nayra bersama orang yang tepat.Hendi mengawasi dua orang yang tengah berjalan beriringan. Mereka terlihat sangat behagia. Bersenda gurau ditengah keramaian. Tak sadar, Hendi pun turut senyum melihat tingkah mereka.Nayra sepertinya tak menyadari Hendi berada di sana dan tengah mengawasinya. Hendi memang sengaja meminta tolong Rifki agar bagaimana caranya dia bisa melihat Nayra."Tingkahnya masih sama, keceriaannya masih sama yang berbeda hanya kini dia bersama orang lain" begitu pikirnyaBanyak sekali yang ingin Hendi katakan. Tapi terpaksa dia tahan karena tak ingin melihatnya kecewa. Melihat tawa Nayra saja sudah sangat membuatnya bahagia.Hendi mengambil ponsel dari saku jaket."Sudah cukup Rif. Makasih ya" pesanku singkat
Read more
Ilma ku sayang
Suara sirine memecah keramaian jalanan. Lalu lalang kendaraan seolah tersibak tatkala mobil putih itu melintas.Di dalam, Deni tengah memegang erat tangan isterinya yang sedang merasakan sakit luar biasa. Sementara Mei turut tersedu melihat wajah temannya pucat pasi tak berdaya. Ilma mengatur nafas sebisanya."Bertahan ya sayang, kamu kuat. Sebentar lagi kita sampai" bisik Deni dengan suara bergetarLima belas menit waktu yang ditempuh. Mereka sampai di Rumah sakit. Petugas segera membawa Ilma. Dokter Rani yang sebelumnya sudah ditelfon pun sudah siaga siap menangani pasiennya."Bapak, ibu mohon tunggu di luar ya" pinta seorang perawat sambil menutup pintu UGD. Deni bolak-balik di depan pintu dimana isterinya ditangani. Mulutnya tak berhenti mengucap dzikir. Beberapa waktu kemudian, Dokter memanggilnya ke sebuah ruangan.“Saya sudah mengingatkan sebelumnya ya pak, kalau ibu Ilma harus operasi dan tindakan tersebut dilakukan sebelum terasa ko
Read more
DMCA.com Protection Status