Hotel Bekas Pembunuhan

Hotel Bekas Pembunuhan

Oleh:  sekar  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
8.3
7 Peringkat
88Bab
11.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebuah hotel penuh keangkeran karena telah terjadi pembunuhan ditempat itu ada sosok pria misterius jam 2 pagi minta pesen kamar sungguh membuat bulu kuduk berdiri

Lihat lebih banyak
Hotel Bekas Pembunuhan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mirva Celestira
Mampir,yuk,Kak,ke Misteri Liontin Vampir:)
2023-08-13 12:06:32
0
user avatar
Ulif Yoana
ceritanya bagus, Kak, cuma saya agak bingung pas ganti POV dari POV 3 ke POV 1 pada paragraf setelah menceritakan tentang Ajeng.
2023-06-27 13:07:36
0
user avatar
Zhu Phi
Mampir yuk Rumah Kosong di Dusun Angker
2022-06-08 17:08:10
0
user avatar
Rmdni
izin promo thor. Genre: Fantasi Lokal, Fiksi Lokal. judul: Legenda: Nusantara akan memuat hal hal berbau legenda, cerita rakyat, mitos mitos lokal Nusantara. jangan lupa mampir ya buat baca ...
2022-05-24 23:43:05
0
user avatar
Shinta Ro
lah kok ceritanya pada tdk ada akhirnya.. selalu gantung sih.. bikin penasaran jdi nya
2022-05-19 13:32:58
1
user avatar
Gie Gix
kenapa ga dikasih judul "kumpulan cerita horror" aja sih?...
2022-04-23 15:16:17
1
user avatar
Mas ardi Yudha
ceritanya ga jelas. alur y ga jelas
2022-02-28 10:24:47
0
88 Bab
Hotel Bekas Pembunuhan part 1
Tengah malam sekitar jam dua belas, seorang wanita berparas cantik bersama dua orang lelaki berbadan besar masuk ke dalam lobi hotel, langkah mereka tampak tergesa-gesa dan langsung menghampiri dua orang resepsionis yang sedang berjaga. Dari penampilan wanita yang mereka bawa, orang pasti bisa menilai kalau wanita itu adalah pelacur. Dandannya menor, ginju merah tebal menempel di bibirnya, bedak murahan melapisi wajahnya, baju yang ia pakai menampakkan pusar atau udel perut, celananya juga pendek sepaha dan hampir seselangkangan. “Kamar nomor 111,” tanpa menyapa lagi, lelaki itu menjulurkan tangan untuk meminta kunci.“Sudah booking ya, Pak?” tanya Heri, si resepsionis.“Iya jangan banyak tanya, cepat!” lelaki botak yang satu lagi malah membentak."Maaf Pak bisa tunjukkan KTP-nya," Pinta Heri.Salah satu dari mereka menyerahkan KTP dengan wajah kesal. Heri dibantu rekan kerjanya langsung memeriksa data dir
Baca selengkapnya
Hotel Bekas Pembunuhan Part 2
 Zainal perlahan meletakkan kembali gagang telepon itu, ia menelan ludahnya sendiri lalu membalikkan badan. Lelaki yang barusan tidur di sampingnya sudah menghilang. Zainal terperanjat, dadanya turun naik. Segera ia pergi ke kamar mandi, ia mandi dengan sangat cepat seperti bebek. Kurang dari sepuluh menit, ia keluar dari kamar mandi dan langsung mengenakan pakaian tanpa mematut diri di depan cermin.Penampilan Zainal acak-acakan, dia bahkan belum sempat memasukkan baju kemejanya ke dalam celana. Di tangannya ada sebuah stopmap yang berisi bahan untuk prensentasi. Wajah Zainal terlihat panik saat ia duduk di meja makan bersama Fadil. “Lu kenapa?” Fadil heran melihat penampilan temannya yang acak-acakan itu. “Dil, di kamar gua ada setannya.”“Hah! Serius lu?” jelas saja Fadil kaget. “Tadi malam setan itu menyerupai lu. Dia tidur sama gua.”Mendengar pernyataan temannya, Fadil
Baca selengkapnya
Hotel Bekas Pembunuhan Part3
Heri duduk termangu di meja resepsionis. Semenjak kematian para mahasiswa itu, pengunjung hotel jadi sepi, sekali pun ada paling hanya 2 pengunjung sehari, itu pun jarang. Heri jadi banyak menganggur, setiap hari kerjaannya  hanya duduk di meja itu sambil sesekali memainkan hp-nya. Sekitar jam 2 dini hari, telepon berbunyi. Segera Heri mengangkat telepon itu. “Dengan resepsionis, ada yang dapat saya bantu?”“Pintu kamar saya susah dibuka, kayaknya pintunya rusak. Saya tidak bisa keluar,” kata lelaki diseberang telepon. “Baik, di kamar nomor berapa ya?” tanya Heri dengan ramah. “99, Pak.”“Baik, mohon ditunggu ya.”Itu suara bule dengan logat bahasa Indonesia yang khas orang asing. Sudah dua hari dia menginap di hotel itu, pasti bule itu tidak tentang kasus kematian para mahasiswa. Heri bergegas mencari kunci cadangan untuk kamar nomor 99. Dia terlihat bersemangat karena a
Baca selengkapnya
Hantu Bekas Pembunuhan Tamat
Angker? Bobi mengerutkan dahi. Iya, Pak. Jangan dekat-dekat dengan kamar itu!Halah... persetan dengan angker.Bobi malah menendang pintu kamar. Itu membuat Heri lari ketakutan. Bobi heran lantaran tidak ada siapa-siapa di sana. Ia pun menutup kembali pintunya. Bobi sama sekali tidak takut. Sebab, yang ia alami di Gunung Pulosari jauh lebih mengerikan. Sesaat sebelum Bobi masuk kembali ke kamarnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang seperti mencakar-cakar pintu. Bobi pun menoleh. Tepat dari celah pintu kamar nomor 111 ada darah mengalir perlahan membasahi lantai. Bobi menggelengkan kepala. “Sebaiknya kau tidak menggangguku. Aku sudah pernah membunuh jin seperti kau,” kata Bobi. Dengan penuh emosi, dia tendang kembali pintu kamar itu. Kali ini tampaklah seorang wanita dengan wajah penuh darah.“Kenapa kau mengganggu manusia?” tanya Bobi. Yang ditanya diam saja. Wajahnya datar menat
Baca selengkapnya
Kualat Di Gunung Pulosari Part 1
Bobi terkapar tak sadarkan diri di bawah pohon besar. Pakaiannya penuh dengan bercak lumpur. Topi koboinya hilang entah ke mana. Senapannya tergeletak tak jauh dari tubuhnya.Terakhir kali Bobi sadar dia dibawa oleh sosok wanita yang berpakaian layaknya ratu kerajaan. Entah apa yang selanjutnya terjadi, tiba-tiba sekarang dia malah terkapar di bawah pohon besar ini. Kelopak mata Bobi bergerak. Dalam satu hentakan, kedua matanya membelalak. Bobi menarik napas dalam-dalam seperti orang yang baru saja tenggelam. Kemudian napasnya terengah-engah, telinganya berdengung hebat. Ia mengerang-erang sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Semakin lama telinganya berdengung semakin keras. Bobi berteriak kesakitan. Dengan terburu-buru, dia merogoh botol air minum dari dalam tasnya lalu menyiram telinganya sendiri.Perlahan rasa sakit itu reda. Bobi kembali berbaring. Dia menatap dahan-dahan pohon yang rindang, tapi tatapan itu kosong. 
Baca selengkapnya
Kualat di gunung Pulosari Part 2
Tanpa pikir panjang lagi, Bobi lari menghampiri Mira. Namun, saat ia akan menyentuh lengan Mira, tiba-tiba saja Mira dan sosok wanita berpakaian kerajaan itu hilang entah ke mana. Keramaian pasar juga lenyap begitu saja.Pasar itu berubah menjadi lahan kosong yang berbatu. Sedangkan Ajeng masih berdiri di kejauhan sambil terheran-heran dengan apa yang dilihatnya.“Mira! Mira!” Bobi berteriak ke segala arah mencari Mira. Tapi Mira tak menampakkan wujud lagi. “Mas! Kita dipermainkan setan. Ayo pergi dari sini!” teriak Ajeng dari kejauhan. Bobi pun menyerah. Ia merasa mungkin Ajeng benar kalau yang dilihatnya tadi hanya jelmaan Mira. Ia meraih kembali senapannya yang tergeletak di tanah, lalu berjalan menghampiri Ajeng. Tanpa berkata apa pun Bobi melanjutkan perjalanan. “Kita mau ke mana lagi?” Ajeng mempercepat langkahnya, mengejar Bobi. “Sudah kubilang aku mau cari Mira,” kini Bobi j
Baca selengkapnya
Kualat Di Gunung Pulosari Part3
Ajeng masih lari sekuat tenaga untuk menjauh dari genderuwo itu. Kini suara raungan itu seperti ada di atas kepala Ajeng. Wanita itu berteriak minta tolong, dia berharap ada seseorang yang muncul dan menyelamatkannya. Ketika Ajeng melewati akar pohon besar, kakinya tersandaung,  dia pun  jatuh dan bagian kepalanya membentur akar pohon dengan sangat keras. Masih dalam keadaan sadar, Ajeng terkapar tak berdaya di bawah pohon itu. Darah mengalir keluar dari kepalanya dan saat Ajeng berkedip, genderuwo itu sudah ada di hadapannya. Makhluk itu tidak lagi menyerupai Bobi, tubuhnya besar dan berbulu, kukunya panjang berwarna hitam pekat, taringnya menjulur hingga ke perut dan kedua matanya merah menyala. Genderuwo itu menjilati wajah Ajeng yang penuh darah. Ia ternyata suka dengan darah Ajeng. Ingin sekali Ajeng berteriak, tapi dia tidak sanggup. Suaranya seakan hilang begitu saja, Ajeng hanya bisa pasrah. Rasanya dia ingin mati saja sekarang juga. 
Baca selengkapnya
Kualat Di gunung Pulosari Part 4
Mira jangan melamun. Ini di gunung, bahaya," Riki menyadarkan Mira. "Tapi, jelas-jelas tadi gua lihat Ayah ada di sana," ia menunjuk ke arah semak-semak."Udah Mir. Kita jalan lagi aja. Itu pasti cuma halusinasi lu," kataku. Kami kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah pendakian, Mira minta istirahat dulu sejenak. Napasnya terengah-engah, wajahnya sangat berkeringat. Aku duduk di atas batu besar sambil menikmati pemandangan yang menyejukkan. Ada batang-batang pohon besar dan suara burung bersahutan dengan monyet. Gunung Pulosari memang mejadi habitat nyaman bagi koloni monyet. Di sepanjang perjalanan tadi, aku selalu melihat monyet bergelantungan di dahan pohon. Selesai istirahat, Riki mengajak kami kembali melanjutkan perjalanan. Ia membagikan tongkat kayu yang baru saja ia buat sendiri. Tongkat itu berguna untuk membantu pendakian. "Kira-kira berapa jam lagi kita sampai ke Curug Putri?" tanyaku. "Udah deket
Baca selengkapnya
Kualat Di gunung Pulosari Part 5
Nek jalan pulang ke arah mana ya?” aku bertanya dengan sangat hati-hati. Ia menyeringai seolah ingin mengatakan sesuatu. Tangannya menunjuk ke arah Timur sambil tersenyum ramah. Tapi, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sangat ketakutan saat melihat bola api melayang di langit.“O... ocos, ocos,” katanya terbata-bata. Dia sangat panik. Nenek itu lalu melihat lagi ke arahku. Kali ini dia mendekat. Langkahnya berat karena punggungnya menggendong kayu bakar. “I... ikut. i... ikut. Itu ocos,” dia selalu terbata-bata.Mungkin karena sudah tua, jadi dia mengalami gangguan dalam berbicara. Nenek itu menarik lenganku. Sepertinya dia mau membawaku ke suatu tempat. Sesekali dia mendongak ke langit melihat bola api yang terus mengikutiku. “Kita mau ke mana, Nek.”“Em... sana. Ke... sana. Rumah...,” katanya sambil menepuk dadanya sendiri. Aku tahu mungkin aku akan dibawa
Baca selengkapnya
Kualat Di gunung Pulosari Part 6
Aku bersembunyi di balik batu yang berlumut. Masih dapat kulihat cahaya senter mereka berayun-ayun dari kejauhan. Langkah mereka semakin mendekat. Aku berlari lagi untuk menjauh dari mereka. “Itu dia!” teriak salah satu anak buah Pak Jaro. Kaki kananku tersangkut akar pohon. Aku terjungkal ke semak-semak. Aku tidak sanggup lagi berlari. Mereka semakin mendekat ke arahku. Wajah Pak Jaro mulai terlihat. Aku merangkak untuk menjauh. Mereka malah tertawa melihat penderitaanku. Seorang lelaki berbadan tambun mendekat. Ia mengikat kedua kaki dan tanganku. Lelaki satu lagi menyiapkan sebatang kayu lalu memasukkannya di antara pergelangan tangan dan kakiku. Mereka berdua menggotong tubuhku dalam posisi terbalik seperti babi hasil buruan. Entah aku akan dibawa ke mana. “Ampuni aku Pak Jaro, jangan bunuh aku.”“Kalau aku tidak menumbalkanmu. Bola api itu yang akan membunuh orang banyak,” Pak Jaro menunjuk ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status