AIR MATA PERNIKAHAN

AIR MATA PERNIKAHAN

By:  Ilaina  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
45Chapters
3.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bara bermain cinta bersama Arum seorang janda muda. Bella tak kuasa memendam kebencian terhadap suaminya hingga akhirnya Bella memutuskan untuk bercerai. Tetapi itu tidak bisa ia lakukan karena sang mertua tiba-tiba mengalami sakit keras. Pengabdian menjadi seorang mantu satu-satunya yang bisa mengurus sang mertua begitu tulus. Bella menjalani rumah tangga yang begitu sulit. Ia bertahan meski suami selingkuh. Itu di lakukan karena ia mencintai sang mertua seperti ibunya sendiri. Tahun berganti hingga Bella ternyata mengidap penyakit kanker mematikan. Ia bertahan kembali karena menjaga sang buah hati di dalam perutnya. Sampai kapankah Bella terus bertahan bersama suami yang jelas-jelas selingkuh di depan matanya?

View More
AIR MATA PERNIKAHAN Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
45 Chapters
1. HARUSKAH AKU PERCAYA?
   "Cukup! Aku sudah bosan dengan penjelasan kamu!" pekik Bella tajam, menantang wajah di depan suaminya.   Sang Suami mulai mengeras rahangnya. Bella kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam koper dengan cepat. Pria dengan rambut cepak dan kumis tipis itu mencengkram lengan istrinya dengan keras.   "Bel, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik. Jangan seperti ini Bella!"    Bella sama sekali tidak peduli. Ia menuruni anak tangga membawa koper dengan berat. Wanita berhijab segiempat berbahan satin itu sudah bulat keputusannya untuk pergi dari rumah.    "Bella!" teriak Bara yang kini sudah berada tepat di tengah-tengah pintu.   "Kamu nggak bisa bertindak seperti ini dengan seenaknya sendiri, Bella. Kita juga harus memikirkan perasaan Mama," tegas Bara dengan kedua bola mata melotot.   Melihat sang suami yang begitu berapi-api. Wanita bermata bening itu hanya bisa menunduk. Kali in
Read more
2. AKU MULAI CURIGA
   “Mas, pulang jam berapa?" tanya Bella dengan suara lembut.   "Nggak tahu nih, kayanya masih lama. Kamu sabar ya. Mas pasti pulang kok," Suara itu seperti terdengar terpaksa oleh Bella. Wanita dengan rambut panjang sedada itu berwajah masam. Ia kesal mendengar jawaban dari suaminya itu.   "Memangnya ada kerjaan apa lagi sih, Mas. Sudah mau sore begini masa belum kelar," Bella menggerutu.   "Aku tungguin habis maghrib ya. Kamu udah harus pulang. Aku kangen, Mas. Hehehe ...." ucap Bella tersenyum sendiri. Ia ingini sekali memeluk suaminya.   "Hem ... Iya. Aku usahain ya,” jawab Bara malas. Ia menutup panggilan dari sang istri dengan cepat.   "Loh, kok dimatiin sih! Padahal aku mau bilang i love you," Gusar Bella dengan menubrukkan diri ke kasur.   "Apa aku coba telfon lagi ya?" tanya Bella sendiri. Ia pun segera menelpon kembali sang suami.   "Hallo,
Read more
3. WANITA CENTIL
   "Aku malas menjelaskan semua sama kamu. Karena kamu pasti nggak akan percaya sama aku. Kamu selalu berpikiran negatif tentang aku. Bener 'kan?"    Bella menghembuskan nafas kesal.   "Ya udah, kalau kamu nggak mau jelasin sama aku. Aku udah tau betapa buruknya kamu sekarang Mas.” Kalimat itu membuat sepasang suami istri ini berhenti berkata-kata lagi.   Itu adalah kalimat terakhir untuk malam ini. Bella berdiri dengan cepat dan berjalan keluar lalu menutup pintu dengan kasar. Sementara Bara sudah lelah dengan semua yang terjadi di dalam harinya. Ia tidur di kamar dengan lelap.    Sementara Bella duduk di sofa ruang tengah. Ia memandangi bingkai foto yang indah. Sepasang pengantin yang sangat serasi.   Hati Bella tidak bisa menahan rasa kesal yang bercampur rasa sedih. Kedua matanya kini di banjiri oleh air mata hangat. Pundaknya naik turun di iringi suara hidung yang tersumbat
Read more
4. KEPERGOK SELINGKUH
   Kemeja berwarna putih dan rok hitam pendek serta pakaian dalam perempuan berada di atas lantai. Semua barang barang iu terlihat berantakan. Seolah seperti sengaja di lempar di atas lantai keramik berwarna putih itu.   Kedua mata Bella mendadak terbuka lebar. Hatinya berdegup kencang. Pikirannya benar benar kacau. Segera saja ia melangkahkan kaki ke kamar Bara. Terdengar suara wanita yang manja. Tangan Bella langsung saja membuka pintu itu dengan cepat. Tak di sangka pemandangan mencengangkan telah ada di depan mata.   Bara dan Arum dengan mata panik mereka melihat kedatangan Bella. Mereka berdua  berselimut di atas ranjang.   "Keluar kamu dari sini!" teriak Bella dengan suara serak. Air matanya tak terbendung.    Bara dan Arum saling memandang dengan panik.    "Keluar kamu dari sini pelakor!" Bella mengarahkan jari telunjuknya ke Arum yang masih menutupi tubuh dengan selimut. 
Read more
5. UNTUK APA KEMBALI
   “Mbak Bella ke mana sih, Mas Bara? Sudah malam begini kok belum pulang juga yah?" tanya Marni sambil menuangkan air putih di gelas majikannya.   "Udah kamu nggak usah tanya-tanya itu. Tugas kamu di sini cuma masak sama bersih-bersih ngerti?"    Wanita dengan pipi chubby itu mengangguk dengan perasaan kecewa. Ia langsung pergi dari ruang makan setelah selesai menyiapkan makan malam untuk majikannya.   "Mbak Bella ke mana ya? Sudah aku telfon berakali-kali tapi nggak diangkat juga," ucap Marni dengan risau. Ia teringat kembali saat malam itu terbangun akibat suara umpatan marah yang keras sekali.   "Ya Allah, semoga keluarga Mbak Bella baik-baik aja. Amin ya Allah," doa Mirna dengan serius.   Bara yang sibuk mengunyah makanannya tiba-tiba mendengar ponselnya berbunyi.    "Bara, kenapa kamu baru angkat telepon dari aku?" Suara kesal seorang wanita terdengar.   "Aku j
Read more
6. BELLA TIDAK INGIN PULANG
“Mau apa kamu ke sini, Mas?” tanyaku melihat Mas Bara yang baru saja menginjakkan kaki di teras rumah.“Bella?” Mas Bara mendekatiku. Aku langsung saja menyingkir dari pijakanku. Aku samasekali tidak sudi berdekatan dengan penghianat seperti dia.“Aku ke sini mau jemput kamu,” ucap Mas Bara dengan lirih.“Aku mau di sini aja,” jawabku dengan jutek.Mas Bara duduk di kursi kayu. Dia menarik nafas pelan dan menghembuskannya. Apa dia mencoba untuk tidak emosi di rumah ibuku?“Mama akan ke rumah nanti. Kamu harus ada di rumah Bella. Apa yang akan mas katakan jika kamu tidak ada di rumah,” “Mama mau ke rumah?” tanyaku tak percaya. Aku juga merasa kasihan dengan Nama jika ke rumah dan tidak ada aku. Dia pasti akan sedih dan mencariku.“Ya, untuk itu kami harus pulang sekarang juga,” seru Mas Bara setengah tegas.Aku melirik bingung sambil memegang keningku. Di tengah pertengkaran aku dan Mas Bara. Kenapa Mama harus berkunjung ke rumah?“Eh, ada kamu Bara. Kok,
Read more
7. BAB 7
Aku tidak bisa tidur. Pikiranku sangat kacau sekali. Aku terus memikirkan kenapa Mas Bara bisa selingkuh dari aku. Aku berdiri menatap cermin. Tanganku meraba wajahku dengan ragu-ragu. “Apa aku ini tidak cantik lagi bagi Mas Bara?” tanyaku dalam hati. Mataku meneteskan air mata kesedihan. Wajah Arum tiba-tiba muncul di benakku. Mungkin Arum memang lebih cantik di banding aku. Wajah Arum yang terlihat dewasa. Alis tebal yang sempurna serta bibirnya yang memikat kaum Adam. Ya dia memang cantik. Tapi kenapa aku harus menjadi korban perselingkuhan. Kenapa Ya Allah? Aku sudah berusaha menjadi wanita Solehah. Aku berhijab karena ingin menjadi istri yang taat. Aku tidak ingin mengumbar aurat ku. Karena nanti suamiku yang akan di tanyakan nanti di akhirat. Ya Allah apa keputusan aku memakai jilbab ini adalah salah? Ya Allah memang aku akui sejak aku memakai Jilbab Mas Bara seperti risih denganku. Ia seakan tidak setuju aku berhijab. Tapi salahkah aku mencoba untuk lebih taat denga
Read more
BAB 8
Sejak semalam Mas Bara terus mengirim pesan Wa. Aku membacanya tapi tidak ku balas. Biarkan sajalah aku hilang respect dengan Mas Bara. Sore ini aku berniat pulang ke rumah. Aku pulang ke rumah bukan karena aku ingin bertemu dengan Mas Bara tapi karena mama akan ke rumah. “Padahal aku masih kangen sama ibu. Tapi mau gimana lagi. Mama mau ke rumah jadi Bella harus pulang deh,” ucapku dengan memeluk ibu dari samping. “Udah nggak papa 'kok sayang. Kamu pulang itu taat dengan suami dan juga Mama. Mereka berdua yang saat ini memang penting. Mereka berdua harus kamu urus. Bukan begitu?” kata ibu dengan senyum damai. Aku mengangguk paham dengan apa yang di katakan ibu. Ya di sini aku bersama ibu juga karena aku ingin mendapatkan pahala. Namun aku juga harus mengurus mama mertuaku dan juga suamiku Mas Bara. Aku juga tidak tahu nanti di rumah akan seperti apa. Pasalnya aku sedang marah dengan Mas Bara. Tetapi kata Mas Bara aku harus bersikap pura-pura bahagia dan mesra di de
Read more
BAB 9
Aku duduk di kursi sambil bermain ponsel. Menunggu beberapa menit. Nanti aku akan keluar dan tidur di ruang tengah saja. Melihat wajah Mas Bara rasanya aku ingin muntah. “Kalau kamu nggak mau tidur di sini ya udah. Aku mau tidur dulu. Kalau kamu berubah pikiran nggak papa. Kamu boleh tidur di sini,” kata Mas Bara berkata lembut. Aku hanya diam dengan hati yang membatu. Dasar laki-laki sialan. Aku nggak terima kalau dia selingkuh dariku. *** “Mbak, bangun Mbak?” Suara Mirna membuat mataku terbuka sedikit. Aku melirik jam dinding yang ada di ruang tengah ini. Jam lima pagi. “Mbak, ibu Linda nggak sadar, Mbak. Kayaknya pingsan deh, soalnya Mirna bangunin dari tadi nggak mau buka mata, Mbak,” seru Mirna dengan raut gelisah. Aku sungguh kaget. Aku berusaha berdiri dan berjalan menuju ke kamar mama. Aku sangat berharap mama akan baik-baik aja. Kubuka pintu kamar mama dan wajah mama terlihat pucat sekali. Ini pasti karena mama terlalu kecapean. “Semalam mama t
Read more
BAB 10
Aku membuka mataku saat mendengar suara mama yang memanggilku. Ku lihat Mas Bara yang tertidur pulas. Aku langsung saja bangkit dari sofa dan mendekat sisi ranjang. “Iya, Ma ada apa?” tanyaku dengan lembut sambil mengucek mataku. “Mama pengin pipis,” jawab Mama dengan melihat ke arah toilet. “Kata suster, Mama pipisnya lewat selang dulu. Mama tinggal pipis aja ya langsung di ranjang ini nggak papa kok,” ucapku dengan lirih. “Nggak mau ah, Mama mau pipis di toilet aja. Mama nggak enak rasanya pipis di sini,” Mama melihat ke bawah dengan tidak nyaman. Aku pun terpaksa mencopot selangnya dengan hati-hati semampuku saja. Aku berusaha membuat mama berdiri dengan hati-hati. Ya Allah mama benar-benar membutuhkan aku sekali. Kalau sampai aku bercerai dengan Mas Bara. Pasti Mama sangat syok sekali. “Mama bisa pipis di sini beneran?” tanyaku dengan melihat Mama lalu ke melihat toilet. “Iya, mama mau pipis di dalem aja,” jawab mama sambil menunjuk dengan dagunya. Mama
Read more
DMCA.com Protection Status