Pelangi di Padang Gurun Asmara

Pelangi di Padang Gurun Asmara

Oleh:  astridkus93  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
35Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Azmira tidak bisa melupakan pertemuan pertamanya dengan Yitno, pria yang ia temui di Kantor barunya. Yitno yang juga tertarik dengan Azmira tidak bisa melupakan sorot mata tatapan Wanita muda itu. Sama-sama terhalang oleh status pernikahan, akankah Azmira mampu memperjuangkan cintanya? Atau Azmira harus mampu menghapus rasa cinta itu demi menjaga rumah tangga Yitno?

Lihat lebih banyak
Pelangi di Padang Gurun Asmara Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Astrid Kusumastuti
ceritanya unik. jangan terbawa suasana jadi pelakor yahh
2022-04-07 11:39:16
1
user avatar
astridkus93
semangat terus thor
2022-04-03 19:16:19
1
35 Bab
Prolog
"Karena perusahaan mengalami defisit yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi, dengan sangat berat hati mulai hari ini saya mengakhiri masa kerja rekan-rekan sekalian," ucap atasan Azmira dalam rapat penutupan perusahaan. Azmira hanya bisa menangis setelah mendengar pernyataan itu. Terlintas di pikiran Azmira apa yang harus ia lakukan untuk menyambung hidup dan bagaimana ia akan menghidupi Nugraha Purnama, anak kesayangannya itu. "Mengapa hidup ini sulit sekali, aku hanya ingin bahagia," ucap Azmira lirih seraya mengambil tas punggung dan kunci motornya. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Azmira hanya mampu menangis karena kepikiran bagaimana menjalani hari esok. Azmira saat ini menjadi tulang punggung untuk menghidupi anaknya pasca perpisahan dengan suaminya. Azmira dan Maliki, suaminya sepakat untuk tidak me
Baca selengkapnya
Pertemuan Pertama
Pagi ini sekitar pukul 09:00 WIB, handphone Azmira berdering menandakan telepon masuk dari nomor tidak dikenal."Halo, selamat pagi," sapa Azmira menerima panggilan di handphonenya."Selamat pagi, benar saya berbicara dengan Ibu Azmira?" jawab suara dari penelepon."Benar saya dengan Azmira, ada yang bisa saya bantu?""Apakah Ibu Azmira bisa hadir pada interview hari ini pukul 11:00 WIB?"Sejenak Azmira kaget karena baru saja memasukkan lamaran kerja dan langsung menerima panggilan interview. Dalam waktu sekejap Azmira langsung menyanggupi panggilan interview tersebut sembari bersyukur."Aku harus semangat kali ini. Semoga bisa cocok dan langsung diterima bekerja," batin Azmira dengan wajah tersenyum."Kamu kenapa Mbak?" tanya Astuti Ningrum, Ibu Azmira."Eh, Ibu. Hari ini Mbak dapat panggilan interview Bu, nanti jam 11:00 WIB diminta datang ke perusahaan. Doakan ya, Bu. Semoga rezeki Mbak," jawab Azmira dengan semangat.
Baca selengkapnya
Awal yang Baru
Keesokan harinya, Azmira sudah bisa mengikuti alur pekerjaan barunya. Hal ini tentu saja berkat bantuan Moko dan Yitno yang sudah mensupport Azmira. Moko dengan penuh semangat mengajari Azmira hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja. Tentunya diselingi dengan candaan pula.  "Eh," panggil Moko kepada Azmira.  "Ah, eh, ah, eh, mulu sih kamu Moko. Aku itu punya nama tahu. Masih pagi sudah ngajak ribut aja sih." Azmira langsung memasang muka cemberut Moko yang merasa gemas dengan wajah cemberut Azmira sedikit menahan tawa. Wajah Azmira saat ini sangat mirip dengan beruang kutub yang galak tapi lucu.  "Iya, deh Nona Azmira." Moko kembali melotot untuk menggoda Azmira. Azmira sebenarnya sempat merasa kesal dengan Moko yang terkesan sok dekat. Namun, entah mengapa Azmira justru menjadi nyaman dan langsung bisa akrab dengan Moko. Mungkin karena usia mereka yang sepantaran. Moko—pria yang bernama lengkap Triadmoko Suseno—sa
Baca selengkapnya
Patah Hati
Sepulang kerja, seperti biasa Azmira sudah ditunggu oleh Nugraha, sang malaikat kecil Azmira.  "Bunda, hari ini Uga sudah bisa baca loh," ucap bocah berusia 3 tahun itu.  "Wah, keren anak Bunda. Coba Bunda mau dengar dek Uga baca." Azmira menyodorkan buku bacaan anak.  "Bo la, bola, i tu, itu, mi lik, milik, ka kak, kakak, bola itu milik kakak," eja Nugraha.  "Mantap, anak Bunda juara. Diajarin sama siapa dek?" tanya Azmira.  "Sama Uti, dek Uga yang minta ajarin." Nugraha menunjuk Ibu Astuti.  Azmira pun menghabiskan waktunya bersama Nugraha dan saling bercanda. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 WIB. Sudah waktunya Nugraha untuk tidur. Azmira lantas menidurkan Nugraha di kamar sembari ikut rebahan di sebelahnya.  Setelah Nugraha tertidur, Azmira teringat bahwa ia masih menyimpan lipatan keetas yang tadi diberikan oleh Pak Bagas. Segera Azmira membuka lipatan tersebut yang t
Baca selengkapnya
Keraguan - 01
Yitno sedari tadi sudah menunggu Azmira di parkiran motor. Ia berencana menyatakan niatnya untuk serius dengan Azmira. Beberapa kali ia mutar-mutar di sekitar motor Azmira. Azmira sebenarnya sudah siap-siap mau pulang namun ia masih menyelesaikan sedikit pekerjaan yang mendesak dan ditunggu oleh Bagas. Lima belas menit kemudian, akhirnya Azmira selesai juga. Ia pun segera bergegas menuju parkiran agar tidak diminta mengerjakan lagi pekerjaan tambahan. "Nah, akhirnya keluar juga Bunda," sapa Yitno bahagia. "Lho, Om eh Ayah kok belum pulang?" tanya Azmira. "Iya, nungguin Bunda dari tadi. Mau ngajak Bunda jalan sekalian ada yang mau Ayah omongin," Yitno sejenak berpikir, "enaknya jalan kemana ya?""Bagaimana kalau kita ke Alun-alun Kota aja, Ayah. Disana suasananya nyaman untuk ngobrol. Nanti kita pilih di Gazebo aja biar bisa sambil duduk." Azmira segera berlalu menuju sepeda motornya."Bun, kita satu motor aja. Nanti motor Bunda ti
Baca selengkapnya
Keraguan - 02
Azmira dan Yitno segera menyantap makanan yang sudah mereka beli sambil mengobrol hal-hal remeh yang biasa mereka lakukan. Yitno sesekali menggoda Azmira dengan pura-pura mau menyuapinya, lalu tidak jadi malah diarahkan kemulutnya sendiri. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan bahagia. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20:00 WITA, Yitno segera mengajak Azmira pulang agar mereka tidak terlalu larut tiba di rumah.  "Ayah, jangan lupa martabak pesanan Moko." Azmira mengingatkan Yitno sebelum menjalankan kendaraan roda dua itu. "Oh, iya. Ayo kita beli dulu di luar." Yitno menunjuk rombong yang jualan Martabak di luar pagar parkiran Alun-alun Kota. Mereka pun membeli martabak dan segera menuju kost Moko. Azmira merasa Moko pasti sudah menunggu mereka dan martabak pesanannya.   ***   Setibanya di kost Moko, mereka sudah di tunggu oleh Moko di depan pintu kost selayaknya Bapak menunggu anaknya pu
Baca selengkapnya
Dinas ke Kota Tarakan
Azmira akhirnya tiba di rumah sekitar pukul 21:00. Dengan sangat hati-hati, Azmira memasukkan kendaraan roda duanya dan mengunci pagar rumah. Azmira masuk ke dalam rumah dan mendapati Nugraha tertidur di ruang keluarga. Ibu Astuti memberi tahu bahwa Nugraha tidak mau tidur di kamar karena ingin menunggu Azmira pulang. Sebelumnya Nugraha memang minta dibelikan Martabak yang kebetulan juga Azmira membelikan itu untuk Moko."Nugraha sudah tidur dari tadi, Mbak. Martabaknya Ibu simpan saja dulu ya, besok dihangatkan di microwave," saran Ibu Astuti."Iya, Bu. Ibu juga tidur saja duluan. Nanti Azmira yang kunci pintunya." Azmira mengunci pintu rumah dengan segera."Ya, sudah. Ibu ke kamar dulu. Bapakmu juga sudah tidur dari tadi." Ibu Astuti pun meninggalkan ruang tamu menuju kamar sambil membawa Martabak yang dibelikan oleh Azmira untuk disimpan.Azmira mengangkat Nugraha ke kamar tidur lalu segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, Azmi
Baca selengkapnya
Rindu
Malam ini, Yitno merasa tidak bisa tidur dengan tenang. Ia telah mengantongi tiket pesawat yang telah di pesan sebelumnya oleh Azmira di kantor. Hatinya juga merasa gelisah karena khawatir Azmira akan kesulitan tanpa ada kehadirannya. Belum lagi, ia juga semakin kalut karena usia kandungan Witha yang sudah semakin besar. Ia pun juga sudah menyampaikan kepada Witha bahwa keberangkatannya kali ini karena proyek sudah hampir selesai dan membutuhkan koordinasi langsung di lapangan. Nurlinda yang melihat Yitno beberapa kali menghembuskan nafas panjang, mencoba memeluk Ayahnya."Ayah, jangan khawatir. Mbak nanti kan bisa jagain Bunda disini." Nurlinda memeluk punggung ayahnya."Iya, Nak! Doakan Ayah, ya. Semoga selalu diberikan kemudahan," balas Yitno sambil mengusap kepala Nurlinda.Nurlinda Estika—anak pertama Yitno dengan Witha yang akrab disapa Linda—walau masih berusia 6 (enam) tahun, namun memiliki insting perhatian yang sangat tajam terutama kepada
Baca selengkapnya
Kecemburuan Bagas - 01
Azmira akhirnya tiba di kantor sekitar 10 menit setelah kembali dari Bandara. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, suasana kantor sedikit mencekam karena Bagas baru saja selesai melaksanakan rutinitas paginya yaitu marah-marah. Rina yang melihat Azmira baru akan masuk kantor, segera buru-buru mendatanginya.  "Mbak, cepetan kesini. Ini ada titipan berkas dari Pak Bagas. Dia lagi kumat," kata Rina.  "Hadeh, itu orang hobby apa ya marah-marah terus." Azmira sedikit kesal karena teringat ada tugas dari Bagas yang harus ia selesaikan.  "Dari tadi dia nyariin Mbak, tuh! Padahal dia kan habis telepon Mbak Azmira. Habis itu gak jelas marah-marah lagi." Rina kali ini ikutan cemberut juga.  "Ya, sudah. Saya ke meja dulu. Terima kasih ya Rina.  Azmira melangkahkan kaki ke meja kerjanya meninggalkan Rina yang juga segera kembali ke meja Receptionist. Di tempat duduknya sudah ada Moko yang menunggu Azmira dengan cemas. Terlihat se
Baca selengkapnya
Dua Pilihan
"Hey, Zira!" Suara Moko membuat Azmira sedikit kaget, "kamu kenapa lagi? Baru juga keluar kantor sudah merengut saja. Takut ditinggal Bagas kah?" Kali ini Moko meledek lagi. "Hmm, bukan apa-apa, kok." Azmira terpaksa mengembangkan senyum yang sangat kecut. Azmira kesal karena Yitno mengabari bahwa dirinya sudah tiba di Bandara Tarakan dan memanggilnya dengan sebutan Ndaa. Yah, begitulah wanita itu. Kadang mudah terpancing emosi atau kesal sesaat hanya karena sebuah panggilan. "Si Om kan gak pernah manggil aku dengan panggilan Ndaa. Pasti dia salah kirim ke aku," gerutu Azmira pelan. Moko ternyata mendengar sedikit ucapan Azmira.  "Elah, cewek ribet banget yah. Cuma perkara panggilan salah saja langsung ngambek," ucap Moko. "Ha ha ha. Kalau kamu bilang begitu, rasanya kok jadi kesal, ya," balas Azmira kembali. "Ya, kamu juga sih Zira. Lebay beeuudd," ucap Moko kembali sambil memperagakan kedua tangannya diangkat. Az
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status