Menikah dengan Adik Kelasku

Menikah dengan Adik Kelasku

By:  Keiirae68  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Karena trauma mencintai, Zana memilih untuk tidak pernah mencintai siapa pun. Termasuk kepada Zain yang tiba-tiba memberikannya undangan pernikahan mereka di hari putusnya ia dengan mantan kekasih yang lebih memilih selingkuhannya. Namun, gejolak rasa itu tidak bisa dielakkan hingga suatu hari wanita yang pernah masuk di kehidupan Zain datang mengemis cinta. Karena tidak mau pergi dengan tangan kosong, Zana meminta Zain menyentuhnya hingga buah cinta mereka hadir di jalan cinta segitiga mereka. Awalnya Zana membiarkan Anzeli mendekati Zain. Namun, ia menyadari kecemburuannya dan menutup mata Zain agar hanya melihat dirinya saja, sebab Zana sudah mencintainya. Karena Zana yang tidak bisa meninggalkan Zain dengan rela dia membiarkan Zain menikahi Anzeli. So? Apakah Zain akan memiliki kedua wanita tersebut atau ia justru lebih mempertahankan pernikahannya dengan Zana? Lalu bagaimana dengan Anzeli yang merupakan cinta pertamanya?

View More
Menikah dengan Adik Kelasku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
6 Chapters
Chapter 1. Undangan Pernikahan
“I-ini sa-saya jadi tamu?” tanya Zana merasa pilon.Sebuah undangan luxurious berwarna putih bak salju mendarat di telapak tangannya. Tentu saja Zana tergegau.Dari tadi dia sendirian di taman. Meratapi nasibnya yang harus mengalami patah hati tatkala pria yang selama satu tahun ini ia pacari ternyata selingkuh selama satu bulan di belakangnya.Lebih parahnya lagi, dia lebih memilih selingkuhannya setelah Zana mengetahui pengkhianatannya.Zana memutuskan duduk sendirian di taman, tak lama kemudian seorang pria datang memberikannya undangan.Pria tampan di depan Zana ini menggeleng pelan. “Jadi pengantin,” terangnya, “bukannya nama Zanayya Auristella tertulis di sana?” Ia tersenyum kecil.Dia mengulurkan tangannya, bermaksud untuk bersalaman. Tapi, Zana mengira dia sedang meminta kembali undangannya, makanya ia memberikannya.Pemuda berseragam formal itu terkekeh pelan. Lucu juga. Katanya dalam hati.
Read more
Chapter 2. Gundah Gulana
  Zain dengan mata lelahnya berkedip. Mengambil atensi penuh sedari tadi kepada wanita di hadapannya. Zana berpikir, apakah dia lelah bekerja? Tapi, karena ingin berbicara dengannya, dia berusaha untuk tetap terjaga sesekali menyeduh kopinya agar tetap melek. “Aku tau pacar Kakak selingkuh, kemungkinan besar kalian akan segera mengakhiri hubungan. Jadi, aku pikir dengan begitu aku bisa menikahi Kakak langsung,” Katanya tanpa ragu. “Tapi, kenapa?” Sonder Zana ketahui, ia meninggikan suaranya. Lantas ia menjadi pusat perhatian pengunjung cafe. Zana berdehem mencoba untuk tidak merasa rikuh.  “Apa karena lo merasa berjasa kepada Kakak gue?” Tebaknya dengan suara pelan. Nyaris terdengar seperti berbisik. Zain sedikit mencondongkan dirinya ke depan. “Justru kak Ega yang merasa berjasa kepadaku, karena aku banyak membantunya.” jawabnya ikut berbisik seperti yang dilakukan Zana lalu diakhiri dengan senyuman manis. Sudut mata
Read more
Chapter 3. Wedding Day Without Wife
Zain mengusap pelipisnya kanannya. “Masih di kantor. Ada apa, Mah? Kok nelpon? Belum tidur?” tanya Zain khawatir.Handphonenya ia pindahkan ke telinga kirinya. Tangan yang lain sibuk menari-narikan mouse di alas mouse pad.Jika pulang terlambat, mamanya pasti mengkhawatirkannya dan meneleponnya seperti saat ini.Punggung tangannya kontan menutup mulutnya ujug-ujug menguap, sedikit lagi ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.“Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja, Zain. Pulanglah, Nak. Jam kerja kamu seharusnya sudah selesai, kan tadi sore?”“Iya, Mah. Ini sudah mau selesai.” Kedua netra cokelat Zain tidak lepas dari layar laptopnya.“Ya sudah, kalau capek jangan paksakan ya, Zain. Cepat pulang.”“Iya, Mah. Ini udah mau beres-beres kok.” Tangan kanannya bekerja menyusun berkas-berkas. Mematikan laptopnya lalu menyimpannya di dalam tas. “Udah dulu ya, Mah. Aku mau
Read more
Chapter 4. Sah! When Make To Love
Zana mengelap ingusnya dengan tisu, satu lubang hidungnya mendadak tidak bisa berfungsi hingga menimbulkan sakit kepala yang membuat Zana semakin malas bangun dari tidurnya.Nada dering telepon serta getaran yang mengganggu ketenangannya memaksa lengan kiri Zana mengulur meraih benda pipih itu kembali.“Assalamu’alaikum, Zana.”“Wa’alaikumussalam, Mah.” jawab Zana dengan suara seraknya.Ketika mencoba bernapas seperti biasanya membuat matanya berair saking sakitnya kepala.“Bagaimana dengan kondisi kamu, Sayang. Udah baikkan? Udah pergi ke Dokter?” tanya sang mama yang terdengar khawatir dengan kondisi anak bungsunya itu.“Cuma minum obat aja, Mah.” jawab wanita itu malas.Kedua matanya terpejam rapat. Sesekali ia menyendal ingusnya kuat-kuat karena susah bernapas.“Gimana acaranya, Mah. Udah selesai?” Tanyanya.Meski kurang suka juga menyadari dirin
Read more
Chapter 5. Pengantin Baru
Meski sempat suka.Ya, sebagai wanita dewasa yang normal. Tentu saja pria tipe semacam Zainuddin Alskara adalah idaman para wanita termasuk Marsha Quinara.Selama ini, Zain tidak pernah terdengar desas-desus mendekati, berpacaran ataupun niat menikah dengan seorang wanita.Tapi, ketika tahu sekali-sekali berhubungan dengan wanita langsung diajak menikah. Bagaimana karyawan sekantor tidak geger? Para karyawan cewek langsung patah hati mendengarnya.“Tau diri sih, lagian para karyawan pun nggak ada yang sanggup memikat hatinya pak Zain termasuk gue.” Gumamnya pelan, Marsha tersenyum kecut. “Beruntung banget lo, Zana.”Marsha beralih ke dapur untuk membuatkan bubur untuk Zana dan secangkir kopi untuk bosnya. *** Zain duduk di sisi ranjang dengan tenangnya, memandangi wajah pucat sang istri yang tampak enggan membuka mata atau sebenarnya dia tahu akan kehadirannya, tapi memilih tidak ped
Read more
Chapter 6. Menepis Rasa
  Zana menggigit rakus jarinya. Wajah yang tampak gelisah semenjak tadi malam.  "Nggak ... nggak. Gue nggak boleh jadi terhanyut dengan sikap manisnya," Monolognya. Zana menggelengkan kepalanya berulang kali. Menghindari perasaan nyaman terhadap Zain.  Zana bolak-balik di depan kamar barunya. Setelah sembuh dari sakitnya, dua hari Zain berada di rumah sewaannya akhirnya mereka jadi pindah tadi malam, ia pikir rumahnya benar-benar banyak debu dan bau. Ternyata di rumah itu sudah ada dua orang pembantu mengurus rumah dengan baik. Zain bilang, pembantu itu baru saja diperkerjakan kemarin. Jadi, Zana tidak perlu merasa khawatir dan lelah mengurus rumah. Ia bisa masak jika menginginkannya. "Kenapa kamu di sini? Udah makan kan?" Suara itu mengejutkan Zana. Membalikkan badannya ketika mendapati Zain lengkap dengan seragam kantornya. Mereka memang pisah kamar. Zana yang menginginkannya. "Aku ... akan makan nanti," balasn
Read more
DMCA.com Protection Status