Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir

Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir

By:  El GeiysyaTin  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
60Chapters
2.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Gadis itu terlahir dengan membawa tanda lahir yang dipercaya membawa kesialan, membuat Wuriya Lawu, gadis berkulit eksotis itu kesulitan dalam menjalani hubungan percintaan dengan lelaki yang disukai. Pertemuannya dengan Zemidean, seorang pria berkulit putih yang selalu mengalami kesialan setiap ka

View More
Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Aloni
ceritanya bagus lanjut
2022-12-14 16:37:23
1
user avatar
El GeiysyaTin
bagus dan membuat penasaran tentang tanda yang dimilikinya
2022-03-13 22:27:28
3
user avatar
Wiselovehope
Wah, buat penasaran banget, lanjutkan (::^ω^::)
2022-03-01 16:45:21
3
60 Chapters
Bab 1. Sebuah Kebetulan
Gadis berambut sebahu itu tercengang, melihat kecelakaan mobil yang terjadi di depannya. Mobil itu tiba-tiba saja oleng dan menabrak rambu-rambu lalulintas di sebelah kirinya. Suara decitan dan benturan keras terdengar memekakkan telinga. Ia, dengan setengah berlari mendekati mobil itu dan melihat ke dalamnya. "Bertahanlah, Tuan!" Katanya, sambil berusaha membuka pintu mobil dengan susah payah. Pintu mobil terkunci, sedang orang yang ada di dalamnya membutuhkan pertolongan. Mobil itu ringsek dan laki-laki yang mengemudikannya terjebak di dalam. Asap mengepul dari bagian mesin. Gadis itu khawatir mobil akan meledak, hingga ia berusaha menyelamatkan pengemudinya. "Kumohon, bertahanlah!" Katanya lagi, sambil terus berusaha membuka pintu mobil. Ia berfikir tidak mungkin pintu mobil terbuka dengan cara seperti itu, hingga ia melihat kakinya. Ia pun memecahkan kaca jendela mobil menggunakan hak sepatunya, dengan sekuat tenaga, hingga hancur berkeping-kep
Read more
Bab 2. Sebuah Kebetulan Lagi
"Apa tidak apa kalau aku ikut?" Kata Wuri, ketika pasien sudah dimasukkan dalam ambulans. Evan mengangguk. Ambulans mulai melaju saat semua orang sudah ada di dalam. Suara sirine yang kuat menemani perjalanan menuju rumah sakit. Wuri dan Evan duduk saling berhadapan, sementara pasien ada di antara mereka berdua. "Denyut nadi pasien rendah, aku menghitung hanya enam puluh perenan enam puluh Luka di dahi dan kepala cukup parah, tulang kaki dan paha mungkin retak karena terjepit, tangan dan bahu hanya luka ringan," kata Wuri memberi sedikit penjelasan. "Baik, tekan bagian luka di kepalanya agar tidak terjadi pendarahan akut." Evan berkata sambil memasangkan selang oksigen di hidung pasien. "Oke." Wuri dan Evan melakukan beberapa tindakan lanjutan. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan, selain usaha agar tidak terjadi hal, yang lebih buruk. "Tidak apa. Oh ya, kau mau kemana?" Tanya Evan. Setelah selesai. "Aku mau pulang." "Kau sang
Read more
Bab 3. Biar Aku Saja
Wuri melirik sekumpulan wartawan yang melewati mereka. Bagi para wartawan itu, mereka bukan siapa-siapa. Wuri dan dua perawat, bukanlah orang yang tengah dicari oleh pera pemburu berita, melainkan mencari seorang selebritas yang tengah berkunjung dan memiliki keperluan lain di rumah sakit. Kabarnya, selebriti ini sedang terlibat sebuah skandal. Biasanya hanya para selebritis atau selebritas, yang memiliki skandallah, yang selalu diincar keberadaannya oleh mereka. Wuri sudah biasa dengan kerumunan wartawan, tapi bukan di tempat seperti ini. Ia akan bertemu mereka di lokasi-lokasi bencana, di pusat layanan darurat, atau di antara siswa siswi, yang berprestasi dalam ekstrakulikuler sekolah, di mana Wuri menjadi pembimbingnya."Tunggu." Terdengar suara seorang wanita, yang tiba-tiba menghentikan kereta pasien. Wanita itu menahan ujungnya, saat akan didorong masuk ke kamar perawatan. Wuri dan dua orang perawat pun menghentikan dorongannya. Wajah wanita itu cantik
Read more
Bab 4. Tanda Lahir
Laki-laki itu Zamidean, ia biasa dipanggil Zemi. Ia berada di Cafe karena sedang bersembunyi, dari neneknya yang ingin kembali mengurungnya di rumah. Namun ia tidak menyangka akan bertabrakan dengan Wuri, saat ia hendak memastikan sesuatu yang baru saja ia lihat dari balik jendela."Maaf." Wuri berkata sambil menyimpan gelas kopi di meja. "Maaf, maaf, apa kamu buta?" Sahut Zemi. Melihat laki-laki itu marah, Wuri menganggapnya wajar. Pakaian pria itu kotor karena kecerobohannya. "Maaf, saya tidak sengaja." Wuri berkata sambil menundukkan kepalanya, tanda penyesalannya tidak dibuat-buat. "Percuma kamu minta maaf, bajuku kotor, tahu?" Kata Zemi penuh Emosi sambil menunjuk kemejanya yang terkena tumpahan kopi. "Saya sudah minta maaf. Apa Anda mau baju anda dicuci? Kalau mau, lepaskan baju Anda, sekarang." "Apa kamu gila, menyuruhku melepaskan baju di tempat ini?" "Kalau tidak mau, ya sudah." Wuri melangkah, menjauhi laki-laki yang masih t
Read more
Bab 5. Tidak Masuk Akal
Zemi berdiri dalam posisi siaga, dengan gadis yang ada dalam dekapannya. Ia mengernyitkan dahi saat Wuri memukul tangan besar yang membekap mulutnya. Mengisyaratkan agar Zemi percaya padanya. Wuri menarik nafas dalam, mereleks-kan tubuhnya, agar Zemi tenang, tidak merasa terancam dan khawatir akan keamannya. Zemi menundukkan kepalanya dan melihat Wuri yang juga menatapnya, hingga kedua mata mereka saling beradu. Tiba-tiba saja hati Zemi berdebar halus. Zemi melepaskan dekapan dan tangan yang berada di mulut Wuri pun jatuh ke samping. Wuri mendekat dan berbisik, "Tenanglah aku akan membantumu." Setelah itu Wuri keluar toilet. Di dekat pintu, ia melihat ada seorang lelaki bertubuh tinggi besar berdiri sambil mengedarkan pandangan. "Apa kau lihat ada laki-laki di dalam?" Tanya pria itu ketika melihat Wuri yang baru keluar dari toilet wanita. "Tidak. Apa laki-laki itu buta sampai salah masuk toilet?" Mendengar pertanyaan Wuri, pria itu menc
Read more
Bab 6. Mengingat Seseorang
Wuri dan Natia mendongak, pada laki-laki yang berdiri di hadapan mereka, sambil mengulurkan tangannya. Ia masih mengenakan kemeja yang kotor karena tumpahan kopi sebelumnya.Wuri mengangguk, lalu menoleh pada Natia di sampingnya.Ia berkata, “Apa kau mau berkenalan dengannya, Nat?”Natia mengangguk dan berdiri sambil menyambut uluran tangan Zemi. Wanita bertubuh gemuk itu berkata dengan lembut, “Kenalkan, aku Natia Ralusi. Panggil saja aku Natia, siapa namamu?”Zemi mengerutkan alisnya, ia sebenarnya ingin mengenal Wuri karena mengingat sesuatu. Laki-laki itu secara tidak sengaja mendengarnya berteriak girang. Suara itu mirip dengan sebuah suara yang ia simpan dalam ingatannya.Zemi menjabat erat tangan Natia lalu berkata, “Aku Zamidean. Panggil saja aku Zemi.”“Hai, Zemi. Senang berkenalan denganmu,” kata Natia.“Aku juga,” kata Zemi lalu menoleh pada Wuri yang tampak cuek d
Read more
Bab 7. Bibi Dan Nona
Wuri berjalan dengan berat mengikuti Natia menuju mobil Zemi yang terparkir tak jauh dari mereka. Ia masuk dan duduk di samping Natia, wajahnya cemberut menunjukkan ketidak sukaannya."Di mana kalian tinggal?" Tanya Zemi, sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia sempat melirik Wuri yang duduk di belakangnya, dari kaca spion di depannya, gadis itu masih bersikap sama, cuek dan dingin."Di Biru Laut," jawab Natia sambil memandang ke luar jendela."Kalian tinggal bersama dan bekerja di tempat yang sama?" Tanya Zemi lagi."Tidak, dia baru bekerja hari ini." Natia kembali menjawab pertanyaan Zemi, sambil menepuk kepala Wuri pelan.Wuri memulai pekerjaannya hari ini, ia dipindahkan dari kantor cabang Palang Merah Bulan Emas, ke kantor pusat di Kota Bharru. Bisa bekerja di sana, adalah keinginan terbesarnya. Kesempatan itu baru ia dapatkan, setelah enam bulan yang lalu, sertifikasinya diterima.Ia harus meninggalkan kampung halaman
Read more
Bab 8. Ini Bukan Kutukan
Saat sedang berbincang-bincang, mereka berdua berada di atas tempat tidur milik Natia yang cukup nyaman. Posisi tubuh mereka  tertelungkup bersebelahan."Lalu, kenapa Nona tidak juga menikah, padahal sudah banyak laki-laki yang jatuh cinta padamu." Natia berkata sambil menopang dagunya."Bibi, kau tahu kan, aku tidak suka dengan, laki-laki yang mau menikah denganku? Mereka bilang sesuatu yang menjijikkan.""Memangnya apa yang mereka bilang? Pasti ada hubungannya dengan tanda kutukan itu, kan?""Aku tidak punya tanda kutukan, mengerikan sekali. Tidak ada tanda seperti itu di zaman sekarang ini.""Jadi, tanda apa? Apa kau pikir leluhur kita salah dan tanda Baole di tubuhmu tidak ada artinya? Mereka menunjukkan buktinya, banyak orang yang mati karena menikah dengan orang yang tidak memiliki tanda yang sama." Natia berkata sambil mengusap siku tangan kiri Wuriya Lawu. Sebuah tanda berbentuk seperti ular melingkar berwarna putih, terlihat di sana.
Read more
Bab 9. Wanita Penyelamat
Sementara itu di rumah Zemi, laki-laki itu berdiri tegap di depan foto sang kakek, yang tergantung di dinding sebelah perapian. Hanya foto kakek lah yang memiliki pigura paling besar diantara foto lainnya. Rodi Hegane, kakek Zemi, membuat pigura kaca besar itu setahun yang lalu setelah ia selamat dari kecelakaan maut di Jalan Utama Kota. Sepertinya laki-laki yang ada dalam gambar, adalah orang yang spesial baginya.Selama ini Zemi penasaran dengan siapa kakek berfoto? Laki-laki yang berpose di samping kakek itu tengah tersenyum dan menjabat tangannya. Pria itu berambut keriting dan Zemy rasa, warna kulit, serta senyuman laki-laki itu sangat mirp dengan Lawu, gadis yang ia kenal beberapa jam yang lalu.Rodi Hegane, pernah mengalami kecelakaan yang cukup parah, walau akhirnya ia selamat. Hanya satu orang yang dinyatakan meninggal pada saat kejadian, ia adalah seorang temannya yang berada dalam mobil bersamanya saat itu.Ketika Zemie melihat tempat di
Read more
Bab 10. Kau Sangat Spesial
Renata duduk di samping Welia, tatapan matanya nanar pada cucunya yang juga tengah melihat ke arahnya. "Nenek, kenapa marah? Bukannya memang sudah tua makanya dipanggil Nenek?" Zemi berkata sambil tertawa kecil lalu menyandarkan tubuhnya. Bagi kebanyakan wanita, menjadi tua adalah momok paling menakutkan dalam kehidupan mereka. Karenanya, para wanita itu akan melakukan berbagai cara untuk tetap terlihat awet muda dan cantik. Termasuk dengan melakukan operasi plastik. Renata tersenyum sambil menyahut ucapan cucunya. "Ya, kau benar, tapi kau tidak pantas mengatakan aku wanita tua. Suatu saat kau juga akan sama sepertiku." Renata wanita yang tangguh dan penuh kasih, dalah yang selama ini merawat Zemi dengan hati-hati, sehingga laki-laki itu bisa selalu terhindar dari bahaya ataupun maut yang kemungkinan terjadi padanya. Kadang-kadang saja ia tidak bisa mengendalikan Zemi apabia berusaha melarikan diri, ketika ia mengunci seluruh pintu rumah setiap 40 hari
Read more
DMCA.com Protection Status